Mohon tunggu...
Irma SiarTambunan
Irma SiarTambunan Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati pangan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang yg peduli ketahanan pangan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bulog Beruntung, Pemerintah Beri Ruang Lebih Besar Salurkan Beras BPNT

28 Mei 2019   18:18 Diperbarui: 28 Mei 2019   18:31 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi bulog (meme edit pribadi)

Akhirnya Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) boleh sedikit bernapas lega. Setelah sempat tidak tahu mau diapakan, meminjam istilah Wakil Presiden Jusuf Kalla, stok beras sejumlah 2,1 juta ton yang menumpuk di gudang-gudang penyimpanan bisa aja akan tersalurkan kembali dalam waktu dekat.

Ya, ini berkat andil pemerintah yang ikut turun tangan menyelamatkan Bulog. Pemerintah menargetkan penyaluran beras Bulog untuk Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) meningkat hingga mencapai 70%, dari posisi saat ini yang masih 47% terhadap total kebutuhan beras Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Target tersebut diyakini akan tercapai dalam waktu dekat mengingat akan ada perluasan penerima BPNT sebanyak 2,7 juta KPM. Saat ini sendiri KPM yang tercatat sebanyak 9,7 juta keluarga. Melalui BPNT, KPM menerima bantuan sebesar Rp110 ribu per bulan yang dapat dibelanjakan ke e-warong yang ditunjuk.

Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, melalui program BPNT, KPM leluasa membeli beras dengan jenis tertentu. Jumlahnya pun tidak dibatasi. "Target kita 70% beras yang dipasok Bulog dibeli oleh KPM BPNT. Selama ini baru 47% sisanya KPM membeli beras yang dipasok pedagang lokal," ucap Agus seperti dilansir dari Tempo, kemarin.

Ekspresi bulog (meme edit pribadi)
Ekspresi bulog (meme edit pribadi)
Agus menjelaskan pemerintah akan menerapkan beberapa strategi agar target 70% serapan tercapai, termasuk menyiapkan payung hukum. Lewat upaya diharapkan bisa memaksimalkan penyaluran beras sehingga tidak terjadi penumpukan pasokan beras dalam gudang-gudang penyimpanan. 

"Ada beberapa opsi misalnya kami tunjuk Perum Bulog menjadi supply manager," jelas dia.

Seperti kita ketahui bersama, penyaluran beras yang terbatas disinyalir menjadi penyebab banyak ditemukannya beras busuk di gudang-gudang penyimpanan Bulog. Masih ingat soal temuan 6.000 ton beras membusuk di gudang Perum Bulog Sub Divre Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, oleh tim Sergab TNI AD medio Februari 2019 lalu? 

Atau yang baru saja terjadi, penemuan beras raskin yang berkutu di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan?

Minta bantuan (meme edit pribadi)
Minta bantuan (meme edit pribadi)
Sumber 1

Sumber 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun