Mohon tunggu...
Irma SiarTambunan
Irma SiarTambunan Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati pangan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang yg peduli ketahanan pangan

Selanjutnya

Tutup

Money

Susah karena Bawang Merah

16 April 2019   08:03 Diperbarui: 16 April 2019   08:37 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bawang merah (kabarbanyuwangi.info)

Ini adalah kisah mengenai si Bawang Merah. Ketika kecil dulu, mungkin kita pernah mendengar tentang si Bawang Merah yang sering mengerjai Bawang Putih, adik tirinya. Kini, bawang merah mengerjai para ibu-ibu rumah tangga. Harga umbi penyedap ini di pasaran sedang tinggi-tingginya.

Bikin pusing (meme edit pribadi)
Bikin pusing (meme edit pribadi)
Harga bumbu dapur yakni bawang merah di Kabupaten Lampung Timur terus meroket. Jika pekan lalu harga bawang merah Rp 30 ribu per kilogram untuk jenis Padang -- Rp 32 ribu per kg untuk jenis Brebes, awal pekan ini harganya terus naik antara Rp 34-36 ribu per kg. Di Pangkal Pinang, yang semula harganya Rp 28.000 per kilogram, menjadi Rp 48.000 per kilogram.

Sumber 1

Kondisi yang sama juga bisa ditemukan di Kuningan, Jawa Barat. Meski di daerah ini, kenaikan harga bawang tidak setinggi di Sumatera sana. Kisaran kenaikannya adalah Rp 5.000 hingga 10.000 per kilogram.

Melonjaknya harga bawang merah itu disebabkan oleh beberapa hal. Mulai dari tersendatnya pasokan lantaran banjir yang melanda beberapa sentra produsen bawang merah di pulau Jawa, naiknya permintaan menjelang lebaran, dan juga faktor distribusi yang menambah harga jual bawang merah itu. Selain itu, produksi bawang merah di beberapa sentra produksi yang memang menurun karena sudah melewati masa panen raya. 

Terlihat bahwa ada pola produksi yang sebetulnya bisa diterapkan untuk mengendalikan harga bawang merah di pasaran. Perlu ada semacam pengendalian pola tanam, sehingga petani tidak panen di waktu yang bersamaan. Karena tanpa ada pengendalian pola tanam, yakni panen selang-seling, maka selamanya kita akan menemukan harga bawang yang fluktuatif. Anjlok di saat panen raya, dan meroket setelah panen. 

Ada baiknya ingatan kita dicerahkan dengan kejadian beberapa waktu lalu, saat harga bawang merah di tingkat petani yang mencapai Rp 900 per kilogram. Kondisi itu terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB) sekitar Oktober tahun lalu. Petani bawang merah di sana sampai berdemonstrasi dan menutup jalan kampungnya. 

Anjloknya harga bawang merah saat itu, diduga terjadi karena panen raya yang terjadi pada waktu berdekatan. Sehingga terjadi oversupply dan pasar kebanjiran pasokan. Akhirnya, harga bawang merah terjun bebas, dari Rp 15.000 hingga Rp 900 per kg. 

Sumber 2

Peran untuk mengendalikan produksi dan juga mengarahkan petani itu sebenarnya ada di tangan Kementerian Pertanian (Kementan). Ibarat sungai, produksi bawang merupakan hulu. Sedangkan harga bawang merah di pasaran adalah urusan hilir yang deras tidaknya mengikuti limpahan pasokan dari hulu. Penerapan pola tanam selang-seling itu diharapkan bisa jadi solusi yang awet untuk pengendalian harga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun