Kalau dulu mendengar kata Macao, yang ada di benak saya waktu itu adalah tempat judi paling terkenal yang penuh dengan para pria berjas parlente yang memenuhi casino-casino. Maklum, kalau di film-film China zaman dulu, biasanya adegan perjudian diceritakan dengan setting Macao. Jadilah saya seperti korban film (bukan korban iklan loh ya) dengan mindset bahwa Macao berarti "Surga Judi". Wew!
Awalnya Macao tidak pernah sekalipun terlintas di pikiran saya untuk menjadi salah satu tujuan yang ingin saya kunjungi kalau ada kesempatan pelesiran ke luar negeri. Jujur saya akan lebih memilih kota lain. Apalagi teman-teman saya juga sering berkata, "Macao itu kecil, wisatanya tidak banyak. Mending ke Hong Kong atau Tiongkok sekalian". Jadilah saya kembali termakan opini orang lain.
Pandangan saya tentang Macao mulai sedikit berubah ketika ada salah seorang teman saya yang baru pulang traveling dari Macao. Dia membawakan saya beberapa oleh-oleh sambil memperlihatkan foto-fotonya selama di Macao. Saya langsung merasa heran karena ada banyak tempat-tempat yang justru mirip di Eropa. Bayangan saya, karena Macao termasuk dalam wilayah dan dekat dengan Tiongkok, maka arsitektur bangunan di sana pastilah tidak berbeda jauh dengan arsitektur khas Tiongkok. Dan ketika melihat foto The Ruins of St. Paul, saya langsung suka!
Jadi, ketika saya melihat pengumuman event Nangkring dari Kompasiana yang mengundang perwakilan Macao Government Office Tourism (MGTO), tanpa ragu saya langsung daftar untuk ikutan! Dan untungnya, saya terpilih sebagai peserta. Makasi loh, Kompasiana!
Macao yang terletak di sebelah barat daya Hong Kong dan sekitar 145 km dari Guangzhou ini, ternyata memiliki sejarah unik yang menjadikannya sebagai salah satu wilayah koloni Eropa tertua di Tiongkok. Dulu, Macao dikenal dengan sebutan Ou Mun yang berarti "Gerbang Perdagangan" karena lokasinya yang berada di hilir Sungai Pearl yang mengalir dari Guangzhou. Dan karena kota ini juga merupakan bagian dari Jalur Sutera, Ou Mun selalu ramai disinggahi oleh kapal-kapal yang mengangkut sutera dari Roma.
Sekitar awal tahun 1550an, bangsa Portugis tiba di Ou Mun yang juga disebut A Ma Gao oleh penduduk setempat sebagai penghormatan kepada Dewi Laut yang kuilnya didirikan di pintu masuk pelabuhan. Lama kelamaan sebutan Ou Mun berubah menjadi Macao dan Portugis pun mulai membangun kota tersebut atas izin penguasa Guangdong. Tahun 1999 Tiongkok mengambil alih Macao dan menjadi Daerah Administrasi Khusus (Special Administrative Region).
Selain itu, gereja Katolik Roma juga mengirimkan misionaris-misionarisnya ke Macao untuk melanjutkan karya Santo Francis Xavier yang sangat berperan di Jepang. Berbagai Akademi Kristiani dan gereja-gereja pun dibangun di Macao yang bangunannya masih dapat dilihat hingga saat ini baik yang masih utuh, maupun yang tinggal reruntuhan. Perpaduan budaya Eropa dan Asia inilah yang menjadikan Macao masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia dari UNESCO sebagai The Historic Centre of Macao (Pusat Historis Makau), yakni sebuah kota yang memiliki lebih dari 20 lokasi bersejarah peninggalan budaya Portugis dan Tiongkok.
Kembali ke tempat wisata Macao, asimilasi budaya barat dan timur inilah yang pada akhirnya membuat Macao memiliki banyak sekali destinasi menarik yang patut dikunjungi, mulai dari situs bersejarah, hiburan dan atraksi, wisata kuliner hingga wisata belanja.
Bagi kalian yang suka menikmati situs budaya dan bersejarah, tempat-tempat seperti The Ruins of St. Paul, Senado Square, A Ma Temple, St. Dominic's Church, Manadarin's House adalah beberapa spot yang wajib dikunjungi. Kalau saya paling tertarik dengan The Ruins of St. Paul yang sejatinya merupakan reruntuhan Church of Mater Dei, yakni sebuah gereja Portugis yang didedikasikan khusus oleh Serikat Jesuit kepada Santo Paulus. Pada tahun 1602-1640 gereja ini direkonstruksi setelah mengalami kebakaran. Kemudian pada tahun 1835 Gereja ini kembali mengalami kebakaran hebat dan yang selamat hanya fasad depan yang penuh ukiran dan tangga. Katanya kalau hari sedang cerah, fasad ini kelihatan instagramable banget. Jadi banyak yang bilang, belum sah ke Macao kalau gak foto di depan The Ruins of St. Paul!
Buat yang hobi belanja dan kuliner, ternyata Macao juga punya banyak loh. Mulai dari yang murah hingga yang mahal, tergantung 'kekuatan' kantong! Hihihi.. Jadi habis keliling sana-sini, wisatawan bisa mengunjungi tempat-tempat seperti The Red Market, Senado Square, Taipa Flea Market, hingga Museum Shops yakni tempat dimana kamu bisa membeli souvenir yang hanya ada di Macao. Untuk penggemar wine, Macao punya Wine Museum yang menjual wine-wine Portugis.
Tapi Macao kelihatannya beda nih. Lagi-lagi perpaduan budaya barat dan timur membuat Macao punya berbagai macam jenis makanan yang bisa kita pilih sesuai selera. Dan kabarnya, makanan halal juga gak susah dicari disini loh. Dan Egg Tart adalah salah satu kuliner khas Macao yang patut dicoba kalau pelesiran ke sana! Sebagai informasi, baru-baru ini Macao bahkan mendapat penghargaan sebagai UNESCO Creative City of Gastronomy karena perpaduan kuliner timur dan baratnya. Keren kan!
 Jadi, salah banget kalau kita hanya tahu casino saat berkunjung ke Macao, karena Macao punya lebih dari sekadar casino. Dan kalau kamu punya rencana pelesiran ke wilayah Tiongkok, jangan lupa mampir ke Macao. Tapi kalau hanya mengunjungi Macao saja untuk sekadar berakhir pekan juga bisa banget. Soalnya maskapai ber-budget rendah yang merah-merah itu terbang langsung ke Macao empat kali seminggu. Dan yang paling penting lagi, Macao membebaskan visa untuk turis Indonesia!Â
Seru banget gak tuh. Soal transpor dan akomodasi juga rasa-rasanya tidak perlu bingung karena disana tersedia hotel dan penginapan dengan range harga bervariatif. Bahkan kabarnya, casino-casino disana juga menyediakan shuttle bus gratis yang yang bisa digunakan untuk mengantar turis ke berbagai destinasi wisata sekitar. Duh, jadi gak sabar pengen pesan tiket untuk liburan akhir pekan ke sana dan membuktikan semuanya dengan mata kepala sendiri. Eh, tapi ada yang mau ngajakin aku gak ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H