Jurit malam diidentikan dengan suasana seram,mencekam,dan mistis. Lain halnya dengan Diriku. Perkenalkan namaku Vita 19tahun, Aku seorang mahasiswi perguruan tinggi swasta.
Minggu pagi, 23Nopember setahun yang lalu. Sekedar memperingati 1tahun kejadian tersebut, Aku ingin bercerita tentang pengalaman yang akan menjadi sejarah dikemudian hari. Saat itu, Aku tengah mengalami galaunisasi akut. Tentunya Ku punya alasan mengapa aku begitu. Sebagai seorang remaja yang labil dalam mengendalikan emosi,memang sering mengalami pasang surut percintaan.
Ya, Aku merindukan seseorang yang bukan kekasihku lagi, lebih tepatnya "Mantan". Hampir setiap saat diliputi perasaan gelisah dan entah harus melakukan apa. Sekedar menerka-nerka dia dari jauh rasanya tidak mungkin,selain itu kemampuan Aku bertelepati juga nol besar.
Kemudian,tak lama saat itu aku menerima pesan. Dan yang paling mengejutkannya lagi, Mantanku sms dan berkata bahwa Dia sangat merindukanku. Ternyata kontak bathin kita masih berfungsi dengan baik. Kami habiskan waktu berjam-jam untuk chit-chat dan bernostalgia. Namun hasrat ingin bertemu seketika muncul dalam benak kita. Dengan modal nekad dan harus panjat jendela rumah,guyuran hujan dan angin malam yang tidak menyehatkan, akhirnya kita dipertemukan, meskipun ada insiden sandalku harus masuk got, mungkin ini pertanda Tuhan karna aku telah durhaka terhadap orang tuaku. Aku sama sekali tidak memperdulikannya, ini hanya sedikit perjuangan aku,untuk menemui mantanku yang terindah itu.
Dengan terengah-engah dan nyaris pingsan, Aku menebar senyum indah dan memeluknya erat, begitupun dengannya. Kami seperti hidup kembali.
Karna perpisahan kami terjadi atas ketidak restuan orangtua ku.
Kami bingung memilih tujuan jalan-jalan, secara sudah pukul 12.00 malam. Lalu destinasi yang kami pilih adalah Komplek pemakaman alias kuburan. Memang menyeramkan,terlebih sudah tengah malam pula. Tapi Kita dengan perasaan haru dan senang, tetap menikmati saja. Bayangkan kita duduk disebuah bangku taman,dan dikelilingi makam-makam bercandi,sungguh pemandangan yang jarang sekali. Tapi jangan melontarkan prasangka buruk, Kami hanya mengobrol saja dan tidak melakukan hal yang melanggar moral. Meskipun kabur lewat jendela termasuk perilaku tercela.
Suasana mencekam mulai menyeruak, tapi kami tak menghiraukanya sama sekali. Kami fokus dengan kerinduan satu sama lain. Tak dinyana, seorang aku yang pendiam mendadak jadi brutal dan menyeleweng dari aturan.Mungkin ini yang dinamakan cinta. Perasaan itu selalu membuat pelakunya menyimpang dan dibutakan.
Waktu menunjukan pukul 02.00 pagi, dan waktunya pulang. Kekhawatiran aku orang tuaku terbangun dan mendapati aku tak ada dikamar,itu sesuatu yang buruk. Dengan berat hati aku pulang. Dan ku peluk dia kembali lalu meninggalkannya kembali. Ini kali pertamanya jurit malan terasa begitu romantis.
Inilah cerita singkatku untuk mengenang pengalaman nyata hidup yang takkan terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H