Tidak sedikit orang yang memiliki masa kecil yang suram, entah memiliki pengalaman buruk dalam keluarga, broken home, dan permasalahan lain yang dapat menjadi sumber kekhawatiran ketika dewasa. Mereka menganggap bahwa masa lalu yang suram tersebut mempengaruhi hidupnya hingga sekarang. Terutama jika kemalangan tersebut berada di lingkungan terdekat kita dan masih berlangsung hingga saat ini.
Kekhawatiran mereka merefleksikan kondisi masa kecil mereka. orang yang tumbuh dalam keluarga yang penuh pertengkaran khawatir bahwa kelak ia akan memiliki keluarga yang juga penuh dengan pertengkaran. Anak yang tumbuh dari orang tua yang kasar khawatir jika mereka kelak akan menjadi pelaku atau korban kekerasan juga.
Orang-orang yang ingin mengatasi masalah ini secara aktif akan mencari tau bagaimana cara berdamai dengan keadaan dirinya. Tak heran mereka lebih menggemari buku kesehatan mental, psikologi, atau video edukatif terkait masalah tersebut. Banyak orang terbantu dengan informasi yang mereka dapatkan dari media-media tersebut. Mereka akhirnya dapat mengetahui inti emosi yang selama ini tidak diketahui asal muasalnya dan mengetahui penyebabnya melalui kekuatan pengetahuan.
Sebagian orang yang terbantu dengan media-media tersebut tampaknya mengalami proses-proses berikut:
1. Unversalization
Kekuatan pikiran "ternyata bukan hanya aku yang merasakan ini" sangat dahsyat. Sebelumnya mereka merasa bahwa kehidupan yang tidak beruntung hanya dirasakan oleh dirinya saja, dan orang-orang diluar sana dalam bayangannya memiliki kehidupan yang sempurna. Akhirnya membuat mereka semakin terpuruk, mereka merasa menjalani kehidupan berat ini sendirian. Namun, ternyata banyak sekali orang yang lebih parah darinya. Hati mereka pun menjadi lebih ringan dan terhibur.
Untuk menemukan perasaan seperti ini, selain melalui sumber bacaan dan video edukasi, berkegiatan secara langsung juga dapat memberikan kita pemahaman yang lebih bahwa kita tidak sendirian di dunia ini, bahkan ada yang lebih parah keadaannya. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah aktif di kegiatan sosial, berbagi kepada sesama, buatlah sesering mungkin diri kita berinetraksi dengan mereka yang jauh lebih membutuhkan, para pedagang di pinggir jalan, orang yang meminta-minta, para korban bencana, dan lainnya.
2. Mengatasi Rasa Bersalah
Banyak sekali factor yang membuat kita sering menyalahkan diri sendiri. Banyak argumen dari buku psikologi atau media edukatif lainnya yang mengatakan bahwa masalah yang kita alami bukan karena upaya kita kurang atau akibat kita orang yang tidak baik. Padahal semua itu bukan karena kesalahan mereka dan sudah seharusnya kita melepaskan diri dari rasa bersalah tersebut secara permanen. Mereka yang masih menyalahkan diri sendiri akan selalu merasa menderita. Maafkanlah dirimu.
3. Berpengetahuan
Hati menjadi tenang jika kita bisa menganalisis dan memahami apa yang kita rasakan secara rasional. Dengan mengetahui bahwa hal yang mengganggu dan menyusahkan kita adalah trauma yang sudah lama atau emosi inti yang mengendalikan kita, akhirnya kita bisa mengetahui sumber masalah yang membuat kita menderita. Hati yang semula berselimut tebal menjadi lebih jernih. Ratapan yang tak henti atas keadaan diri dapat terobati melalui pengetahuan yang benar terkait penerimaan diri sehingga hati menjadi lebih ringan.
Maka, berpengatahuan adalah jalan ninja untuk keluar dari setiap masalah termasuk masalah mengobati luka dan tidak menerima keadaan diri ini. Perbanyaklah membaca, bukan hanya membaca buku yang terkait kesehatan mental saja, melainkan bacalah alam dan keadaan. Buat hati lebih peka dan lembut dengan membaca setiap rangkaian kehidupan yang datang dalam kehidupan kita.
Tempatkan pikiran pada kursi positif maka kita akan melihat kembali kehidupan dengan cara yang positif. Kita tidak akan sembuh dari rasa yang berkecamuk menyusahkan jika kita masih menutup diri, melangkahlah temui orang-orang baru, ikuti kegiatan sosial yang bermanfaat, karena ketika kamu berbagi pada dasarnya kamu sedang memupuk rasa percaya diri.
Selamat berproses kawan, kabari aku jika kamu berhasil melaluinya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H