Kebersamaan di Perkampungan Asri Saung Bekania
Oleh : Irman Muhamad Ridwan
     Terinspirasi setelah acara makan bersama lalu membuat puisi kemudian saya jadikan tulisan untuk kenang-kenangan. Menceritakan momen makan bersama keluarga daripada saya bengong mendingan saya tulis aja.
Pagi hari dihari senggang mentari muncul dari persembunyian. Hari minggu kebetulan saya ada di rumah. Di rumah ada pekerja bangunan yang membereskan ruangan kamar.
Istri sedang beres-beres dan sedang menyetrika baju mempersiapkan untuk besok hari mulai bekerja. Terdengar suara berdering hp dari kakak ipar mengajak untuk menghadiri pertemuan saudara dengan acara makan-makan bersama.
Aku terbangun  dari lelap tidur karena mendengar deringan hp dari kakak ipar. Biasanya jarang sekali tidur selepas shalat subuh pada pagi itu saya tidur karena agak sedikit ngantuk karena malam saya tidur terlarut malam.
Kemudian Saya mandi lalu memakai baju, istri sudah siap untuk pergi kesana. Motor lalu saya panaskan. Abang anak pertama ikut pergi bersama kita. Jadi kita motor bertiga pergi menuju ke Saung Bekania.
Perjalanan menuju kesana. Walaupun perjalan pelan asal kita selamat. Diperjalanan menuju saung tersebut melalui perumahan, perkampungan, sawah dan perkebunan.
Perjalanan kurang lebih lima belas menit sampai kesana dengan kecepatan empat puluh kilo meter perjam. Perjalanan melalui jalan pedesaan di pinggir ada pemakaman.
Perjalanan bulak belok ada tanjakan dan ada turunan dan melalui jembatan. Akhirnya kita sampai di lokasi tempat berkumpul keluarga di Saung Bekania.
Saung Bekania adalah saung pemilik kakak ipar Kania dan Beki suaminya jadi dinamakan Saung Bekania. Saung Bekania terbuat dari bambu beratap alang-alang.
Saung Beknia terletak di perkampungan yang masih asri dengan penduduk penuh dengan kepolosan sopan santun masih dilestarikan. Motor disimpan didepan rumah penduduk kelihatan situasi aman dan tidak diragukan.
Perkampungan tersebut masih terdapat sawah-sawah yang alami. Air mengalir di selokan-selokan. Sungai-sungai masih jernih airnya. Anak-anak kecil ada yang mandi disungai tersebut.
Saung bekania di perkampungan tersebut didepan banyak Pohon singkong, pohon bambu, ada nenek-nenek yang mencari kayu bakar, ayam-ayam kampung berkeliaran dan ad saung-saung di pesawahan .
Ternyata sudah berkumpul keluarga ada nenek (mertua), Paman, Bibi, Keponakan, Kakak ipar, sayangnya Kakak Ipar di bandung tidak hadir karene menunggu istrinya yang sakit.
Kita mengadakan acara bakar-bakar ikan, yaitu ikan bawal, ikan nila, ikan mas dan ikan peda. Nasi sudah disiapkan nasinya nasi liweut. Sambeul cobek dan semuanya sudah pada berkumpul di saung bekania.
Mereka melalui dengan makan bersama diawali dengan berdo'a dan membaca basmallah dengan penuh dengan canda tawa pada saat itu mereka di persatukan dalam momen bersama, makan besama, memperat tali persaudraan.
Menu makan beraneka ragam saling membawa dirumah masing-masing bukan hanya bakar ikan saja tetapi membawa menu yang lain  seperti sambeul cobek, terasi, lalab-laban, baceum oncom, nasi adalah nasi liweut, makan bersama diatas daun pisang.
Setelah mereka mengabadikan lewat poto dengan berekpresi dengan mimik muka dan gaya yang ditampilkan sebagai kenang-kenangan.
Kenang-kenangan di share di group keluarga supaya nanti bisa menentukan dan membicarakan bersama.Setelah acara tersebut ada yang pulang ke rumah masing-masing ada yang masih menikmati alam perkampungan.
Mereka berbincang-bincang tentang masa lalu. Sejarah yang diobrolkan perjalanan Kakek dan Uyut atau membicarakan pada masa kecil mereka hidup disana.
Demikianlah diary hari ini di sela-sela kesenggangan mengahadiri acara keluarga makan bersama di Saung Bekania di perkampungan yang Indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H