Mohon tunggu...
Irma Susanti Irsyadi
Irma Susanti Irsyadi Mohon Tunggu... -

hanya seorang pecinta kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Serbuan Budaya Asing dan Takutnya Orangtua

9 Desember 2018   10:01 Diperbarui: 9 Desember 2018   12:39 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum Anda marah-marah soal K-Pop, bukankah akan lebih baik jika Anda tahu dulu? Setelah tahu, tak masalah Anda akan melarangnya. Yang lebih penting, Anda duduk bersama anak dan membahas ini.

Mengapa penting sekali untuk membahas ini?

Sebab anak, apalagi menginjak remaja; takkan cukup dengan kata "Ga boleh!", mereka butuh tahu kenapa tidak boleh. Bukankah kita dulu (juga) sering merasa orangtua sangat otoriter ketika melarang sesuatu? Padahal kita hanya ingin tahu.
"ga usah ingin tahu, nanti kebablasan."

Jika Anda jenis orangtua yang sering mengatakan kalimat di atas, silakan. Namun percayalah, anakpun layak diberikan kepercayaan. Mereka tahu kok, mana yang benar dan salah. Kan Anda sudah mengajarkan, toh?

"Gimana kalo anak saya iya-iya di depan saya, namun melanggar di belakang saya?"

Berarti ada yang salah dengan pola komunikasi Anda dengan anak, simpel.

"Anak saya jadi malas belajar, itu gara-gara KPop."

Pertanyaan saya: yang kasih gawai, siapa? Personel Black Pink? Tetangga depan rumah?

Jika ingin lebih ekstrim lagi, jangan ada televisi di rumah. Kondisikan rumah Anda bebas dari gawai, dan pelbagai tontonan. Sediakan banyak buku bacaan dan permainan. Kembalilah ke era tahun 70-80an dengan banyak permainan tradisional. Mengenai buku bacaan, syaratnya cuma satu: Anda sebagai orangtuanya juga suka baca, ga cuma suka nyuruh.

Saya mengagumi beberapa teman, yang konsisten memiliki cara mendidik anak-anak mereka. Ada yang meniadakan televisi dan menyediakan pelbagai aktivitas bermain untuk anak-anak di rumah. Ada yang memaksa diri menjadi pembaca buku dan rajin membelikan buku bacaan.

Intinya, ada banyak jalan menuju Roma, Ani!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun