Mendatangkan beras impor ke kampung halaman AMran, ibarat menyerang langsung ke jantung pertahanan. Karena selama ini, Mentan Amran Sulaiman kerap menggembar-gemborkan surplus produksi padi dalam negeri.
Amran juga yang mengajukan impor beras di RApat Koordinasi Terbatas (Rakortas), dan ia juga yang menentang impor itu ketika dicegat wartawan seusai rapat.
Kelakuan Buwas menyindir Amran itu mungkin ada hubungannya dengan perlakuan Amran kepada  Buwas terlebih dahulu.
Berbekal data dari Kementerian PErtanian, BUlog yang dipimpin Buwas sempat ikut menolak impor beras. Belakangan, data produksi beras dikoreksi Badan Pusat Statistik (BPS). Untung saja, Buwas tidak pasang badan harga mati mendukung Amran. Karena bila itu terjadi, entah sudah melonjak setinggi apa harga beras di dalam negeri.
Berikutnya, Buwas mungkin juga kesal dengan data produksi jagung dalam negeri versi Kementan. Katanya, produksi jagung kita surplus hingga 13 juta ton. Tapi kenyataan di lapangan, harga jagung tetap tinggi. Bahkan KEmentan sendiri yang mengajukan impor jagung, dan membuat BUlog ketempuan kerja tambahan. Â Tidak berhenti sampai di situ, Mentan AMran Sulaiman juga menyalahkan factor logistic sebagai penyebab harga jagung yang mahal di dalam negeri.
Untung saja Buwas masih melancarkan pembalasan yang elegan untuk Arman. Kini ia menyindir bahwa Indonesia memang bisa ekspor beras. Tapi khusus untuk Sulawesi Selatan, kampung halaman Amran, memerlukan bantuan beras dari luar negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H