Mohon tunggu...
Irma Ayu Nara Sulih_PWK_UNEJ
Irma Ayu Nara Sulih_PWK_UNEJ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa teknik 22

Sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan di Kota Sukabumi

13 Oktober 2022   06:09 Diperbarui: 13 Oktober 2022   06:17 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah kota tentunya tidak luput dari adanya suatu permasalahan di berbagai aspek. Dari berbagai aspek itu permasalahan yang muncul selalu saling berkaitan, seperti permasalahan ekonomi yang berdampak pada sosial ataupun sebaliknya. Permasalahan tersebut banyak terjadi di perkotaan, masalahnya yaitu kemiskinan. 

Kemiskinan merupakan ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin bisa diartikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan (Badan Pusat Statistik). 

Dari definisi kemiskinan dan penduduk miskin tersebut, gambaran penduduk miskin bisa diindikatorkan sebagai berikut, rumah yang bangunannya tidak termasuk kriteria layak huni, penerangan rumah belum memakai listrik, air yang dikonsumsi dari sumber air yang tidak terlindungi (tidak higenis), memasak menggunakan bahan tradisional, mengkonsumsi daging/susu/ayam hanya sekali dalam seminggu, membeli hanya satu stel pakaian baru dalam setahun, makan hanya sanggup sekali atau paling banyak dua kali dalam sehari, tidak sanggup membayar biaya kesehatan, pendapatan dibawah Rp 600.000 per bulan, pendidikan tertinggi kepala keluarga hanya sampai SD atau tidak sekolah, tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan harga Rp 500.000.

Kemiskinan disebabkan adanya urbanisasi. Perpindahan penduduk apalagi secara besar-besaran dapat menjadi penyebab terjadinya kemiskinan di suatu kota. Perpindahan penduduk dari desa ke kota yang tidak disertai dengan kesiapan yang baik, dari segi pendidikan maupun kemampuan masyarakat untuk bekerja. 

Masyarakat desa yang mayoritasnya adalah lulusan SD (Sekolah Dasar) lalu bermigrasi ke kota berharap mendapat kehidupan yang lebih layak karena banyaknya lapangan yang tersedia. Tetapi realitanya, masih banyak masyarakat desa yang tidak mampu bersaing di lapangan pekerjaan yang tersedia di kota tersebut. 

Akhirnya, mereka yang gagal bersaing memilih untuk tidak bekerja karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang bisa memperkerjakan masyarakat tersebut dan akhirnya pekerjaan yang tersedia hanyalah sebagai buruh tani, kuli bangunan, atau pekerjaan serabutan lain yang tidak menentu pendapatannya.

Salah satu kota yang memiliki permasalahan kemiskinan yaitu Kota Sukabumi. Masyarakat miskin di Kota Sukabumi mengalami pertambahan yang melonjak semenjak pandemi di  tahun-tahun sebelumnya yang melanda seluruh dunia. 

Karena adanya pandemi tersebut perusahaan di Kota Sukabumi mulai membatasi pekerjanya dan melakukan PHK karena terbatasnya biaya yang diterima untuk gaji para pekerja tersebut. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi jumlah penduduk miskin di Kota Sukabumi ini bertambah 8 persen menjadi 27.000. 

Dilihat dari data yang terdapat di BPS pada tahun 2019 jumlah masyarakat miskin sebanyak 21,87, pada tahun 2020 jumlah masyarakat miskin nya adalah 25,42 dan pada tahun 2020 sebanyak 27,19. Dari data tersebut bisa kita tentukan bahwa pada setiap tahunnya kemiskinan terus meningkat. Hal ini menjadi PR bagi para kepala keluarga yang berpenghasilan dibawah data kemiskinan.

Urbanisasi menyebabkan perkembangan sebuah kota. Dengan bertambahnya jumlah masyarakat maka lapangan pekerjaan yang tersedia pun harus ditambah, struktur kota juga menyesuaikan jumlah penduduk menyebabkan butuhnya lahan yang luas untuk tempat tinggal dll. 

Adanya permasalahan kemiskinan kota ini menjadi penyebab permukiman kumuh karena ketidakmampuan seseorang atau kelompok untuk memiliki tempat tinggal yang layak huni. Sehingga menyebabkan munculnya penyakit, akan tetapi, penduduk miskin tersebut masih belum mampu untuk membayar kesehatannya. Selain itu kemiskinan juga menyebabkan kesenjangan sosial di kalangan masyarakat.

Pemerintahan Kota Sukabumi juga tidak tinggal diam, dalam menangani kasus tersebut, pemerintah Kota Sukabumi membuat beberapa program yang bisa dijalankan oleh masyarat agar persentase jumlah penduduk miskin dapat berkurang. 

Untuk mengurangi adanya pertambahan masyarakat miskin Walikota dan Wakil Walikota Kota  Sukabumi H. Achmad Fahmi dan H. Andri S, Hamami, S.H., M.H., mimiliki 3 program upaya menurunkan angka kemiskinan di Kota Sukabumi, diantaranya program Sukabumi kece (Kelurahan Entrepreneurship Center) program ini dibuat sebagai pusat pendidikan, pelatihan, pendampingan, dan pengembangan kewirausahaan. 

Dalam program ini pemerintah berusaha untuk menciptakan dan mengembangkan produk UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) guna memperluas lapangan pekerjaan untuk penduduk miskin yang memiliki potensi dalam berwirausaha. 

Program berikutnya yaitu program Little Sukabumi. Program kedua ini sebagai program sinergisitas antar Kota Sukabumi dengan kota-kota lain di Indonesia, seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta, dan Bali dengan mendirikan layanan informasi, pusat belanja, display atau menata produk unggulan. Program Little Sukabumi ini merupakan tempat yang diproyeksikan diisi dengan berbagai produk unggulan UMKM Kota Sukabumi. 

Ini juga merupakan peluang bertemu antara UMKM dengan para calon konsumen dari luar kota, termasuk juga tempat untuk menampilkan seni budaya Sukabumi. Little Sukabumi merupakan salah satu upaya untuk membuat UMKM naik kelas dan memperluas jangkauan pemasarannya. Selain itu pemerintah Kota Sukabumi, pada tahun ini akan memfasilitasi PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) untuk UMKM, sebagai upaya lainnya dalam memajukan UMKM Kota Sukabumi.

 Lalu, program yangterakhir adalah program Forum SASA  (Silih Asah dan silih Asih)  Kota Sukabumi, program ini ada untuk menumbuhkan dan menghidupkan kembali rasa kesetiakawanan sosial terhadap sesama masyarakat di Kota Sukabumi supaya senantiasa berpartisipasi dan turun tangan apabila terjadi permasalahan sosial, bersama-sama dengan pemerintah Kota Sukabumi dan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) serta instansi dan lembaga terkait lainnya. 

Program ini dibuat karena rasa kesetiakawanan sosial di kalangan masyarakat, hampir di seluruh Indonesia termasuk di Sukabumi, saat ini mengalami degradasi atau penurunan secara drastis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun