Mohon tunggu...
Irma SiarTambunan
Irma SiarTambunan Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati pangan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang yg peduli ketahanan pangan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Segudang Alasan Impor Bulog

1 Mei 2019   18:33 Diperbarui: 1 Mei 2019   21:40 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isi gudang milik Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) rupanya bukan Cuma bahan pangan saja. Tapi juga sekian banyak alasan, terutama untuk urusan impor. September tahun lalu, Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog, Budi -Buwas- Waseso menggelontorkan banyak alasan terkait posisinya yang menolak penugasan impor beras.

Ketika itu, Buwas berkukuh bahwa stok beras cukup hanya dengan pengadaan dalam negeri. Bulog akan memaksimalkan penyerapan gabah dari petani bukan membeli beras impor. Ia ingin agar harga diri bangsa dan negara kita tetap terjaga, sehingga kita tidak perlu lagi impor beras. Alasan lainnya, stok beras Bulog sudah mencapai 2,6 juta ton. Gudang beras Bulog sudah penuh sehingga tidak mampu lagi menampung beras impor.

Sikap Buwas yang berkeras menolak tugas impor beras itu pun berbuah teguran dari Presiden Jokowi. Namun sikapnya tidak berubah.

Bagi kalangan awam, alasan Buwas waktu itu mungkin masuk di akal. Bila gudang Bulog sudah penuh dengan beras, untuk apalagi mendatangkannya dari luar negeri. Padahal belakangan baru terkuak kebenarannya. 

Segudang alasan (meme edit pribadi)
Segudang alasan (meme edit pribadi)
Penuhnya udang beras Bulog itu terjadi bukan karena mereka menyerap produksi petani dari dalam negeri. Alih-alih, rapor penyerapan beras oleh Bulog malah merah. Para petani mengakui bahwa Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) tidak optimal menyerap beras petani. 

Sumber 1

Minimnya penyerapan beras petani ini terjadi karena harga pembelian gabah dari pemerintah melalui Bulog lebih rendah dibandingkan harga di lapangan. Padahal Menteri Pertanian Amran Sulaiman sudah meminta BUMN itu menyerap beras petani sebanyak mungkin dengan harga sekitar Rp 8000 per kg. 

Minimnya penyerapan beras oleh Bulog bisa menjadi disinsentif bagi petani. Karena mereka berharap Bulog bisa membeli dari petani dengan harga yang layak. Selain itu, petani juga harus diberikan insentif dan dukungan.

Penuhnya gudang Bulog itu ternyata terjadi karena mereka selama ini tidak mampu menyalurkan beras secara optimal. Bahkan ada ribuan ton beras yang sampai membusuk di gudang Bulog. 

Sumber 2

Sumber 3

Diperhadapkan dengan fakta-fakta tadi, kini kita tinggal menunggu. Alasan apa lagi yang akan dikeluarkan Bulog dari gudangnya. Padahal ketimbang menyimpan alasan hingga segudang, lebih baik Bulog mengisinya dengan bahan pangan pokok yang lebih berguna untuk masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun