Minggu lalu saya berkesempatan mengunjungi ibukota Negeri Gajah Putih, alias kota Bangkok, untuk yang kedua kalinya. Itu pun setelah beberapa bulan sebelumnya mengantre sambil panas-panasan di sebuah acara travel fair di Jakarta, demi mendapatkan tiket murah. Niat banget memang! Mumpung masih bisa ngajak orangtua, pikir saya waktu itu.
Kota Bangkok terkenal dengan wisata belanjanya yang murah meriah. Didukung dengan tempat-tempat wisata belanja yang terkenal seperti Chatuchak Weekend Market, Pratunam Market, Asiatique dan Floating Market. Namun pada kunjungan kedua saya kali ini, saya bertekad ingin melihat sisi lain Bangkok. Dan... jadilah saya menyusun itinerary saya dengan 'wisata perkuilan'.
Dari hasil browsing sana-sini, akhirnya saya memutuskan hanya mengunjungi dua kuil saja yaitu Wat Pho dan Wat Arun. Selain karena letaknya yang berdekatan, dua kuil ini kelihatannya oke banget (baca: instagramable) untuk dilihat. Sebenarnya banyak juga kuil lain, misalnya yang terkenal Wat Phra Kaew di kompleks Grand Palace.
Tapi menurut review dari banyak traveler, Grand Palace tidak terlalu direkomendasikan karena harganya yang lumayan mahal (sekitar 500 Baht/orang) tidak sebanding dengan apa yang ada di dalam. Selain itu, tempat lainnya yang termasuk dalam paket tiket Grand Palace, sedang ditutup untuk umum. Jadi, saya pikir saya akan rugi kalau sudah beli tiket mahal, tapi hanya sedikit yang bisa dilihat.
Sesuai namanya, di kuil ini terdapat patung Buddha dalam posisi tidur sepanjang 46 meter! Saking besarnya, kamera ponsel saya tidak cukup untuk mengambil gambar. Wat Pho dibangun oleh King Rama I dan termasuk salah satu kuil tertua yang telah berdiri sebelum Bangkok menjadi ibukota. Sekitar tahun 1832, King Rama III merenovasi dan memperluas kompleks kuil yang menghabiskan waktu sekitar 16 tahun! Lama banget kan..
Setiap bangunan dan pagoda yang ada di sana memiliki full ornamen pada marmer dan ukiran pada setiap dindingnya. Karena keunikan dan sejarahnya inilah akhirnya pada bulan Februari 2008, Wat Pho dianugerahi sertifikasi Memory of the World dari UNESCO.
Seluruh dekorasi marmer dan ukiran-ukirannya yang didominasi warna hijau, kuning, putih dan jingga benar-benar membuat saya terpesona. Ada empat buah Pagoda utama yang dibangun sebagai lambang pemerintahan King Rama I -- IV.
Bertolak dari Wat Pho, saya mengunjungi Wat Arun di seberang sungai Chao Phraya. Dari pintu masuk Wat Pho, kita tinggal berjalan kaki menuju dermaga Tha Tien untuk menyeberang dengan kapal penumpang dan cukup dengan membayar 4 Baht/orang sekali jalan.
Berbeda dengan Wat Pho, Wat Arun didominasi dengan mosaic berwarna putih. Kuil ini bisa dinaiki hingga ke puncak sehingga kita bisa melihat liukan sungai Chao Phraya. Namun saat saya berkunjung, hanya tingkat pertama saja yang dibuka. Gapapa deh. Soalnya, tangganya juga tinggi dan curam. Agak serem juga pas menuruni tangga.
Harga tiket masuk Wat Arun 50 Baht/orang. Namun di luar kompleks Wat Arun, ada taman yang indah dengan patung raksasa Thailand yang bisa kita nikmati secara gratis. Lumayan kan buat yang hobi foto-foto.
Pakaian yang Sopan
Jelas dong, namanya juga berkunjung ke tempat ibadah. Panjang pakaian yang disarankan adalah minimal selutut dan tidak berlengan buntung. Kalau tidak, kita akan disuruh mengenakan penutup kayak di Pura Uluwatu gitu deh. Tapi bedanya, kita harus menyewa kain penutupnya. Selain itu, saat memasuki beberapa spotyang memang diperuntukkan untuk ibadah, kita wajib membuka alas kaki dan penutup kepala.
Datang Lebih Awal
Mengapa? Karena lokasinya berdekatan dengan kompleks Grand Palace yang selalu ramai dengan wisatawan, sehingga akses ke sini pasti macet sekali.
Apalagi tidak terjangkau angkutan massal seperti BTS/MRT. Karena itu agak susah mencari taksi / Tuktuk yang mau menyalakan argonya (disana tarif argo lebih murah daripada borongan). Selain itu kalau kita sampai di sana lebih awal, belum terlalu banyak turis. Jadi lebih leluasa untuk melihat-lihat dan foto-foto!
Gak cuma ke tempat ini sih harus bawa minum. Ke tempat-tempat lain juga. Tapi karena tempat ini pastinya di daerah terbuka, pasti panas sekali kalau sudah siang. Air minum sangat membantu kalau lagi kepanasan. Lagipula di Wat Pho ada isi ulang gratis kan, dingin pula!
Pada dasarnya konsep dan arsitektur bangunan kuil di Thailand mirip-mirip. Jadi, meski ada banyak sekali Wat-Wat di Bangkok, hanya mengunjungi 2 atau 3 tempat saja sudah cukup. Pilih saja yang kira-kira menurut kalian paling menarik untuk dikunjungi.
Setelah mengunjungi kedua candi tersebut, menurut saya Candi Borobudur tetap juara. Kenapa? Karena nilai historisnya, ukurannya yang sangat besar, tingkat kerumitan pahatan relief pada batu yang menyajikan satu cerita utuh, sistem pembangunannya yang berkonsep interlock dan sebagainya.Â
Namun, kelihatannya TWA Candi Borobudur perlu meniru sedikit Wat Pho. Apalagi kalau bukan dispenser air isi ulang! Pengalaman saya menaiki Borobudur di siang hari benar-benar luar biasa. Akan sangat membantu kalau di sekitar candi disediakan fasilitas tersebut.
Namun yang paling penting untuk diingat adalah supaya kita ikut serta memelihara situs sejarah ini dengan tidak memanjat-manjat candi atau stupa Borobudur, tidak membuang sampah sembarangan, apalagi melakukan vandalisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H