Sanna Marin, pemimpin perempuan asal Finlandia ini menduduki jabatan sebagai Perdana Menteri saat usianya 34 tahun. Ia dilantik pada Desember 2019.Â
Penunjukan Marin ini sekaligus mengukuhkan dirinya sebagai pemimpin termuda di Finlandia. Sebab, pemimpin-pemimpin sebelumnya tidak ada yang lebih muda darinya. Marin juga termasuk salah satu dari 100 perempuan paling inspiratif dan berpengaruh versi BBC tahun 2020.Â
Saat pandemi Covid-19 menimpa seluruh dunia, kabinet Marin disebut sudah menyiapkan berbagai hal untuk menghadapi kedatangan virus tersebut. Setelah WHO resmi mengumumkan status pandemi, pada 16 Maret, Finlandia bukan hanya memberlakukan lockdown, akan tetapi langsung menggunakan Undang-Undang Kekuatan Darurat, yang mana terakhir kalinya digunakan pada saat Perang Dunia Kedua.Â
Langkah yang dilakukan Marin ini memang banyak mendapat kritik di media. Meski begitu, dari hasil jajak pendapat tetap menunjukkan bahwa dirinya mendapat dukungan dari publik Finlandia.Â
Satu hal yang ia minta kepada masyarakat Finlandia saat awal virus Covid-19 mereka adalah meminta orang-orang untuk tinggal di rumah saja jika memang memungkinkan. Tidak berkeliaran di luar rumah jika memang tidak terlalu dibutuhkan.Â
Selain itu, apabila ada orang-orang yang merasakan gejala ringan, Marin mendorong mereka untuk menjalani tes. Ia pun mengatur alur tes dengan cara menyiapkan pertemuan online reguler antara laboratorium, dokter, dan klinik setempat.Â
Bersama tim kabinetnya yang berjumlah empat orang, Marin rutin memberikan pengarahan terkait virus Covid-19 setiap minggunya. Ia juga kerap menerima pertanyaan dari warga dan media terkait virus tersebut. Apalagi banyak pertanyaan yang diajukan oleh anak-anak.
Kegigihan Marin menghadapi pandemi Covid-19, membuatnya ditempatkan di kelompok yang sama dengan pemimpin dari negara-negara, seperti Taiwan, Jerman, serta Selandia Baru. Hal yang dilakukannya itu bahkan sampai membuat banyak orang bertanya, apakah memang benar jika pemimpin perempuan jauh lebih baik dalam menghadapi krisis dibandingkan pemimpin laki-laki?
Dalam sebuah wawancara, Marin mengatakan bahwa ada negara yang dipimpin laki-laki tapi tetap berhasil menangani krisis di masa pandemi. Menurutnya, hal itu tidak ada hubungannya dengan gender. Justru yang harus dipikirkan adalah bagaimana para pemimpin dunia bisa lebih fokus dan belajar dari pengalaman negara-negara lain yang berhasil menangani krisis.Â
Finlandia sendiri memiliki populasi sebanyak 5,5 juta orang. Saat terjadi pandemi Covid-19, tercatat lebih dari 370 kematian atau sekitar 60 kematian per satu juta penduduk.