Mohon tunggu...
irman muhamad ridwan
irman muhamad ridwan Mohon Tunggu... Guru - Sebagai Pengajar ikut serta dalam mencerdaskan anak
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru PAI SMPN 2 Cibadak

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Itikaf Jalan Meraih Lailatul Qodar

23 April 2022   17:28 Diperbarui: 23 April 2022   20:27 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itikaf Jalan Meraih Lailatul Qodar

Itikaf adalah berdiam diri di masjid pada malam-malam terakhir atau hari-hari terakhir di bulan Ramadan dengan melakukan berbagai macam kegiatan untuk menyambut malam lailatul qodar. 

Itikaf dicontohkan Rasulllah beritikaf di masjid sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Sepuluh terakhir di bulan Ramadhan untuk beribadah. 

Sepuluh terakhir di bulan Ramadhan pada malam-malam terakhir pada malam ganjil untuk meraih malam lailatul qodar.

Pengertian Itikaf

Dikutip dari Buku Fiqhul Islam wa Adilathuhu dari Prof DR Wahbah Az Zuhaili, dalam bahasa Arab itikaf artinya berdiam dan bertaut pada sesuatu, baik maupun buruk secara terus menerus.

Selain itu, pengertian itikaf berdasarkan empat madzhab adalah pertama menurut Hanafi artinya berdiam di dalam masjid disertai dengan puasa dan niat itikaf 'berdiam'. 

Kemudian, pengertian itikaf menurut madzhab Maliki adalah berdiamnya seorang Muslim yang mumayyiz di sebuah masjid yang boleh didatangi semua orang, diiringi dengan puasa sambil menjauhi jimak selama sehari semalam atau lebih dengan tujuan beribadah.

Menurut madzhab Syafi'i, itikaf adalah berdiamnya seseorang dengan kreterian khusus di dalam masjid dengan niat.

 Madzhab Hambali mengartikan itikaf sebagai berdiam di masjid untuk beribadah dengan tata cara tertentu sekurang-kurangnya selama sesaat, yang dilakukan seorang Muslim waras dan suci dari perkara yang mewajibkan mandi.
https://news-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/news.detik.com/berita/d-5013980/itikaf-pengertian-dan-tata-caranya-menurut-4-mazhab/


Dari pengertian di atas Itikaf adalah sunah yang dijalankan Rasulullah SAW menjelang sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.

 Bahkan barang-barang atau apa yang dibutuhkan selama Itikaf di pindahkan ke masjid.   

Jadi Rasulullah SAW bersama para sahabat serius melakukan Itikaf di masjid pada sepuluh terakhir di bulan Ramadhan seperti masjid dijadikan tempat kediaman untuk beritikaf disepuluh terakhir di bulan Ramadan dengan niat ibadah. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:


Dari Abu Said Al Khudri Ra berkata, "Kami pernah beritikaf bersama Rasulullah SAW pada sepuluh malam pertengahan. Pada pagi hari kedua puluh kami mulai memindahkan barang-barang kami. Lalu kami didatangi oleh Rasulullah SAW dan beliau berkata,"Barang siapa yang telah beritikaf maka hendaklah ia kembali ke tempat Itikafnya. Sesungguhnya aku bermimpi malam ini, aku melihat aku bersujud diatas air dan tanah. Dan ketika beliau kembali ketempat itikaf beliau. Langit mulai terlihat mendung dan hujan pun turun. Abu Said berkata,"Demi DZat yang telah mengutus beliau dengan kebenaran, langit terus menurunkan hujan sejak akhir hari itu, sementara atap masjid saat itu hanyalah pelepah kurma. Dan sungguh aku melihat sisa-sisa tanah dan air menempel pada ujung hidung dan dahi beliau"(dikeluarkan oleh al-Bukahri (2040) dan lafaz ini miliknya, dan Muslim (1167).

Dari hadits diatas jelaslah bahwa pada sepuluh hari terakhir Rasulullah SAW dan para sahabat beritikaf di Masjid.

Bahkan ada yang membawa barang-barang untul keperluan beritikaf. Ketika keluar sebentar atau lama maka harus kembali lagi ke masijid untuk beritikaf.

Masjid adalah dijadikan tempat kediaman sementara untuk dijadikan tempat beritikaf.

Apakah Wanita Boleh beritikaf di Masjid? Ini penjelasan dari hadits

Ternyata yang beritikaf dimasjid tersebut bukan laki-laki saja. Wanita pun diperbolehkan untuk melakukan itikaf di masjid dengan mahramnya.

Jadi wanita diperbolehkan melakukan itikaf di masjid dengan ruangan khusu tempat wanita biasa melakukan salat. 

Hadits yang membolehkan wanita beritikaf dimasjid tentunya harus dalam keadaan suci.


Dari Aisyah RA  bahwa Nabi SAW melakukan itikaf pada sepuluh terakhir di bulan Ramadhan hingga Allah SWT mewafatkannya. Dan kemudian istri-istri beliau melakukan Itikaf setelah kepergian beliau."(di keluarkan oleh al-Bukhari (2026) dan Muslim (1172) dan lafaz ini miliknya.


Hadits diatas ternyata wanita dibolehkan untuk melakukan itikaf di masjid dicontohkan oleh istri-istri Rasulullah SAW. Itikaf tersebut dilakukan oleh istri-istri Rasulullah SAW ketika Rasulullah SAW sudah meninggalkanya.

Itikaf Sarana Untuk Menjemput Malam lailatul Qadar

Itikaf di masjid bukan berarti diam tetapi melakukan aktivitas ibadah. Aktivitas ibadah seperti salat, baca alquran, berzikir, berdoa, muhasabah dan aktivitas lainnya mendekatkan diri kehadirat Allah SWT. 

Itikaf adalah tempatnya di masjid. Tidak bisa ditempat-tempat yang lain. Masjid merupakan baitullah (rumah Allah). 

Tempat orang-orang yang menyucikan diri dan tempatnya orang-orang taqwa. 

Pantas saja Rasulullah SAW memilih masjid untuk beritikaf disepuluh terakhir di bulan Ramadhan. Dan Itikaf sarana untuk maraih malam lailatul qodar.

Abu salamah berkata, " Aku pergi menemui Abu Said Al-Khudri, lalu kita berbincang-bincang disana?" Ia pun pergi. Abu salamah berkata,"kemudian aku berkata, "Ceritakanlah kepadaku apa yang engkau dengar dari Nabi SAW tentang lailatul qodar."Ia berkata," Rasulullah SAW melakukan itikaf pada sepuluh malam pertama dari bulan Ramadhan, dan kami pun ikut beritikaf bersama beliau....(potongan Hadits dikeluarkan oleh  al-Bukhari (813).


Dalam Hadits diatas Itikaf adalah sarana untuk meraih malam lailatul qodar dengan melakukan berbagai macam aktivitas ibadah pada sepuluh malam terakhir khusus malam-malam ganjil.

Lailatul Qodar pada malam ke-27

Malam ke-27 dibulan Ramadhan jangan dilewatkan khusus bagi orang yang beritikaf untuk meraih keberkahan malam kemulian malam lailatul qodar.

Malam ke-27 dibulan Ramadhan sudah digambarkan dalam hadits Rasulullah SAW:


Dari Abdullah bin umar RA, bahwa beberapa orang SAW bermimpi melihat Lailatul Qodar pada tujuh hari terakhir. Maka Rasulullah SAW berkata," Aku melihat bahwa mimpi kalian tentang Lailatul Qodar memiliki kesamaan pada tujuh malam terakhir, maka barang siapa yang berniat mendapatkannya, maka hendaklah ia mencarinya pada tujuh malam terakhir,"(dikeluarkan oleh al-Bukhari (2015) lafaz ini miliknya, dan Muslim (1165).


Dari hadits diatas bahwa selain menjemput disepuluh hari terakhir dibulan Ramadan khusus malam-malam ganjil jangan dilewatkan malam ke-27 dibulan Ramadhan.

Kesimpulan

Itikaf adalah berdiam di masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan berbagai macam kegiatan ibadah.

Itikaf biasanya dilakukan pada sepuluh terakhir di bulan Ramadhan untuk meraih Lailatul Qodar. 

Rasulullah SAW menganjurkan menjemput di malam-malam ganjil terutama malam ke-27 dibulan Ramadhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun