Mohon tunggu...
Irma Wandari
Irma Wandari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menyongsong Bonus Demografi Indonesia

5 Desember 2015   22:55 Diperbarui: 7 Desember 2015   07:50 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber http://google.com)

Penduduk Indonesia sebagaimana sering dikemukakan,menempati peringkat ke-4 di dunia setelah Tiongkok,India, dan Amerika Serikat dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa.Menurut, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 mendatang berjumlah 305,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 28,6 persen dari tahun 2010 yang sebesar 237,6 juta jiwa.Pada tahun 2035 Indonesia akan menikmati bonus demografi. Bonus demografi merupakan suatu fenomena di mana jumlah penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) terhitung sangat tinggi, sementara di saat yang bersamaan jumlah usia muda (usia 0-14 tahun) terus menurun, dan usia lanjut (65 tahun ke atas) meningkat secara perlahan.

Pertanyaan kita apakah bonus demografi bisa dijakan sebuah peluang? besarnya jumlah usia produktif disuatu negara akan menjadi berkah dan potensi untuk pembangunan serta pertumbuhan ekonomi. Keberhasilan dalam memanfaatkan bonus demografi dipengaruhi oleh kesiapan pemerintah untuk menyiapkan angkatan kerja yang berkualitas. Kualitas tersebut berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kecukupan gizi. Untuk itu upaya menciptakan angkatan kerja yang berkualitas, perlu dipersiapkan matang-matang. Data BPS tahun 2014 menunjukkan bahwa dari segi Partisipasi Sekolah penduduk indonesia masih rendah digolongan umur 19-24 tahun. Angka partisipasi sekolah kelompok umur 19-24 pada tahun 2013 masih 20,14%. Walau angka ini telah mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan Angka partisipasi sekolah kelompok umur dibawahnya yang memiliki rata-rata mencapai diatas 60%, masih menunjukkan kesenjangan yang besar.

Namun, disatu sisi jika tidak diantisipasi dan dikelola dengan baik, kondisi ini berpotensi menjadikan musibah yang membawa dampak sosial lebih serius. Karena, tingkat penduduk usia produktif yang menanggung penduduk nonproduktif (usia tua dan anak-anak) akan sangat rendah. Sementara kemampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja masih rendah,belum lagi ditambah SDM usia produktif yang kurang berkompeten. Apalagi, pada akhir Desember 2015 nanti bangsa Indonesia akan menghadapi zona perdagangan bebas ASEAN. Kondisi ini akan menyebabkan Indonesia kebanjiran para pekerja dari luar negeri yang tentunya memiliki kemampuan soft dan hard skill yang lebih.

Apa yang harus dilakukan? Menghadapi kondisi dari bonus demografi diatas,muncul sebuah pertanyaan, apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi kondisi tersebut.

          1.Memperbaiki sektor pendidikan

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana, menyarankan agar wajib belajar terus diperpanjang menjadi 12 tahun. Lalu, jumlah drop out (DO) pelajar yang keluarganya berpenghasilan rendah harus dikurangi dan kurikulum juga harus direvisi. “Sekolah Dasar (SD) betul-betul diubah supaya dari kecil diajarkan cara berpikir lebih kreatif” katanya.

          2. Memperbaiki sektor Kesehatan

Hubungan gizi dengan pembangunan bersifat timbal balik, yang artinya bahwa gizi akan menentukan keberhasilan suatu bangsa, begitu pula sebaliknya kondisi suatu bangsa dapat mempengaruhi status gizi masyarakatnya. Gizi dalam kaitannya dengan pembangunan suatu bangsa berkaitan dengan sumber daya manusia, karena gizi sebagai sentra untuk pembangunan manusia. Apabila semua penduduk suatu bangsa memperoleh gizi yang cukup sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal maka akan terlahir penduduk yang memiliki kualitas yang baik, dan sumber daya manusia yang berkualitas ini merupakan unsur utama dalam pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu perbaikan gizi pada anak usia dini menjadi penting untuk menciptakan SDM yang berkualitas agar bonus demografi dapat dimanfaatkan secara optimal

          3. Memperbaiki sektor Ketenagakerjaan

Program Ketenagakerjaan bisa digalakan melalui program pemerintah yang menggenjot industri padat karya, pertanian, industri kreatif serta industri mikro, kecil dan menengah. Selain itu, kita akan menghadapi perdagangan bebas, di mana dunia menjadi begitu sempit, maka yang perlu dilakukan adalah memperbanyak pengajaran di bidang inovasi dan menggalakkan mental enterpreneurship bagi setiap orang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun