Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Macao yang Bukan Hanya Sekadar Casino

11 Desember 2017   14:27 Diperbarui: 11 Desember 2017   15:04 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Ruins of St. Paul (Sumber: commons.wikimedia.org)

Kalau dulu mendengar kata Macao, yang ada di benak saya waktu itu adalah tempat judi paling terkenal yang penuh dengan para pria berjas parlente yang memenuhi casino-casino. Maklum, kalau di film-film China zaman dulu, biasanya adegan perjudian diceritakan dengan setting Macao. Jadilah saya seperti korban film (bukan korban iklan loh ya) dengan mindset bahwa Macao berarti "Surga Judi". Wew!

Awalnya Macao tidak pernah sekalipun terlintas di pikiran saya untuk menjadi salah satu tujuan yang ingin saya kunjungi kalau ada kesempatan pelesiran ke luar negeri. Jujur saya akan lebih memilih kota lain. Apalagi teman-teman saya juga sering berkata, "Macao itu kecil, wisatanya tidak banyak. Mending ke Hong Kong atau Tiongkok sekalian". Jadilah saya kembali termakan opini orang lain.

Pandangan saya tentang Macao mulai sedikit berubah ketika ada salah seorang teman saya yang baru pulang traveling dari Macao. Dia membawakan saya beberapa oleh-oleh sambil memperlihatkan foto-fotonya selama di Macao. Saya langsung merasa heran karena ada banyak tempat-tempat yang justru mirip di Eropa. Bayangan saya, karena Macao termasuk dalam wilayah dan dekat dengan Tiongkok, maka arsitektur bangunan di sana pastilah tidak berbeda jauh dengan arsitektur khas Tiongkok. Dan ketika melihat foto The Ruins of St. Paul, saya langsung suka!

Jadi, ketika saya melihat pengumuman event Nangkring dari Kompasiana yang mengundang perwakilan Macao Government Office Tourism (MGTO), tanpa ragu saya langsung daftar untuk ikutan! Dan untungnya, saya terpilih sebagai peserta. Makasi loh, Kompasiana!

Suasana Kompasiana Nangkring bersama MGTO (Dokpri)
Suasana Kompasiana Nangkring bersama MGTO (Dokpri)
Dalam acara Kompasiana Nangkring yang diadakan di The Hook Resto & Bar Sabtu lalu, ada banyak informasi tentang wisata Macao yang disampaikan oleh Mbak Devi selaku perwakilan dari MGTO Indonesia dan Mas Arif Rahman sang Travel Blogger yang beken di Instagram. Jadi selain dapat info tentang wisata Macao, saya juga jadi bisa bertemu dengan Kompasiner lain, terutama bang Posma Siahaan dan Mbak Ariyani Na.

Macao yang terletak di sebelah barat daya Hong Kong dan sekitar 145 km dari Guangzhou ini, ternyata memiliki sejarah unik yang menjadikannya sebagai salah satu wilayah koloni Eropa tertua di Tiongkok. Dulu, Macao dikenal dengan sebutan Ou Mun yang berarti "Gerbang Perdagangan" karena lokasinya yang berada di hilir Sungai Pearl yang mengalir dari Guangzhou. Dan karena kota ini juga merupakan bagian dari Jalur Sutera, Ou Mun selalu ramai disinggahi oleh kapal-kapal yang mengangkut sutera dari Roma.

Sekitar awal tahun 1550an, bangsa Portugis tiba di Ou Mun yang juga disebut A Ma Gao oleh penduduk setempat sebagai penghormatan kepada Dewi Laut yang kuilnya didirikan di pintu masuk pelabuhan. Lama kelamaan sebutan Ou Mun berubah menjadi Macao dan Portugis pun mulai membangun kota tersebut atas izin penguasa Guangdong. Tahun 1999 Tiongkok mengambil alih Macao dan menjadi Daerah Administrasi Khusus (Special Administrative Region).

Selain itu, gereja Katolik Roma juga mengirimkan misionaris-misionarisnya ke Macao untuk melanjutkan karya Santo Francis Xavier yang sangat berperan di Jepang. Berbagai Akademi Kristiani dan gereja-gereja pun dibangun di Macao yang bangunannya masih dapat dilihat hingga saat ini baik yang masih utuh, maupun yang tinggal reruntuhan. Perpaduan budaya Eropa dan Asia inilah yang menjadikan Macao masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia dari UNESCO sebagai The Historic Centre of Macao (Pusat Historis Makau), yakni sebuah kota yang memiliki lebih dari 20 lokasi bersejarah peninggalan budaya Portugis dan Tiongkok.

Kembali ke tempat wisata Macao, asimilasi budaya barat dan timur inilah yang pada akhirnya membuat Macao memiliki banyak sekali destinasi menarik yang patut dikunjungi, mulai dari situs bersejarah, hiburan dan atraksi, wisata kuliner hingga wisata belanja.

Bagi kalian yang suka menikmati situs budaya dan bersejarah, tempat-tempat seperti The Ruins of St. Paul, Senado Square, A Ma Temple, St. Dominic's Church, Manadarin's House adalah beberapa spot yang wajib dikunjungi. Kalau saya paling tertarik dengan The Ruins of St. Paul yang sejatinya merupakan reruntuhan Church of Mater Dei, yakni sebuah gereja Portugis yang didedikasikan khusus oleh Serikat Jesuit kepada Santo Paulus. Pada tahun 1602-1640 gereja ini direkonstruksi setelah mengalami kebakaran. Kemudian pada tahun 1835 Gereja ini kembali mengalami kebakaran hebat dan yang selamat hanya fasad depan yang penuh ukiran dan tangga. Katanya kalau hari sedang cerah, fasad ini kelihatan instagramable banget. Jadi banyak yang bilang, belum sah ke Macao kalau gak foto di depan The Ruins of St. Paul!

The House of Dancing Water (Sumber: youtube.com)
The House of Dancing Water (Sumber: youtube.com)
Selain wisata budaya dan sejarah, Macao juga memiliki tempat atraksi hiburan yang seru dan menarik seperti The House of Dancing Water, Tree of Posperity dan Dragon of Fortune, Fortune Diamond, Pier 16 Macao 3D World, Giant Panda Pavilion hingga bungee jumping dari Macao Tower setinggi 233 meter yang diklaim sebagai bungee jumping tertinggi di dunia dan masih banyak lagi. Dan The House of Dancing Water akan menjadi destinasi wajib saya bila mendapat kesempatan mengunjungi Macao. Saya membayangkan The House of Dancing Water sebagai sebuah pertunjukkan teater semacam Siam Niramit di Bangkok, namun pastinya akan melibatkan banyak air mancur warna-warni serta menampilkan seni akrobatik nan futuristik. Teater yang memiliki sudut pandang 270 derajat ini, pastinya membuat penontonnya dapat menikmati pertunjukkan dengan nyaman dan leluasa dari berbagai arah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun