Tidur adalah kebutuhan dasar yang harus terpenuhi, kekurangan tidur akan berdampak negatif pada masalah kesehatan fisik dan mental, seperti mudah marah, kurang mood, disorientasi, depresi, stress, penyakit jantung, obesitas, pikun, kulit terlihat lebih tua, hilang fokus, diabetes, hingga dapat menyebabkan infertil atau mandul.
Definisi Infertilitas
Infertilitas atau yang lebih dikenal sebagai mandul adalah konsisi dimana tidak terjadinya kehamilan setelah 12 bulan melakukan hubungan seksual dalam rentang waktu yang tepat tanpa pelindung atau kontrasepsi. Infertilitas diklasifikasikan menjadi 2, yaitu primer dan sekunder. Infertilitas primer adalah perempuan yang melakukan hubungan seksual dalam rentang waktu yang tepat tanpa menggunakan pelindung atau kontrasepsi, namun belum pernah hamil sekalipun. Sedangkan infertilitas sekunder adalah perempuan yang sebelumnya pernah hamil, kemudian tidak hamil padahal sudah melakukan hubungan seksual secara teratur selama 12 bulan tanpa pelindung atau kontrasepsi.
Sebuah pendapat menyatakan bahwa infertilitas dapat dianggap sebagai disabilitas, hal ini dikarenakan reproduksi adalah salah satu aktivitas kehidupan utama. Dengan demikian, infertilitas menjadi tantangan besar bagi kesejahteraan emosional dan sosial seseorang.Â
Saat ini angka kejadian infertilitas primer pada perempuan Indonesia mencapai 15% pada rentang usia 34-35 tahun, meningkat sebanyak 30% pada rentang usia 35-39 tahun dan 64% pada rentang usia 40-44 tahun. Diperkirakan 72,4 juta wanita di seluruh dunia mengalami infertilitas.
Penyebab Infertil
Terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan infertilitas, misalnya faktor organik (seperti anovulasi, obstruksi tuba), iatrogenik (seperti efek samping kemoterapi atau radiasi), dan/atau gaya hidup (seperti berat badan, nutrisi, dan penggunaan zat).
Bagaimana Tidur Bisa Mempengaruhi Kesuburan?
Ada tiga kemungkinan gangguan tidur berhubungan dengan infertilitas:
- aktivasi HPA
Aktivasi HPA diidentifikasi sebagai jalur independen infertilitas dan sebagai faktor pemicu disregulasi tidur yang dapat mempengaruhi kapasitas reproduksi. Aksis HPA dapat secara langsung memberikan efeknya pada hormon reproduksi dan berpotensi mengganggu perkembangan folikel normal, menstruasi, dan laju reproduksi.
2. Disregulasi tidur dapat menyebabkan infertilitas
- Insomnia dapat terjadi bersamaan dengan atau mengakibatkan aktivasi HPA, sehingga menyebabkan infertilitas
- Disregulasi tidur (fragmentasi tidur, gangguan kontinuitas tidur, durasi tidur pendek atau panjang) secara independen dapat mengubah konsepsi yang berhasil melalui penekanan atau peningkatan hormon reproduksi.
- Kurang tidur juga dapat mempengaruhi konsepsi melalui gangguan kekebalan. Tidur yang baik (durasi dan waktu yang tepat tanpa gangguan tidur) akan dikaitkan dengan tingkat fungsi hormonal yang sehat dan normal. Begitu pun sebaliknya, tidur yang buruk akan dikaitkan dengan tingkat fungsi hormonal yang tidak sehat.
Terdapat beberapa hormon yang menghubungkan antara tidur dan reproduksi, yaitu antara lain: Thyroid Stimulating Hormone (TSH), Luteinizing Hormone (LH), Follicle-stimulating Hormone (FSH), Prolaktin (PRL), Testosteron, Estradiol, Anti-Mullerian Hormone (AMH), Progesteron.
Kuantitas atau kualitas tidur, kurang tidur, dan tidur yang tidak teratur, dapat memberikan efek pada sejumlah hormon berbeda yang terlibat dengan reproduksi. Mengingat sinkronisasi hormon yang diperlukan untuk keberhasilan ovulasi, konsepsi, dan implantasi, maka gangguan kontinuitas tidur dapat memainkan peran penting dalam mengganggu lingkungan hormonal yang diperlukan untuk reproduksi.
3. Â disritmia sirkadian dapat mengganggu kesuburan
Empat penelitian mengungkapkan bahwa hormon yang berhubungan dengan kesuburan menunjukkan pola sirkadian dalam kondisi tidur normal, disritmia sirkadian (seperti pada pekerja shift) memiliki keterkaitan dengan perubahan sekresi hormon reproduksi dan hasil reproduksi yang merugikan, dan melatonin merupakan hormon sirkadian utama yang dikaitkan dengan kesuburan.
Peningkatan kadar melatonin dikaitkan dengan amenore dan fungsional dan hipogonadisme hipotalamus. melatonin disebut-sebut sebagai kontrasepsi potensial karena efek penghambatannya yang potensial pada ovulasi. Melatonin memodulasi sekresi prolaktin, sehingga berpotensi mempengaruhi fungsi reproduksi. Melatonin yang diberikan secara eksogen meningkatkan kualitas oosit dan embrio di antara pasien In Vitro Fertilization (IVF) dengan gangguan tidur.
Kebutuhan Tidur Sesuai Usia
- Usia 0-1 bulan: Bayi yang usianya baru mencapai satu bulan, umumnya membutuhkan tidur 14-18 jam setiap hari.
- Usia 1-18 Bulan: Pada usia ini, bayi membutuhkan waktu tidur 12-14 jam setiap hari, termasuk tidur siang. Masa bagi kehidupan mereka, tidur cukup akan membuat tubuh dan otak bayi berkembang baik dan normal.
- Usia 3-6 tahun: Kebutuhan tidur yang sehat di usia anak menjelang masuk sekolah ini, mereka membutuhkan waktu untuk istirahat 11-13 jam, termasuk tidur siang. Menurut penelitian, anak usia di bawah enam tahun yang kurang tidur akan cenderung obesitas di kemudian hari.
- Usia 6-12 tahun: Anak usia sekolah ini membutuhkan waktu tidur 10 jam. Menurut penelitian, anak yang tidak memiliki waktu istirahat yang cukup dapa menyebabkan mereka menjadi hiperaktif, tidak konsentrasi belajar, dan memiliki masalah pada perilaku di sekolah.
- Usia 12-18 tahun: Menjelang remaja sampai remaja, kebutuhan tidur yang sehat adalah 8-9 jam. Studi menunjukkan bahwa remaja yang kurang tidur, lebih rentan terkena depresi, tidak fokus, dan punya nilai sekolah yang buruk.
- Usia 18-40 tahun: Orang dewasa membutuhkan waktu tidur 7-8 jam setiap hari.
- Usia 40-60 tahun: Masa muda paruh baya membutuhkan waktu tidur 7 jam setiap hari.
- Usia 60 tahun ke atas (Lansia): Kebutuhan tidur terus menurun, kebutuhan tidur cukup 6 jam perhari.
Hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur
- Hindari konsumsi kopi, rokok, dan alkohol.
- Tetapkan waktu tidur yang teratur.
- Sempatkan untuk berolahraga setiap hari.
- Tenangkan pikiran dan mental.
- Melakukan tidur yang cukup, sekitar 6-7 jam per hari.
- Melakukan tidur siang singkat ditengah aktivitas berat, pada jam istirahat.
- Mematikan lampu saat tidur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H