Mohon tunggu...
Irmadela Nindyadiasti
Irmadela Nindyadiasti Mohon Tunggu... Akuntan - Currently working as finance officer in a private entity

I write so I live

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siapakah Rumahmu?

14 Desember 2022   15:17 Diperbarui: 14 Desember 2022   15:31 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang pertama kali terlintas saat mendengar kata rumah? Sebuah bangunan atau sesosok manusia? Tempat berlindung atau tempat bercerita? Kedua definisi rumah itu sah-sah saja. Karena, setiap manusia memiliki persepsinya sendiri-sendiri. Ada yang mendefinisikan rumah sebagai suatu bangunan lengkap dengan perabotan rumah tangga. Ada juga yang mendefinisikan rumah sebagai human diary, tempat teraman dalam menyimpan rahasia kehidupan. Dua persepsi tersebut sama baiknya karena kalau ditarik benang merah, maka rumah identik dengan rasa aman dan kasih sayang.

Formalnya, rumah adalah suatu bangunan yang dijadikan tempat tinggal dalam jangka waktu tertentu. Disini, tempat tinggal tidak berhenti pada tempat tinggal manusia. Sangkar, sarang, atau kandang juga merupakan rumah, tapi bagi kelompok animalia. Kalau diromatisasi sedikit, rumah merupakan tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, membangun keluarga, tempat berlindung, dan penyimpanan barang berharga. Dari definisi ini, tidak mustahil bahwa rumah bisa berwujud makhluk hidup.

Kata makhluk hidup dipilih untuk memaknai rumah karena ada kemungkinan bahwa seseorang menjadikan hewan peliharaannya sebagai rumah. Itu hak mereka untuk menentukan siapa yang pantas disebut sebagai rumah. Entah itu orang tua, suami atau istri, kekasih, teman, bahkan idol K-Pop bisa disebut sebagai rumah. Kembali ke poin awal, setiap orang punya definisi rumah sendiri-sendiri. Mereka yang paling tahu kepada siapa mereka akan pulang.

Sebagai manusia biasa dengan pemikiran cetek tentang rumah, secara pribadi saya mendefinisikannya sebagai human diary. Rumah menurut pandangan saya adalah seseorang yang pertama kali terlintas dalam pikiran saya saat kebahagiaan datang atau kesedihan menerjang. 

Dengan kata lain, saya memiliki banyak rumah. Tapi, hanya satu rumah utama. Seperti halnya rumah saat berperan sebagai aset. Bisa jadi seseorang memiliki banyak rumah, tapi hanya satu rumah utama yang dijadikan tempat pulang.

Mungkin, bagi para arsitek yang memandang rumah sebagai santapan sehari-harinya memiliki definisi tersendiri yang lebih realistis. Bisa jadi ada syarat-syarat tertentu sehingga sebuah bangunan dapat disebut sebagai rumah, seperti adanya pondasi dan tata letak. Namun, tujuannya tetap sama. Menjadi tempat tinggal yang layak untuk membina kekeluargaan. 

Karena, rumah yang rapi akan enak dipandang seperti tagline Olymplast Juaranya Rapikan Rumah.

Kembali ke topik awal mengenai rumah yang bermanifestasi sebagai makhluk hidup. Hal tersebut akan membuat banyak orang berpikir, “Lantas siapakah rumahku?” Sungguh, pertanyaan retoris. Faktanya, setiap orang telah mengetahui jawabannya masing-masing. 

Coba buka room chat-mu, siapakah orang pertama yang kamu kirim pesan dengan huruf kapital saat pertama kali mendapat kabar bahagia maupun sedih? Kemudian, siapakah orang kedua, ketiga, dan seterusnya yang ingin kamu bagi kebahagiaan atau kesedihan itu? Apakah itu orang tuamu? Suami atau istrimu? Kekasihmu? Temanmu? Atau bahkan hewan peliharaanmu? Hanya kamu yang tahu jawabannya.

Perihal rumah memang bukan masalah sepele. Entah itu dalam bentuk aset atau artian lain. Karena, rumah adalah tempat seorang individu terbentuk. Karakter individu sedikit banyak dipengaruhi oleh keadaan rumah. Rumah juga sama dengan gudang rahasia. Itulah mengapa butuh kebijaksanaan dalam memilihnya. 

Pastikan ada rasa aman di dalamnya. Karena, kalau keamanannya terjamin, maka privasi terlindungi sehingga timbul rasa nyaman. Tak jarang, rumah berperilaku sangat kejam. Mereka berlagak tidak mengerti perasaan hati kita. Percayalah, itu adalah usaha rumah untuk mendewasakan diri kita. Memberikan gambaran bahwa dunia tak seindah di negeri dongeng. Jadi, sudah tahu kan siapa rumahmu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun