Beberapa waktu yang lalu, salah seorang anak dari rekan saya di gereja tiba-tiba saja datang menghampiri saya , dan dia menjadi orang yang kesekian kalinya yang bertanya, "Kakak dulu kuliahnya farmasi ya? Kuliahnya ngapain aja sih Kak? Susah gak? Setelah lulus kerjanya jadi apa Kak?"
Jujur saja, mendengar seringnya pertanyaan semacam itu dilontarkan kepada saya, saya jadi merasa miris sendiri. Kenapa? Rupa-rupanya profesi Farmasis itu (masih saja) belum dikenal di kalangan masyarakat awam. Yah, yang mereka tahu biasanya tenaga kesehatan itu hanya sebatas, dokter dan perawat. Dan istilah Farmasis / Apoteker bagaikan sebuah kata baru yang artinya belum diketahui. Coba saja tanya anak kecil cita-citanya mau jadi apa. Pasti jadi dokter, mana ada yang jawab jadi apoteker? Oke, mungkin saya agak lebay. Tapi memang inilah yang terpikirkan oleh saya saat mendengar urutan pertanyaan itu berulang-ulang. Beneran, urutan pertanyaannya persis sama!
Jadi untuk para pembaca yang mungkin mengenal adik-adik yang ingin masuk kuliah atau adik-adik yang sedang galau mau ambil jurusan apa (mumpung sekarang juga masih masa-masa persiapan masuk kuliah), jika ada yang bertanya tentang dunia farmasi dan apoteker, mari saya bantu menjawab.
Apa itu Apoteker?
Apoteker (kalau di luar negeri lebih sering disebut Pharmacist / Farmasis) adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi Apoteker dan telah mengucap sumpah jabatan Apoteker. Ya, untuk menjadi seorang Apoteker kita harus menempuh pendidikan Sarjana Farmasi selama 4 tahun kemudian dilanjutkan dengan pendidikan profesi Apoteker selama satu tahun. Lama ya sekolahnya? Ya tidak juga sih, masih lebih lama dokter. Yang penting tergantung niat, kegigihan dan kesabaran saat kuliah. Nanti saya jelaskan kenapa tiga hal ini harus dimiliki orang yang ingin masuk kuliah farmasi.
Selain Apoteker, ada juga tenaga kefarmasian lainnya seperti Asisten Apoteker atau Analis Farmasi. Bedanya, kedua tenaga kefarmasian ini tidak menempuh pendidikan profesi Apoteker sehingga mereka juga tidak memiliki izin praktek sebagai Apoteker. Izin praktek Apoteker kelak akan menjadi persyaratan jika nanti pekerjaannya menjadi Penanggungjawab di apotek, rumah sakit atau industri (produsen obat atau distributor obat). Jadi yang bisa saya simpulkan, lapangan kerja Apoteker akan lebih luas dibandingkan kedua tenaga kefarmasian tadi.
Lalu kuliahnya ngapain aja?
Saat menempuh perkuliahan farmasi, ada dua jenis mata kuliah yaitu teori dan praktikum. Persentase teori dan praktikum boleh dibilang 30 : 70. Ya, jam kuliah praktikum memang paling banyak karena kelak lulusannya nanti diharapkan bisa terampil.
Untuk teori, seorang mahasiswa farmasi harus rajin menghafal dan memahami konsep dasar. Ada mata kuliah tertentu yang memang membutuhkan otak yang kuat untuk menghafal 'plek plek', misalnya mengahafal nama-nama latin tanaman obat. Salah satu huruf dalam menulis, maka salah semua. Ngeri-ngeri sedap ya! Ada juga yang harus benar-benar kita mengerti konsep dasar, misalnya kaitan antara sistem kerja organ tubuh dan mekanisme kerja obat yang mempengaruhinya.
Selain teori, kita juga membutuhkan kemampuan eksak untuk praktikum. Eksak yang saya maksud disini memang tidak serumit ilmu fisika dan matematika. Tetapi eksak dasar yang berkaitan dengan ilmu kimia. Jadi boleh dibilang, ilmu kimia dan biologi merupakan ilmu yang harus kita kuasai dan cintai jika ingin kuliah farmasi.