Salah satu agenda prioritas pemerintah yang tertuang dalam gagasan "Nawa Cita" adalah mewujudkan kemandirian ekonomi melalui sektor-sektor strategis dan salah satunya andalah adalah pariwisata. Sektor pariwisata telah menjadi leading sector dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 4,23%.
Kinerja pariwisata nasional diapresiasi dengan naiknya peringkat Indonesia ke urutan ke-47 (sebelumnya posisi 70) dunia versi Travel and Tourism Competitiveness Index World Economic Forum pada 2015. Meski masih di bawah negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand, tetapi optimisme bagi pariwisata Indonesia untuk terus meningkatkan daya saing di kancah dunia.
Industri pariwisata merupakan agen pemerataan kemakmuran yang sangat strategis dan kebal terhadap krisis. Sebagai penghasil devisa terbesar, dibutuhkan sinergi seluruh pemangku kepentingan.
Sarana infrastruktur seperti toilet, tempat makan, belanja dan penginapan harus mendukung kenyamanan para turis baik domestik maupun asing yang datang, agar mereka rela untuk kembali berkunjung pada masa yang akan datang.
Keberagaman inilah sebagai "pemikat" yang membuat NTT menjadi tempat wisata kuliner yang paling menarik dibandingkan daerah lainnya bagi "penyuka" makanan laut.
Menjelang sore, di sepanjang jalan kita akan disuguhi "festival" ikan segar yang sangat langka dijumpai di ibu kota provinsi lainnya. Berbagai makanan laut segar yang baru saja ditangkap disuguhkan di sepanjang jalan, yang dapat langsung diolah (dibakar, digoreng, direbus) sesuai dengan keinginan dan selera, dengan beraneka pilihan rasa seperti asam manis, saos padang, kecap manis, dan lainnya.
Dengan harga ikan yang sangat murah, untuk ikan baronang, kue, kerapu atau lainnya ukuran setengah kilo, dengan uang Rp50 ribu untuk tiga ekor ikan, sudah termasuk diolah. Kepiting atau udang dengan harga kisaran Rp50 ribu hingga Rp120 ribu termasuk ongkos masak/diolah. Namun untuk ukuran yang lebih besar di atas sekilo kita akan memeroleh satu ekor ikan untuk harga tersebut.Â
Kuliner lainnya yang harus dicicip adalah jagung bose. Jagung bose adalah jagung yang dilunakkan, ditumbuk untuk memisahkan kulitnya sehingga berwarna putih. Jagung bose merupakan makanan pokok pengganti nasi, dan dapat di nikmati dengan berbagai penganan lainnya, seperti ikan teri, se'i, dan lainnya.
Kuliner lainnya se'i (Rote) adalah daging babi, sapi, ayam dan ikan (istilah kekiniannya sausage/sosis/smoked beef). Penduduk NTT yang sebagian besar nasrani menjadikan NTT menjadi pengekspor daging babi di seluruh wilayah Indonesia. Daging babi banyak diternakkan oleh warga dan diolah secara tradisional dengan dipotong memanjang 2-3 cm lebarnya, kemudian diberi garam dan rempah selanjutanya, pengasapan dengan menggunakan kayu kosambi.
Karena proses kematangan daging se'i melalui proses panasnya asap sehingga baunya menjadi sangat harum. Namun banyaknya pendatang dan wisatawan muslim yang datang sehingga permintaan se'i sapi, ayam dan ikan juga meningkat. Rasanya yang khas dengan warna ke merah-merahan membuat air liur menetes, dan dimakan dalam keadaan panas membuat ingin nambah terus...