Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Cerita dari Holyland Bagian 2 (Israel): Aku Jatuh Cinta!

9 Mei 2017   09:01 Diperbarui: 9 Mei 2017   09:13 2172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Kota Jerusalem dari Kejauhan (DokPri)

Jatuh cinta? Ziarah rohani kok malah jatuh cinta. Tapi saya memang benar-benar sudah jatuh cinta! Bukan dengan seorang pria (meskipun cowok-cowok di sana tidak ada yang jelek, alias ganteng-ganteng semua!), melainkan jatuh cinta pada kotanya. Terutama gereja-gereja yang ada di sana. There are plenty of amazing and beautiful churches there!

Tempat pertama yang saya kunjungi ketika saya sampai di Israel adalah Wailing Wall alias Western Wall (Tembok Barat). Sejatinya, tembok ini merupakan bagian barat dari bait suci kaum Yahudi yang dibangun oleh Raja Herodes. Setelah dihancurkan oleh bangsa Romawi, hanya tersisa sekitar 60 meter dan kaum Yahudi hanya bisa menangis sambil meratapi kehancuran mereka di tembok ini. Karena itulah tembok ini juga dikenal sebagai Tembok Ratapan, yang kini menjadi salah satu tempat paling suci bagi kaum Yahudi. Meski begitu, umat Kristen tetap banyak dan boleh berdoa di tempat ini. Biasanya para peziarah yang berdoa akan menyelipkan kertas-kertas kecil berisi permohonan mereka ke sela-sela retakan tembok. Termasuk saya :).

Tembok Barat / Tembok Ratapan dengan Bendera Setengah Tiang (DokPri)
Tembok Barat / Tembok Ratapan dengan Bendera Setengah Tiang (DokPri)
Selain itu karena kunjungan saya pada tanggal 24 April bertepatan dengan hari Yom HaShoah (untuk memperingati kaum Yahudi yang meninggal dalam peristiwa Holocaust oleh NAZI) maka bendera-bendera dinaikkan setengah tiang dan pada pukul sepuluh pagi terdengar bunyi sirine di seluruh kota selama satu menit sebagai tanda untuk mengheningkan cipta.

Ibarat kesan pertama yang begitu menggoda, sejarah dari tempat pertama yang diceritakan oleh Avi Daniel (sang tour guide) inilah yang membuat saya mulai jatuh cinta. Cieeee..

Israel sebagai salah satu negara tujuan utama para peziarah umat Kristiani dari seluruh dunia, benar-benar serius membangun sektor pariwisata religiusnya. Hampir di setiap tempat yang dipercaya memiliki nilai religius atau karena sejarahnya yang menjadi tempat terjadinya suatu peristiwa yang tercatat dalam Alkitab, selalu dibangun sebuah gereja dengan arsitektur yang berseni tinggi dan sarat filosofi.

Bangunan Gereja yang Didominasi Batu Gamping (DokPri)
Bangunan Gereja yang Didominasi Batu Gamping (DokPri)
Sama seperti bangunan lain pada umunya, gereja-gereja di sana dibangun dengan bahan dasar Limestone (batu gamping). Warnanya yang putih-cokelat-kekuningan sangat menyatu dengan situasi alam dan cuaca di sana.

Gereja Padang Gembala di Betlehem yang Masuk Otoritas Tepi Barat, Palestina (DokPri)
Gereja Padang Gembala di Betlehem yang Masuk Otoritas Tepi Barat, Palestina (DokPri)
Selain itu, gaya arsitektur Romanesque adalah contoh yang paling banyak ditemui di gereja-gereja di Israel.  Arsitektur ini berasal dari Eropa abad pertengahan yang nantinya berkembang menjadi arsitektur Gothic. Gaya arsitektur ini menggabungkan fitur-fitur Romawi dan Byzantium yang memiliki ciri khas atap yang melengkung, menara-menara yang tinggi dan interiornya penuh dengan dekorasi atau lukisan-lukisan yang detail.

Contoh Interior Lukisan di Gereja Stella Maris (DokPri)
Contoh Interior Lukisan di Gereja Stella Maris (DokPri)
Cana Wedding Church (DokPri)
Cana Wedding Church (DokPri)
Interior Gereja St. Catherine (DokPri)
Interior Gereja St. Catherine (DokPri)
Dari semua gereja yang saya kunjungi di Israel, sebagian besar gereja dibangun oleh seorang arsitek Italia yang juga merupakan biarawan Fransiscan bernama Antonio Barluzzi. Gereja-gereja yang dibangun olehnya antara lain Church of Holy Sepulchre (Gereja Makam Kudus) di Jerusalem, Church of Dominus Flevit (Gereja Yesus Menangis) di Bukit Zaitun, Church of All Nations (Gereja Segala Bangsa)  di Gethsemane, Church of Transfiguration di Gunung Tabor dan Church of Beatitudes (Gereja Sabda Bahagia) di Tabgha dekat Capharnaum. Seluruh gereja memiliki filosofisnya masing-masing yang tidak mungkin saya jelaskan satu persatu di sini, selain karena saya bukan ahli filosofis arsitektur, tentu akan lebih baik diceritakan sambil melihat bangunannya langsung.

Church of Transfiguration di Gunung Tabor (DokPri)
Church of Transfiguration di Gunung Tabor (DokPri)
Dan dari semua gereja yang saya kunjungi, gereja yang paling berkesan bagi saya antara lain Church of Holy Sepulchre, Gereja Kabar Gembira, Church of All Nations dan Church of Pater Noster.

Gereja Kabar Gembira di Nazareth (DokPri)
Gereja Kabar Gembira di Nazareth (DokPri)
Church of Holy Sepulchre berada di Jerusalem dan merupakan bagian dari Via Dolorosa (jalan salib yang terdiri dari 14 perhentian untuk memperingati kisah sengsara Yesus) sebagai perhentian terakhir. Arsitektur gereja ini sangat LUAR BIASA. Interiornya penuh dengan dekorasi yang apik nan detail. Gereja ini biasanya yang paling ramai dikunjungi peziarah yang datang ke Jerusalem. Sayangnya karena pencahayaan di dalam tidak cukup, sementara kamera saya hanyalah kamera digital, saya tidak bisa mendapatkan gambar dengan maksimal.

Pintu Masuk Gereja Makam Kudus (DokPri)
Pintu Masuk Gereja Makam Kudus (DokPri)
Interior Gereja Makam Kudus (DokPri)
Interior Gereja Makam Kudus (DokPri)
Church of All Nations di Gethsemane juga memiliki keindahan arsitektur yang menakjubkan. Gereja ini dibangun atas donasi dari negara-negara lain, termasuk Indonesia. Oleh sebab itu gereja ini disebut Gereja Segala Bangsa. Selain itu, gereja ini juga digunakan oleh seluruh aliran Kristiani mulai dari Katolik Roma, Orthodox, Armenia, Protestan, Anglikan, Lutheran dan lainnya.

Interior Gereja Segala Bangsa (DokPri)
Interior Gereja Segala Bangsa (DokPri)
Sedangkan Church of Pater Noster (Gereja Bapa Kami), merupakan gereja yang terletak di Bukit Zaitun (Mount Olive). Konon dibangun di tempat yang dipercaya sebagai lokasi ketika Yesus mengajarkan doa Bapa Kami kepada murid-muridnya. Ada sekitar 170 doa Bapa Kami dalam berbagai bahasa dari seluruh dunia yang dipajang, termasuk bahasa Indonesia, aksara Batak, Jawa, Sunda, Palembang, Toraja, Karo dan lainnya. Begitu diberitahu oleh Avi, rombongan saya langsung berpencar mencari bahasa daerah kami masing-masing untuk berfoto! Bangga sekali rasanya bahasa kita ada di gereja nun jauh di sana.

Church of Pater Noster (DokPri)
Church of Pater Noster (DokPri)
Doa Bapa Kami dalam Berbagai Bahasa di Indonesia (DokPri)
Doa Bapa Kami dalam Berbagai Bahasa di Indonesia (DokPri)
Benar kata tour guide kami, kalau ingin benar-benar menjelajah seluruh gereja di Israel, dibutuhkan waktu kurang lebih dua bulan. Sementara kami, hanya lima hari di sana. Keindahan gereja-gereja itu bagaikan sedang berbicara kepada saya dan merayu saya supaya betah lama-lama duduk dan menikmati mahakarya seniman-seniman dunia. Saya benar-benar jatuh cinta dan berharap bisa kembali lagi ke sana.

Architecture is a visual art, and the buildings speak for themselves – Julia Morgan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun