Halo reader Kompasiana, kita tentu saja sudah tidak asing lagi dengan selaput dara yang hampir dibicarakan ketika ada pernikahan di lingkungan kita yang memiliki budaya timur yang kental.Â
Selaput dara ini selalu dikaitkan dengan keperawanan. Keperawanan merupakan situasi  belum pernah berhubungan seksual. Keperawanan menjadi positif atau negatif yang bergantung pada jenis kelamin, umur, dan budaya yang dijalankan dan dianut seseorang atau sekumpulan orang.Â
Keputusan untuk menjadi perawan atau tidak tergantung pada pribadi masing-masing yang menjalaninya. Alasan yang sering kali digunakan untuk tetap menjaga keperawanan adalah untuk perkawinan nanti ketika sudah menjadi suami dan istri, menghindari penyakit seksual dan lain-lain.Â
Seringkali dalam pikiran orang orang awam bahwa seseorang yang perawan pasti memiliki selaput dara yang utuh, namun bagimana fakta sebenarnya?
Beberapa masyarakat menganggap keperawanan sebagai kehormatan  dan selaput dara yang utuh dianggap sebagai bukti keperawanan, dikarenakan hymen dianggap dinilai sebagai lapisan yang menghalangi senggama.Â
Kebanyakan orang orang beranggapan bahwa selaput dara atau hymen berada dalam vagina namun pada kenyataannya hymen merupakan bagian dari vulva yang berada pada bagian luar kelamin wanita. Faktanya, selaput dara merupakan jaringan tipis yang menutupi sebagian lubang dan tidak terdapat pada semua wanita.
Jaringan yang menutupi vagina pada saat janin biasanya terbelah sebelum lahir yang kemudian disebut selaput dara yang memiliki ukuran dan bentuk lubang yang berbeda-beda atau bervariasi dan berbeda disetiap anak perempuan.Â
Namun, terdapat sebagian anak perempuan yang tidak memiliki hymen atau selaput dara sejak lahir dikarenakan jaringan penutup vaginanya hilang seluruhnya ketika di dalam kandungan dan sebaliknya, tidak adanya pembentukan lubang pada anak perempuan tersebut sehingga selaput daranya buntu.Â
Lubang pada hymen ini sangat penting karena menjadi jalur keluarnya cairan menstruasi dari uterus, jika tidak berlubang, maka akan fatal akibatnya.Â
Dokter dan orang tua harus segera memeriksa vulva bayi perempuan yang baru lahir untuk memastikan selaput daranya berlubang dan dapat berfungsi.
Hymen adalah membrane yang tipis yang menutupi seluruh atau sebagian mulut pada vagina wanita dengan bentuk yang berbeda. Ada yang berbentuk lonjong, bulat dan lainnya. Hymen ini sendiri tidak hanya hilang hanya karna kegiatan berhubungan seksual, namun terdapat kegiatan non-seksual. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut!
- Kecelakaan atau luka
- Kegiatan olah raga yang ekstrim
- Mastrubasi
- Masuknya alat-alat tertentu oleh dokter saat melakukan pemeriksaan untuk keperluan medis
- Penggunaan tampon yang keliru
- Cara mencuci vagina yang keliru, dll.
Jaringan vulva biasanya sangat tipis dan mudah sobek sebelum pubertas bukan hanya sekedar berhubungan seksual. Kegiatan apa saja yang menekan jaringan vulva bisa merusak atau merobek hymen. Banyak perempuan yang tidak sadar jika daranya sudah sobek oleh beberapa aktivitas non-seksual diatas.Â
Hal ini terjadi mungkin karena tidak terjadi pendarahan atau darah yang menetes terlalu sedikit , juga tidak terasa sakit atau terjadi ketika masa kanak-kanak sehingga sulit memahami dan mencerna apa yang terjadi. Bahkan bisa saja seorang wanita yang sudah melakukan hubungan seksual tetap memiliki hymen dan hal tersebut memperkuat bahwa keperawanan tidak dapat diukur dari selaput dara.
Jadi ada atau tidaknya hymen atau yang sering disebut selaput dara sama sekali bukan penentu keperawanan seorang perempuan. Hal tersebut tidak dapat dipastikan berdasarkan pemeriksaan fisik melainkan diperlukan pemeriksaan yang lebih lanjut. Ditambah dengan kemajuan teknologi seorang perempuan bisa saja memperbaiki atau mengembalikan hymennya.Â
Mengetahui hal tersebut, perlu edukasi menyeluruh kepada masyarakat bahwa tidak semua perempuan perawan memiliki selaput dara dan selaput dara dapat hilang meskipun tidak dilakukan hubungan seksual agar tidak terjadi kesalahpahaman ketika menemui kasus seperti ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI