Mohon tunggu...
Irma Inong
Irma Inong Mohon Tunggu... lainnya -

aku, ada

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Untuk Para Pencari Tahta

6 Juni 2014   16:53 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:02 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami adalah perempuan cantik yang bernama Aceh

Tapi mengapa senyum tak pernah tersungging di bibir merah kami



Wahai para pencari tahta

Tahukah kalian bagaimana rasanya perih tersanyat sembilu hati kami

Saat melihat para Agam diberondong timah panas oleh pasukan loreng

Tanpa kami tahu kesalahan dan dosa kami terhadap negeri ini



Dengan alasan tak jelas, tuduhan pembelot yang tak pernah kami lakukan

Dengan pongahnya mereka menggelandang, menendang dan membunuh bapak-bapak kami dengan biadab



Apa  mereka tak punya hati untuk para perempuan

Dengan paksa merenggut kesucian kami dengan brutal

Birahi bejatnya tak ada sekat dengan binatang

Mereka telah mengubah mimpi-mimpi indah kami

Impian para perempuan membangun negeri



Popor senjata menghantam kepala hingga tak sadarkan diri

Itulah suguhan kami sehari-hari

Apakah begitu murahnya harga darah dan nyawa di negeri kami



Wahai para pencari tahta

Ingatkah kalian dengan bait ini

Referendum, referendum, sama-sama ta tuntut

Referendum, referendum. Walou pih jeut ngen hanjeut

Tanyou dipeugot miseu leumo banggala

Tanyou deuk pruet nyang meufoya-foya…



Tapi kami tak akan mendendangkan bait-bait itu lagi

Camkan ini! sejak dulu hati kami adalah merah putih

Dan ingat! Janganlah kau buat lagi kami untuk mendendangkannya kembali



Wahai para pencari tahta

Tsunami telah mengambil jiwa-jiwa kasih kami

Luluh lantak kota kami

Perih, pilu, sakit, terseok kami berpijak

Setengah mati raga ini menanggung derita



Rakusnya para tikus berdasi, dana penanggulangan dan revitalisasi kota, rumah-rumah dan sekolah-sekolah kami

Ditilep juga, masuk kantong-kantong badut politik

Arus pengungsi tsunami berduyun tak kalah dengan pengungsi konflik dulu

Dari semua itu telah melahirkan ratusan generasi penerus yang berprofesi sebagai gelandangan, pengamen, pengemis dan pengangguran



Wahai para pencari tahta

Bukan. Ini semua bukan untuk membangkitkan kembali pahitnya kenangan kami

Justru air mata yang akan bersaksi

Tapi, harapan apa yang hendak kalian berikan untuk kami?



Ya Allah…kami mohon setetes  cinta-Mu

Untuk negeri kami agar kedamaian selalu menyelimuti kami

Biarlah para pencari tahta bertarung disana

Kami para pencari cinta berharap akan tangan-tangan malaikat

Yang menjelma para penguasa tahta kelak

Hadir ditengah-tengah kami


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun