Mohon tunggu...
Irma Susilawati Dana
Irma Susilawati Dana Mohon Tunggu... -

suka menulis, travelling, photography dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Nature

Green Earth, Mengolah Sampah Plastik di Desa Pasir Buncir

6 Juni 2011   04:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:49 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nina menjawab pertanyaan Age dengan gamblang, menarik dan menginspirasi.  Di Desa Pasir Buncir, yang merupakan hulu Sungai Cisadane, setiap hari banyak pengajian ibu-ibu. Mulai dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore.  Pengajian, tempat yang cocok untuk mensosialisasikan kegiatan dari Green Earth.

“Ada ibu-ibu yang bertugas mengumumkan pengumpulan sampah, dan dikumpulkan di rumah saya. Terus ada buku tabungan, jika sudah berhasil mengumpulkan 10 kemasan plastik besar (bekas minyak goreng, pembersih lantai, dll.) mendapat 1 point, dan bila mencapai 50 poin dapat ditukar dengan gula  ¼ kg. Kenapa hanya ¼ kg saja... jangan sampai masyarakat hanya mengejar poin saja, itu sebagai pancingan untuk edukasi. Jadi  motivasinya bukan gula, tapi kesadaran. Butuh proses. Dari hasil penjualan produk plastik itu ada pembagian presentase”  papar Nina menjawab pertanyaan Age.

Untuk modal reward poin (kadang) didapat Nina dari honor presentasi. Sedangkan hasil penjualan produk limbah sampah plastik, 60% untuk ibu-ibu yang mengolah sampah, 10% untuk reward sembako, 10% untuk membeli peralatan, 10% untuk kas, dan 10% bonus bagi ibu-ibu yang rajin.

Sekarang, Nina tak harus pusing untuk membeli gula pasir, uang dari penjualan produk kerajinan sampah plastik sudah bisa dibelanjakan.  Kerajinan sampah plastiknya mulai dijual melalu social media, seperti Facebook (dikelola oleh anak-anak muda), toko dan dibawa oleh ibu-ibu ke pengajian.

“Ibu-ibu juga harus punya rasa memilki, jadi harus membantu jualan, biasanya produk dibawa ke tiap pengajian, dari hasil penjualan ibu-ibu bisa mendapat uang sebesar Rp. 35-40 ribu/orang/bulan,” tambah Nina sambil tersenyum .

Untuk pemasaran produk kerajinan dari sampah plastik, Nina sedang menjajaki untuk bisa menjualnya ke Jepang. Salah seorang peserta workshop Climate Generation dari Jepang bersedia membantu memasarkannya, namun dengan terjadinya bencana di Jepang baru-baru ini, rencana tersebut terpaksa ditangguhkan.

Selain sampah plastik, Nina juga mengajak bapak-bapak di Desa Pasir Buncir untuk mengelola sampah organik menjadi kompos, dengan bahan dasar sampah rumah tangga dan sisa-sisa jerami. “Sekarang masih mencoba-coba komposisi sampah, metodanya dan EM4 nya, masih belajar dari banyak pihak,” lanjut Nina.

Sayangnya, usaha yang dilakukan Nina Nuraniyah dan Green Earth belum mendapat perhatian dari  aparat pemerintahan setempat. Lurah Desa Pasir Buncir juga Camat Caringin belum pernah “menengok” kegiatan ini. Padahal  Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor sudah memberi perhatian dan apresiasi, yaitu ibu-ibu yang tidak lulus SD akan mendapatkan pendidikan tambahan.

Walaupun kendala pengelolaan seperti memberdayakan volunteer dan masalah administrasi masih membayangi Nina tapi “Saya harus bisa memanfaatkan sumber daya yang ada, bukan uang.” Motto yang selalu terngiang dalam pikiran Nina Nuraniyah untuk melakukan suatu pekerjaan. [irma susilawati dana & jeni shannaz]

Obrolan Kamis Sore, 19 Mei 2011

Narasumber: Nina Nuraniyah (Green Earth)

Ninu_abi@yahoo.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun