Mohon tunggu...
Irma Susanti
Irma Susanti Mohon Tunggu... -

Mother | Blogger | Admin Kumpulan Emak Blogger | Fiksi Lover | YogaPilates Lover | www.irmasenja.com | @irmairmasenja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

{Untukmu Ibu} Mamaku Pelita Hidupku

22 Desember 2013   06:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:39 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Irma Senja : 283

Teruntuk Mama terkasih,...

Udara kota Bekasi hari ini begitu teduh Ma, hujan menerus beberapa hari terakhir seolah menyiramkan kesejukan disini. Aku duduk ditepian tempat tidur sore ini, memandang keluar jendela, menatap langit dan awan namun ingatanku terbang menujumu.

Seharian ini aku demam , efek kelelahan memang mudah sekali membuat ketahanan fisikku menurun. Aku jamin jika aku mengatakan sedang dalam kondisi sakit, mama akan langsung cemas dan buru-buru datang mengunjungiku. Mengingat itu kadang aku memilih lebih suka berbohong padamu dan bilang bahwa aku baik-baik saja, hanya supaya tidak membuatmu  cemas.

Saat fisikku sedang menuntut perhatian, anehnya aku masih saja seperti anak kecil yang masih terus mencari ibunya. Egoisnya aku ya Ma, saat sakit bahkan hingga  sudah menjadi seorang ibu sekali pun aku masih saja merepotkanmu. Ada keteduhan saat kau mendampingiku, ada ketenangan saat mama ada disampingku. Betapa mama selalu ada melingkupi setiap saat hidupku, disela kesibukanmu bekerja aku dan adik-adik tidak pernah kehilanganmu. Bahkan sampai kini aku jauh, mama tidak pernah kehabisan cara untuk terus memberi kasih sayang dan perhatian. Sayangnya ada saat dimana aku malu mengaku bahwa aku sangat menyayangimu, tapi tidak sepenuhnya memenuhi baktiku kepadamu. Jika mama begitu setia mendampingiku disaat tersulitku maka aku sebaliknya.

Aku ingat hari itu saat Anne menelpon mengabarkan bahwa mama harus segera di operasi karena miom pada rahim mama sudah membesar. Saat itu aku kaget dan luar biasa panik Ma,  saat itu Mama mungkin ingin aku segera pulang dan menemanimu. Sayangnya yang kulakukan hanya mengirimkan uang untuk membantu pengobatanmu, menyelesaikan urusan rumah tanggaku, anakku yaitu cucumu lalu mengunjungimu itu pun tidak lama karena aku cemas meninggalkan anakku dirumah tanpa pengawasanku.

Sampai akhirnya aku bisa pulang dan menemani mama di RS. Saat itu Mama terus-terusan muntah dan tidak bisa berjalan ke kamar mandi dan aku sibuk menghindar saat mama muntah karena aku ikut merasa mual.

" Ne, teteh gak tahan... teteh selalu ikut muntah kalau lihat muntah ne " bisikku pada adikku, aku memintanya mengurus Mama dan membersihkan muntahmu.  Sementara aku keluar kamar dan menunggu diluar, sementara mama terus muntah-muntah dan aku sibuk menutup telingaku.

Lalu saat mama membutuhkan bantuan pispot untuk buang air besar, aku panggil suster dan membiarkan suster membersihkan kotoranmu. Papa menatapku saat itu, dan aku mengalihkan pandang mengabaikan tanda tanya yang ada dibenaknya atas sikap durhakaku yang enggan mengurus mama sepenuhnya.  Aku sibuk mengeluh meski didalam hati karena Mama mengeluh sepanjang hari, mungkin menuntut perhatian karena aku duduk disampingmu namun sibuk dengan Hp dan buku bacaanku. Aku lelah,... RS sepertinya membuatku sakit, dan malam-malam panjang mama di RS lebih sering ditemani papa dibanding anak kesayanganmu. Aku...yang lebih memilih tidur di rumah dari pada tidur terduduk dikursi kamar rawat inapmu. Alangkah durhakanya aku Ma...*tears

Dan hari itu akhirnya tiba, hari dimana Tuhan menjewer telingaku dengan begitu keras Ma. Hari di mana Tuhan menampar pipiku dengan sekuatnya dengan kenyataan hidup yang harus aku hadapi. Kesakitan yang menerus, nyeri yang berulang ... sampai akhirnya vonis tak alang kepalang aku terima, sampai operasi pertama, kedua lalu ketiga. Dan sekian rentetan khemotheraphy setelahnya.

Aku terbaring tanpa daya di RS sepanjang waktu saat itu, tak bisa bergerak dengan luka operasi panjang disepanjang abdomenku dan barisan timah disepanjang lukanya demi membuat lem operasian itu tidak terlepas dan bergeser. Ac dan kamar RS tempatku di rawat jauh lebih nyaman dari tempatmu terbaring dulu Ma, namun aku terus mengeluh kepanasan dan tanganmu terus mengusap dan mengelap keringat yang menetes dikeningku. Sementara tanganmu yang lain terus bergerak mengipasiku.

Operasi pemotongan usus besar membuat pencernaanku tidak normal, aku membutuhkan pispot sepanjang waktu karena aku nyaris tidak bisa bergerak, hanya terlentang tanpa daya sementara aku terus menerus diare. Dan mama membersihkan dan mengurusku tanpa rasa jijik sedikitpun. Hari-hariku di RS begitu panjang dan membosankan, namun mama tak pernah sedikit pun tampak lelah dan mengeluh saat mendampingiku. Meninggalkan semua urusan kantor demi menemani sulungmu yang menjadi luar biasa apatis dan emosional menghadapi kanker usus besarku.

Mama tersayang,... aku juga ingat hari itu, aku menangis karena harus menjalani operasi lagi setelah 2 minggu sebelumnya menjalani operasi yang pertama . Mama terus memelukku mengalirkan kekuatanmu untukku. Entah mengapa saat itu aku memaksa ingin mandi besar dan menolak saat badanku akan mama lap seperti  biasanya. Meski suster di RS swasta dimana aku menjalani perawatan setiap hari menawarkan diri untuk mengelap seluruh tubuhku tapi mama selalu menolak karena dengan senang hati mama yang akan mengelap tubuhku pagi dan sore. Tapi hari itu aku bersikeras ingin mandi, ini operasiku yang kedua bisa saja aku mati, bagaimana jika aku masuk ruang operasi dan tidak bangun lagi dan tidak dalam keadaan bersih ?.

Dengan dua jarum infuse menusuk kedua tanganku aku tertatih  masuk ke kamar mandi, dan menolak saat mama ingin membantuku. Saat itu aku takut, aku marah pada semua hal, juga marah pada diriku sendiri. Mungkin aku malu pada diriku sendiri mengingat kasih sayang mama yang begitu besar dalam mengurusku. Sedangkan aku begitu sibuk sendiri saat mama sakit dulu. Aku masuk ke kamar mandi, terduduk dikloset dan menangis karena sedih dan frustasi, bagaimana caranya aku mandi dengan dua tampon infuse dikedua tanganku ?.

Mama membujukku layaknya membujuk seorang anak kecil diusiaku yang sudah 24 tahun, supaya aku mau membukakan pintu kamar mandi RS dan membiarkan mama membantuku ?. Kalimat mama saat itu membuatku luluh, aku buka pintu kamar mandi dan membiarkan mama memandikanku seperti layaknya anak kecil. Air mataku mengalir deras, rasa sedih, sakit dan haru menjadi satu. Aku meminta maaf padamu dan terus menangis, " maafkan aku, ma " ucapku saat itu. Bibirmu tersenyum saat menyabuni dan menyiram tubuhku secara perlahan dan hati-hati, namun air mata juga mengalir deras dari sudut matamu.

Mama, setiap mengingat saat itu air mataku sampai hari ini masih selalu mengalir. Adakah cinta yang lebih besar yang bisa diberikan seorang manusia selain cinta kasih seorang ibu ?, tidak ada.

Mama terkasih,... aku juga ingat hari-hari dimana aku tidak bisa diajak bicara, ketika luka fisik dan bathin mengubah emosiku, bibirku membisu dan tatapan mataku hanya menuju satu titik.  Hanya menatap jendela kamar RS yang mengarah ke jalan raya, atau atap-atap perkantoran yang kuhitung satu demi satu sembari menghitung waktu yang terasa lambat berjalan.  Seringkali aku mengabaikan kehadiranmu disana, sibuk mengasihani diriku sendiri. Sedangkan Mama terus  membaitkan ayat-ayat suci, terus berdzikir demi kesembuhanku. Mengusap rambut dan merapihkan letak selimutku yang tersingkap. Membujukku makan dan menyuapiku yang hanya kumuntahkan dan tanpa sungkan kau tadahkan tanganmu untuk menahan muntahanku. Aku tahu mama pun mudah muntah jika melihat hal-hal yang membuat perutmu mual atau eneg.  Anehnya,...bahkan tanpa ragu mama mengelap dan membersihkan selang-selang yang menusuk ke tubuh dan lambungku yang mengeluarkan cairan menjijikan.

Setiap aku terjaga dari tidurku yang gelisah, bahkan saat mama sedang tertidur sekalipun  mama akan langsung terbangun dan menanyakan apa yang aku rasakan dan aku butuhkan. Pernah aku pura-pura tertidur, diam-diam dengan ekor mataku yang separuhnya menutup aku menatapmu. Mama terus mengawasiku, perlahan membelai rambutku. Mengecup jemari tanganku dan sudut matamu selalu saja berair, menangis diam-diam. Mama menyembunyikan kecemasanmu, supaya aku tetap tenang.

Saat itu aku tahu ma, tidak ada seorang pun yang ingin aku berikan kebahagiaan melebihi keinginanku untuk membahagiakanmu. Kesabaran dan ketabahanmu mendampingiku menjadi penuntun gelap langkahku saat itu, menghadirkan kekuatan untuk bertahan dan berjuang menemukan diriku kembali. Aku ingin membalas entah berapa banyak air matamu yang mengalir karena aku, keringat dan kelelahanmu merawatku sejak kecil bahkan hingga aku dewasa. Mama,...entah bagaimana aku membalas semua cinta, kasih sayang dan pengorbananmu. Bahkan saat aku menjadi tidak seperti yang kau harapkan...cintamu tidak pernah berubah arah. Hingga kini, saat usiaku sudah banyak dalam hitungan angka. Bagimu, aku masih gadis kecilmu yang slalu saja kau cemaskan dan kau khawatirkan.

Seringkali aku merajuk, saat mama menelpon dan menceramahiku untuk menjaga kesehatanku atau menasehatiku untuk hal lainnya. Maafkan aku ma, kadang kala aku lupa bahwa darah yang mengalir ditubuhku adalah sejuta cinta yang kau alirkan. Hingga  kesakitan dan kebahagiaan anak-anakmu adalah alasan kesedihan dan suka citamu.

" Apa yang bisa aku berikan untuk membuatmu bahagia ma ? "  tanyaku suatu hari dan jawabanmu selalu sama... "Yang penting kamu bahagia dan sehat nak, mama sudah bahagia."

Mama tersayang.. hari ini tepat tanggal 22 desember, hari untuk ibu. Hari dimana aku mengingatmu sepenuh doaku, meskipun setiap hari dan waktu...setiap sujud dan dipenghujung doaku, kupanjatkan doa untukmu. Namun ditengah kesibukanku, seringkali aku lupa betapa disana mungkin mama seringkali merasa diabaikan. Aku sibuk dengan kehidupanku, anak-anakku, teman-temanku. Lebih sering menyapa teman-temanku di path, instagram atau FB dibanding menanyakan kabar dan kesehatanmu. Maafkan aku untuk kesepian dan saat kau merasa terabaikan Ma. Maafkan kelalaian dan kealpaanku.

Mama tersayang,... terima kasih untuk semua cinta, kasih sayang, pengorbanan, doa dan air matamu selama ini. Untuk kelelahan dan tetesan keringatmu, untuk kesabaranmu karena seringkali aku sok pintar dan sok benar.

" Ya Allah, mohon berikan panjang usia bagi mamaku...berikan aku kesempatan untuk membahagiakan dan merawatnya, seperti cinta kasihnya yang begitu besar saat merawatku semenjak kecil, hingga aku dewasa. Aku tahu cintanya tak kan terbalaskan, tapi berikan aku kesempatan untuk berbakti padanya. Ya Allah,..ampuni dosa-dosanya, berikan kebahagiaan dan kesehatan bagi mamaku. Jagalah dia seperti mama yang slalu menjagaku dengan doa-doanya yang laksana pelita menyinari hidupku "

" Indahnya bersahabat dengan orang tua adalah, bagaimana pun dirimu mereka akan selalu mencintaimu dengan tanpa batas "

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community Klik link ini dengan judul : Inilah Hasil Karya Peserta Event Hari Ibu


Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community (Link:https://www.facebook.com/groups/175201439229892/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun