(sumber http://google.com)
Penduduk Indonesia sebagaimana sering dikemukakan,menempati peringkat ke-4 di dunia setelah Tiongkok,India, dan Amerika Serikat dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa.Menurut, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 mendatang berjumlah 305,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 28,6 persen dari tahun 2010 yang sebesar 237,6 juta jiwa.Pada tahun 2035 Indonesia akan menikmati bonus demografi. Bonus demografi merupakan suatu fenomena di mana jumlah penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) terhitung sangat tinggi, sementara di saat yang bersamaan jumlah usia muda (usia 0-14 tahun) terus menurun, dan usia lanjut (65 tahun ke atas) meningkat secara perlahan.
Pertanyaan kita apakah bonus demografi bisa dijakan sebuah peluang? besarnya jumlah usia produktif disuatu negara akan menjadi berkah dan potensi untuk pembangunan serta pertumbuhan ekonomi. Keberhasilan dalam memanfaatkan bonus demografi dipengaruhi oleh kesiapan pemerintah untuk menyiapkan angkatan kerja yang berkualitas. Kualitas tersebut berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kecukupan gizi. Untuk itu upaya menciptakan angkatan kerja yang berkualitas, perlu dipersiapkan matang-matang. Data BPS tahun 2014 menunjukkan bahwa dari segi Partisipasi Sekolah penduduk indonesia masih rendah digolongan umur 19-24 tahun. Angka partisipasi sekolah kelompok umur 19-24 pada tahun 2013 masih 20,14%. Walau angka ini telah mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan Angka partisipasi sekolah kelompok umur dibawahnya yang memiliki rata-rata mencapai diatas 60%, masih menunjukkan kesenjangan yang besar.
Namun, disatu sisi jika tidak diantisipasi dan dikelola dengan baik, kondisi ini berpotensi menjadikan musibah yang membawa dampak sosial lebih serius. Karena, tingkat penduduk usia produktif yang menanggung penduduk nonproduktif (usia tua dan anak-anak) akan sangat rendah. Sementara kemampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja masih rendah,belum lagi ditambah SDM usia produktif yang kurang berkompeten. Apalagi, pada akhir Desember 2015 nanti bangsa Indonesia akan menghadapi zona perdagangan bebas ASEAN. Kondisi ini akan menyebabkan Indonesia kebanjiran para pekerja dari luar negeri yang tentunya memiliki kemampuan soft dan hard skill yang lebih.
Apa yang harus dilakukan? Menghadapi kondisi dari bonus demografi diatas,muncul sebuah pertanyaan, apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi kondisi tersebut.
1.Memperbaiki sektor pendidikan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana, menyarankan agar wajib belajar terus diperpanjang menjadi 12 tahun. Lalu, jumlah drop out (DO) pelajar yang keluarganya berpenghasilan rendah harus dikurangi dan kurikulum juga harus direvisi. “Sekolah Dasar (SD) betul-betul diubah supaya dari kecil diajarkan cara berpikir lebih kreatif” katanya.
2. Memperbaiki sektor Kesehatan
Hubungan gizi dengan pembangunan bersifat timbal balik, yang artinya bahwa gizi akan menentukan keberhasilan suatu bangsa, begitu pula sebaliknya kondisi suatu bangsa dapat mempengaruhi status gizi masyarakatnya. Gizi dalam kaitannya dengan pembangunan suatu bangsa berkaitan dengan sumber daya manusia, karena gizi sebagai sentra untuk pembangunan manusia. Apabila semua penduduk suatu bangsa memperoleh gizi yang cukup sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal maka akan terlahir penduduk yang memiliki kualitas yang baik, dan sumber daya manusia yang berkualitas ini merupakan unsur utama dalam pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu perbaikan gizi pada anak usia dini menjadi penting untuk menciptakan SDM yang berkualitas agar bonus demografi dapat dimanfaatkan secara optimal
3. Memperbaiki sektor Ketenagakerjaan
Program Ketenagakerjaan bisa digalakan melalui program pemerintah yang menggenjot industri padat karya, pertanian, industri kreatif serta industri mikro, kecil dan menengah. Selain itu, kita akan menghadapi perdagangan bebas, di mana dunia menjadi begitu sempit, maka yang perlu dilakukan adalah memperbanyak pengajaran di bidang inovasi dan menggalakkan mental enterpreneurship bagi setiap orang.
4.Memperkecil angka pemuda putus asa
Salah satu dampak dari bonus demografi adalah besarnya beban yang ditanggung oleh usia produktif , jika pemerintah tidak mensiasati dengan memperbanyak lapangan kerja, mereka akan menjadi penduduk yang berputus asa karena bermasalah dengan finansial. Pemerintah perlu membuka peluang dan kesempatan bagi mereka mengembangkan diri agar memiliki kebebasan finansial. Jika tidak, maka ini juga akan mendatangkan dampak sosial yang lebih serius.
Dalam buku Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 karya presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebutkan bahwa pembangunan dilakukan pada saat manusia menjadi pelaku utama dari pembangunan itu sendiri yang diukur dari human resource development atau kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, pembangunan manusia harus menjadi prioritas dalam pembangunan. Dalam menghadapi bonus demografi, pemerintah perlu memperbanyak program pelatihan dan memperluas akses pendidikan serta kesehatan (termasuk untuk masyarakat kurang mampu) untuk menciptakan tenaga kerja yang memiliki ketrampilan mumpuni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H