Ini adalah kisah mengenai si Bawang Merah. Ketika kecil dulu, mungkin kita pernah mendengar tentang si Bawang Merah yang sering mengerjai Bawang Putih, adik tirinya. Kini, bawang merah mengerjai para ibu-ibu rumah tangga. Harga umbi penyedap ini di pasaran sedang tinggi-tingginya.
Kondisi yang sama juga bisa ditemukan di Kuningan, Jawa Barat. Meski di daerah ini, kenaikan harga bawang tidak setinggi di Sumatera sana. Kisaran kenaikannya adalah Rp 5.000 hingga 10.000 per kilogram.
Melonjaknya harga bawang merah itu disebabkan oleh beberapa hal. Mulai dari tersendatnya pasokan lantaran banjir yang melanda beberapa sentra produsen bawang merah di pulau Jawa, naiknya permintaan menjelang lebaran, dan juga faktor distribusi yang menambah harga jual bawang merah itu. Selain itu, produksi bawang merah di beberapa sentra produksi yang memang menurun karena sudah melewati masa panen raya.Â
Terlihat bahwa ada pola produksi yang sebetulnya bisa diterapkan untuk mengendalikan harga bawang merah di pasaran. Perlu ada semacam pengendalian pola tanam, sehingga petani tidak panen di waktu yang bersamaan. Karena tanpa ada pengendalian pola tanam, yakni panen selang-seling, maka selamanya kita akan menemukan harga bawang yang fluktuatif. Anjlok di saat panen raya, dan meroket setelah panen.Â
Ada baiknya ingatan kita dicerahkan dengan kejadian beberapa waktu lalu, saat harga bawang merah di tingkat petani yang mencapai Rp 900 per kilogram. Kondisi itu terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB) sekitar Oktober tahun lalu. Petani bawang merah di sana sampai berdemonstrasi dan menutup jalan kampungnya.Â
Anjloknya harga bawang merah saat itu, diduga terjadi karena panen raya yang terjadi pada waktu berdekatan. Sehingga terjadi oversupply dan pasar kebanjiran pasokan. Akhirnya, harga bawang merah terjun bebas, dari Rp 15.000 hingga Rp 900 per kg.Â
Peran untuk mengendalikan produksi dan juga mengarahkan petani itu sebenarnya ada di tangan Kementerian Pertanian (Kementan). Ibarat sungai, produksi bawang merupakan hulu. Sedangkan harga bawang merah di pasaran adalah urusan hilir yang deras tidaknya mengikuti limpahan pasokan dari hulu. Penerapan pola tanam selang-seling itu diharapkan bisa jadi solusi yang awet untuk pengendalian harga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI