Menghilangnya air dan udara bersih atau bahkan jauh pergi meninggalkan kita, kini digantikan dengan : udara panas, udara tidak segar dan air tidak layak pakai. Mereka adalah teman baru kita yang sudah mulai menghampiri dan menemani kehidupan sehari-hari. Diantara kita semua tidak jarang terpaksa menikmatinya atau bahkan berkeluh kesah dengan keadaan lingkungan hidup sekarang ini. Tapi tidak dipungkiri, hanya sedikit orang pula yang memikirkan bagaimana keadaan ini agar menjadi lebih baik.
Keadaan ini merupakan dampak polusi atau pencemaran lingkungan manusia dengan berbagai akibat. Akibat dari krisis lingkungan yang jelas tampak berpengaruh pada kesehatan manusia;
Udara panas, udara tidak segar dan sumpek, merupakan salah satu dampak dari polusi udara. Salah satu dampak ini acapkali sering kita abaikan. Namun, secara nyata melalaui pemberitaan baik dari televisi, koran radio atau bahkan kerabat atau tetangga sekalipun, kita menyadari bahwa polusi udara ini telah banyak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan lebih jauh lagi telah banyak menimbulkan kematian.
Sumber polusi udara mempunyai sumber yang beraneka ragam. Contohnya saja dari perusahaan-perusahaan industri dan kendaraan bermotor. Dari kendaraan bermotor dikeluarkan polutan ke udara dalam bentuk gas karbon monoksida (CO), nitrogen oksida, belerang oksida, hidrokarbon, dan partikel padat.
Dimana jika seseorang sering menghirup karbon monoksida menimbulkan gejala seperti pusing, daya penglihatan berkurang, sakit perut, dan menurunnya koordinasi otot banyak dialami para pengemudi kendaraan bermotor. Jika hal tersebut sering terjadi, akibat selanjutnya dapat menimbulkan keadaan tidak sadarkan diri dan bahkan akhirnya meninggal. Hal ini disebabkan karena CO (begitu pula gas nitrogen) menyebabkan pekerjaan butir darah merah atau hemoglobin tergangu, sehingga mempengaruhi kemampuan dalam mengikat dan mengangkut oksigen. Dan belerang dioksida sendiri menyebabkan penyakit saluran pernapasan, misalnya asma, bronchitis yang sering diikuti emphysema.
Air yang tidak bersih merupakan dampak polusi air dan tanah. Di negara kita yang jumlah penduduknya berkembang, perindustrian pun turut berkembang, sehingga masuklah banyak polutan ke sistem perairan, yang antara lain adalah detergen, asam belerang, dan banyak lagi substansi kimia yang membahayakan. Begitu pula dengan peningkatan produksi pertanian untuk mengimbangi pertumbuhan pendudukan, semakin banyak lagi polutan yang dihasilkan, seperti Pestisida, herbisida dan nitrat. Akibat selanjutnya, polusi tidak hanya terjadi pada sungai, danau dan sepanjang pantai laut, tetapi yang lebih terasa polutan tadi telah masuk ke air tanah. Polusi air di dalam tanah karena polutan tertentu dapat membinasakan mikroorganisme yang terdapat pada tanah dan perairan dari siklus materi pada suatu ekosistem.
Pestisida meliputi fungisisda, herbisda, insektisisda, fumigan, dan rodentisida. Secara kimia, insektisida digolongkan menjadi dua golongan besar; hidrokarbon chlorida, misalnya DDT, endrin, aldrin, dan lain-lainnya, serta posfor organik seperti parathion, malathion dan lain-lain.
Keadaan tanah dengan bahan organik tinggi akan menyebabkan lebih lama lagi insektisida tersebut tinggal dalam tanah dibandingkan dengan tanah pasir atau tanah liat. Dan tanah kering akan menyebabkan lebih lama tertahannya suatu insektisida daripada tanah basah. Demikian pula mempercepat insektisida tersebut terurai.
Kemudian sisa-sisa insektisida pada peruraian dapat sampai pada manusia melalui air minum, tetapi konsentrasinya pada umumnya di bawah tingkatan yang beracun. Bahaya utama dari sisa-sisa insektisida hidrokarbon chlorida adalah bahaya terhadap rantai makanan pada suatu ekosistem. DDT yang terdapat satu tahun, misalnya dihisap secara selektif oleh plankton yang akan dimakan oleh ikan kecil yang akan dimakan oleh yang lebih besar lagi dan sampai dimakan oleh manusia. Hal ini terjadi karena sifat DDT tersebut stabil dan larut pada lemak sehingga mempunyai kemungkinan yang besar sekali untuk pindah dari suatu lingkungan abiotik (fisik) menuju ke dalam suatu makhluk.
Dan secara tidak langsung insektisida dapat menimbulkan kanker. Terlebih dahulu jaringan rusak karena adanya timbunan DDT yang banyak sehingga fungsi jaringan tidak baik lagi untuk menyaring bahan penyebab kanker (Carcinogen) yang masuk melalui makanan. Susunan syaraf manusia dapat terkena akibat adanya DDT dalam tubuh, yaitu susunan saraf pusat. Gejalanya mungkin dapat timbul sebagai kelelhan, gatal-gatal, kejang dan sampai timbul kelumpuhan.
Jenis polusi lainnya yang banyak dijumpai di negara kita ini adanya bahan plastik. Pada saat ini, telah banyak alat rumah tangga dan bahan pembungkus dari plastik. Bila bahan tersebut dibuang begitu saja, ia tidak dapat terurai sehingga akan mencemari perairan maupun lingkungan hidup kita. Botol dan kaleng bekas juga merupakan sampah yang dapat merusak lingkungan kita.
Sudah cukup jelas bukan lingkungan hidup kita ini sudah banyak tercemari polusi ! Coba saja perhatikan sekeliling rumah, kemudian jalan keluar dan lihatlah keadaan jalan dan sungai di sekitar rumah. Pasti dalam perjalanannya kita sempat menutup hidung atau bahkan terbatuk karena asap kendaraan bermotor yang lewat dan menjumpai sejumlah titik sampah yang berserakan dimana-mana. Sudah jenuhkah keadaan ini atau masih nyaman-nyaman saja?
Jawabannya pasti jenuh dan tidak nyaman, benar begitu bukan ? Maka hal-hal yang bisa kita lakukan sedini mungkin adalah dengan menjaga lingkungan, yang tentunya kita semua sudah mengetahuinya.
Menjaga lingkungan ini harus diawali dari diri sendiri, dan perlu diingat tidak hanya sekedar bicara atau “talk less do more”. Kemudian “do” atau aplikasi perbuatannya yakni dengan membuang sampah pada tempatnya dan mulai memisahkan sampah yang bisa di daur ulang. Kemudian, jika tidak berpergian jauh, lebih baik jalan kaki saja atau mulai membiasakan diri untuk naik angkutan umum , sehingga hari itu kita tidak turut menambah gas beracun ke lingkungan sekitar. Tiga aplikasi yang sangat sederhana dan gampang bukan ? Mungkin yang sedikit susah adalah memulai yang pertama “talk less do more”. Namun, jika yan pertama ini sudah berhasil, maka bentuk aplikasi lainnya akan berjalan dengan lancar dan selanjutnya adalah memberitahu sekaligus memberi contoh kepada orang-orang terdekat kita. Sehingga, lingkungan bersih dan sehat akan terwujud lebih cepat dibandingkan melakukannya sendirian.
Sumber :
Jasin, Dr. Maskoeri. 2006. Ilmu Almiah Dasar (direvisi oleh Prof. Dr. H. Muslimin Ibrahim, M. Pd. dan Drs. Muhammad Thamrin Hidayat, M. Kes.). Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H