Mohon tunggu...
Irma R. Priyadi
Irma R. Priyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang wanita dengan pengalaman yang berbeda dalam setiap tahapannya dengan selalu berpindah tempat tinggal menurut ketentuan Illahi, sekarang bermukim di SWEDIA

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jejakmu (1): Menikmati Pesona Old City Tallinn Estonia

24 November 2011   08:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:16 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak cerita dan pengalaman yang didapat oleh suami saya, sebagian besar tentang kunjungannya ke beberapa negara. Pernah suatu kali, dia mengatakan beruntung dengan pekerjaan yang memberikan banyak kesempatan ini. Untuk seminar, konferensi, kuliah, kursus atau kegiatan yang lain. Itung-itung sambil menyelam minum air katanya, bisa menikmati dan melihat negara lain tanpa harus mengeluarkan biaya ekstra. [caption id="attachment_144303" align="aligncenter" width="540" caption="Tallinn town hall (dibangun pada tahun 1404). Dok: Hari Priyadi"][/caption] Salah satunya adalah kunjungan ke negara Estonia, entah negara yang ke-berapa yang dia singgahi.  Ini adalah pertama kalinya suami mengunjungi Estonia untuk seminar dan kuliah, tepatnya di kota Tallinn sebagai ibukota negara dan kota Tartu yang termasuk kota pendidikan. Menggunakan pesawat Estonian Air dari International Airport Copenhagen pada penerbangan sore hari selama sekitar 1.5 jam. Beberapa hari singgah di Tallinn dan menikmati suasana kota tua. Setelah semua urusan selesai disana, kemudian melanjutkan perjalanan ke kota Tartu. Pada kegiatan kuliah untuk kunjungan pertama kali, ditempuh dengan menggunakan bus sekitar 2.5 jam, sementara kunjungan yang ke-2 kali menggunakan pesawat sekitar 45 menit dengan pertimbangan lebih cepat dan tidak terlalu lelah. [caption id="attachment_144285" align="aligncenter" width="604" caption="Freedom square Tallinn. Dok: Hari Priyadi"][/caption] Suami mulai membuka cerita pengalaman kepada kami, salah satu oleh-oleh yang selalu dibagikan. Anak-anak akan selalu senang mendengarkan menjelang tidur sambil melihat gambar hasil jepretan kamera, tentunya akan bertanya ini dan itu, apa ini dan apa itu. [caption id="attachment_144272" align="aligncenter" width="604" caption="Tallinn town hall. Dok: Hari Priyadi"][/caption] Estonia merupakan sebuah negara di kawasan Baltik, Eropa Utara. Di sebelah utara berbatasan dengan teluk Finlandia, sebelah barat berbatasan dengan laut Baltik, sebelah selatan dengan Teluk Riga dan pada bagian timur berbatasan dengan Rusia. Dan, negara Swedia yang kami tinggali saat ini berada di seberang barat laut Baltik. Dan sebelah utaranya adalah negara Finlandia. Estonia pernah dijajah beberapa negara seperti Rusia, Jerman, Denmark dan Swedia. Baru mendapatkan kemerdekaan pada tanggal 20 Agustus 1991 atau sekitar 20 tahun yang lalu. Namun mendapatkan masa keemasan ketika dijajah oleh Swedia, karena banyak didirikan beberapa universitas disana antara lain yang terdapat di Tartu. [caption id="attachment_144274" align="aligncenter" width="604" caption="Old town restaurant, sajian menu jaman dulu dan kostum jaman dulu. Dok: Hari Priyadi"][/caption] Tallinn merupakan salah satu kota tua yang ditunjuk UNESCO World Heritage sebagai old city Tallinn. Sebuah pusat kota yang sangat unik dengan bangunan kuno peninggalan abad pertengahan. Berupa kastil baik untuk bangunan sarana publik atau rumah penduduk. Semua terawat dan tertata rapi. Beberapa nama jalan atau nama bangunan masih menggunakan nama-nama peninggalan jaman abad pertengahan. Bangunan gereja rusia dan bangunan tua masih terjaga dengan baik. Kastil dan rumah tua juga masih banyak ditemukan. Sebagian besar bangunan kota Tallinn dibangun dari lime stone atau batu kapur bekas lautan, jadi masih tampak ada keong-keong dan kerang menempel di bebatuan pada jutaan tahun lalu. [caption id="attachment_144277" align="aligncenter" width="604" caption="Suasana old city Tallinn. Segala hal berbau kuno menjadi daya tarik wisatawan. Dok: Hari Priyadi"][/caption] Restoran-restoran juga menyajikan menu makanan jaman dulu, pelayannya menggunakan pakaian jaman sekitar 1200-an, masakannya, peralatan makan yang digunakan baik piring, gelas, mangkok dll semua berupa keramik tua tahun 1200-an. Masakan yang disajikan seperti dendeng mousee (sejenis kijang). Di negara Estonia, suhu udara lebih dingin dibanding di Swedia. Bahan pangan lebih murah harganya, namun bahan sandang dan papan jauh lebih mahal. Di sebuah tempat di Tallinn, ada pasar tradisional layaknya pasar di Indonesia, dimana para penjual berjajar rapi di pinggir jalan. Yang membedakan adalah lebih bisa diatur dan rapi tentunya dibanding di Indonesia.  Mereka menjual berbagai macam kerajinan terutama bahan rajutan atau hasil kerajinan dari wol dan juga anyaman. Sebagian besar adalah sweater, jaket, topi dingin, syal karena udara disana lebih dingin ditambah mendekati winter sebentar lagi. [caption id="attachment_144288" align="aligncenter" width="604" caption="Traditional market. Dok: Hari Priyadi"][/caption] [caption id="attachment_144281" align="aligncenter" width="604" caption="Old tools.. entah pada tahun berapa, unik ya? Dok: Hari Priyadi"][/caption] Namun perkembangan wisata Tallinn sangat pesat karena sangat gencar ditawarkan melalui beberapa brosur, website khusus, jasa tour yang bekerja sama dengan jasa penerbangan seperti Estonian Air plane. Di musim panas, kota Tallinn adalah salah satu yang menjadi tujuan wisata orang Swedia selain Spanyol atau Thailand. [caption id="attachment_144301" align="aligncenter" width="500" caption="Tartu University (Tartu ulikool), salah satu universitas besar yang dibangun pada jaman pendudukan Swedia. Dok: Hari Priyadi"][/caption] Sementara Tartu, adalah kota kedua terbesar setelah Tallinn. Disebut sebangai kota pelajar/mahasiswa atau kota pendidikan seperti halnya di Indonesia adalah kota Yogyakarta. Hampir 30% penduduknya adalah mahasiswa, jadi akan sepi ketika liburan musim panas. Di Tartu juga banyak ditemukan bangunan wisata berupa kastil, gereja dan rumah tua. Bahkan ada sebuah cafe paling tua yang masih bertahan, yang dibangun dibekas gudang senjata/banker Rusia. Dan merupakan keunikan dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Beafer, hewan pengerat sebangsa tikus besar yang merupakan hama disana banyak diburu oleh masyarakat. Untuk kemudian diolah menjadi menu paling istimewa dengan harga yang mahal. Hal yang paling berkesan di Estonia adalah adanya Wifi dimana-mana baik di bus umum, airport, rumah makan, ruang kuliah dan sarana publik yang lain. Sehingga bisa mengakses internet dengan mudah dan gratis. Maka dari itu Estonia mendapat julukan Top Ten Digital City in The World. Swedia, 24 Nov 2011 Autumn yang berkabut Sumber: Cerita dari kompasianer Hari Priyadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun