"Eh, lo dulu les Bahasa Inggris berapa lama?" tanya salah seorang teman saya suatu hari. Awalnya saya agak bingung kenapa pertanyaannya "random" begitu. "Gak nyampe setahunan" jawab saya waktu itu. "Ah masa sih? Cuma sebentar gitu tapi lo udah jago gini?" balasnya heran. Mendengar itu gantian saya yang heran, karena saya sendiri merasa masih jauh sekali dari predikat "jago" dalam berbahasa Inggris.
Saat ini tidak dapat disangkal bahwa Bahasa Inggris yang sudah menjadi bahasa Internasional sejak lama, semakin kuat eksistensinya ketimbang Bahasa Indonesia. Hampir dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari, pasti ada unsur Bahasa Inggris. Jadi tidak heran kalau sekarang orang Indonesia terutama yang tinggal di perkotaan bicaranya sudah macam es campur. Bahasa Indonesia campur Bahasa Inggris dan kadang campur bahasa daerah maisng-masing.
Tidak hanya Bahasa Inggris, beberapa bahasa lain yang sudah go international misalnya bahasa Mandarin, Jepang, Belanda, Spanyol dan lainnya. Namun dari semua itu, yang paling banyak dikuasai orang adalah Bahasa Inggris. Ibarat kata, kalau tidak bisa Bahasa Inggris, habislah sudah. Apalagi saat ini, menguasai bahasa asing akan menjadi nilai plus bagi kita untuk bersaing dalam dunia kerja. Selain itu, kan repot juga kalau sedang pelesir ke luar negeri, kita gak bisa ngapa-ngapain karena gak bisa Bahasa Inggris. Gak asik!
Saya sadar betul bahwa sebagai orang Indonesia, kita harus cinta dengan bahasa nasional kita yakni Bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar. Tapi kita juga harus sadar bahwa paling tidak kita juga harus menguasai satu atau dua bahasa asing lain selain bahasa Indonesia, supaya kita bisa bersosialisasi di dunia internasional.Â
Salah satunya ya Bahasa Inggris itu. Mengapa? Selain karena Bahasa Inggris adalah bahasa global nomor satu di dunia, dalam kurikulum pendidikan di Indonesia pasti ada pelajaran Bahasa Inggris. Dengan demikian kita akan lebih mudah mempelajarinya ketimbang bahasa asing lainnya. At least kita sudah mempelajari dasar-dasarnya sejak TK!
Jujur saya sendiri tidak pernah kursus Bahasa Inggris secara serius. Serius yang saya maksud disini adalah belajar di lembaga kursus ternama yang punya reputasi selama waktu tertentu dan mengikuti ujian resmi sekelas TOEFL atau IELTS. Selain di sekolah, saya hanya pernah les di sebuah lembaga kursus biasa dan itu pun tidak sampai satu tahun. FYI, waktu kecil saya paling malas les Bahasa Inggris. Dan akibatnya kesadaran saya akan pentingnya Bahasa Inggris juga jadi telat.
Saya mulai menganggap serius Bahasa Inggris ketika duduk di bangku SMA. Saat itu saya pikir keren sekali kalau bisa berbahasa Inggris dengan cas cis cus. Tapi karena orangtua saya kelihatannya tidak bisa mengeluarkan biaya ekstra untuk kursus Bahasa Inggris di lembaga yang reputable (maklum, biaya sekolah swasta Katolik saat itu lumayan mahal), akhirnya saya memilih belajar dengan cara lain yakni, Otodidak alias belajar sendiri.
Untungnya, bidang kuliah saya di farmasi menuntut saya untuk semakin memperluas kosakata saya karena textbook yang digunakan didominasi buku-buku luar yang berbahasa Inggris, bahkan ada yang berbahasa Latin dan Belanda. Dan lagi-lagi kebetulan, pekerjaan saya di bidang regulatori untuk produk-produk yang akan diekspor ke luar negeri, juga menuntut saya untuk bisa berbahasa Inggris (minimal pasif) karena saya harus berinteraksi dengan pihak-pihak luar. Bukannya sombong, tapi saya pikir mungkin inilah yang membuat teman saya berpendapat bahwa saya cukup piawai dalam berbahasa Inggris.
Faktanya, masih banyak teman-teman bahkan sejawat yang saya kenal nyatanya masih takut dan malu untuk berbahasa Inggris. Mereka selalu bilang bahwa mereka tidak percaya diri untuk berbicara langsung dalam bahasa Inggris meski mereka mungkin mengerti apa yang mereka baca atau mendengar apa yang orang lain bicarakan. Dan untuk memotivasi mereka, ini tips-tips yang selalu saya katakan pada mereka tentang belajar Bahasa Inggris secara otodidak:
1. Rajin membaca buku berbahasa Inggris