Kesehatan Psikologis & Jasmani
Terjebak dalam kemacetan selama berjam-jam di jalan tentunya akan membuat badan pegal dan mengakibatkan level stres seseorang meningkat.
Polusi yang ditimbulkan akibat kemacetan ada dua. Pertama, polusi udara akibat emisi gas Karbon Monoksida (CO) yang pada akhirnya akan menyumbang perang pada kebocoran lapisan Ozon di atmosfer bumi. Kedua, polusi suara yang disebabkan bunyi mesin kendaraan dan suara klakson yang bersahut-sahutan.Â
Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat kesabaran masyarakat Jakarta masih jauh dari masyarakat Jepang. Kebetulan saya sering kali menemui artikel yang membahas tentang kebiasaan orang Jepang yang sangat tertib berlalu lintas sehingga bahkan suara klakson jarang terdengar di jalan! Dan yang paling utama adalah, pemborosan BBM. Pemakaian kendaraan yang berlebihan dan kemacetan jelas akan membuat minyak dan gas bumi akan semakin langka, sedangkan pembentukkannya sendiri membutuhkan waktu ratusan tahun.
Akibat sering terjebak di kemacetan, sering kali kita melewatkan peristiwa-peristiwa penting dalam keluarga dan persahabatan. Misal melewatkan momen ulang tahun seseorang, reuni dengan teman hingga berkurangnya kualitas istirahat.
Menghambat Penanganan Keadaan Darurat
Pernah lihat dong, ketika mobil damkar dan ambulans dengan sirine meraung-raung terjebak dalam kemacetan, berusaha menembus macet tapi tak ada seorangpun yang memberi jalan? Akibatnya penanganan kebakaran dan pasien emergency menjadi terhambat. Dan sayangnya tingkat kesadaran masyarakat kita untuk mengutamakan kendaraan darurat lewat dalam kasus emergency, masih belum bisa diacungi jempol. Kalau sudah begini, yang rugi kita-kita juga kan. Coba bayangkan jika kita yang mengalami kejadian itu?
Lalu cara apa saja yang perlu ditempuh untuk mengurangi kemacetan Jakarta? Beberapa usaha yang sudah dilakukan pemerintah antara lain, menaikkan tarif tol, parkir dan pajak kendaraan hingga membatasi kendaraan untuk melewati jalan-jalan tertentu pada rush hour. Kalau dulu konsep yang diterapkan adalah Three In One, sekarang adalah pembatasan kendaraan berplat ganjil dan genap.
So, bagaimana dengan kontribusi kita sebagai masyarakat? Sudah jelas sebenarnya. Kurangi pemakaian kendaraan pribadi dan mulai menggunakan transportasi umum. Kita akui sistem transportasi umum kita belum semaju Bangkok dan Singapura, namun perlu diakui juga bahwa transportasi umum Jakarta kini sudah mulai ada kemajuan. Contoh armada bus Transjakarta yang semakin banyak, serta perbanyakkan rute Transjakarta. Fasilitas Commuter Line juga sudah berbeda dengan dulu, dimana kereta yang digunakan semakin nyaman dan bebas macet. Dan semoga beberapa tahun lagi kita sudah bisa menikmati LRT & MRT.