Mohon tunggu...
IRMA PURNAMASARI
IRMA PURNAMASARI Mohon Tunggu... -

Panggil saja "AMA", Anak pertama perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara. Sebagai mahasiswi dan bekerja di perusahaan BUMN dalam bidang Perbankan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengalaman: Menjadi "Pemimpin", Bukan Janji Muluk Tapi Apresiasi...

9 April 2013   22:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:27 2026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman: Menjadi "Pemimpin", Bukan Janji Muluk Tapi Apresiasi...

Menjadi “Pemimpin” bukanlah hal yang mudah, kita harus memahami apa itu “Pemimpin”?, bagaimana menjadi seorang “Pemimpin” yang baik untuk memajukan suatu organisasi?, apa yang harus kita lakukan jika kita menjadi seorang “Pemimpin”?, dan lain-lain. Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu. Sedangkan kepemimpinan adalah suatu proses yang dapat mempengaruhi dan memberi contoh oleh seorang pemimpin kepada pengikutnya dalam mencapai tujuan suatu organisasi. Pemimpin yang baik harus mempunyai karakter sebagai berikut:

1.Mempunyai karisma

Pemimpin yang mempunyai karisma akan memudahkan mengarahkan staf atau pengikutnya. Pemimpin yang tidak berkarisma akan kesulitan mengarahkan staf atau pengikutnya.

2.Mempunyai integritas

Pemimpin harus mempunyai integritas dalam memimpin. Pemimpin harus setia terhadap nilai-nilai yang ditanamkan kepada pengikutnya.

3.Mempunyai dedikasi

Pemimpin yang berdedikasi akan mengerjakan visinya dengan kerja keras dan penuh semangat. Dedikasi yang dia kerjakan akan ditularkan kepada stafnya.

4.Bisa mengambil keputusan

Pemimpin harus bisa dan berani mengambil keputusan secara cermat. Untuk dapat mengambil keputusan secara cermat pemimpin harus memperhatikan banyak aspek dalam memutuskan.

5.Mau membantu

Pemimpin yang baik harus mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.

6.Bekerja tidak hanya memerintah

Pemimpin yang baik mau mengerjakan hal-hal yang dihadapi stafnya. Tentu saja dia akan mengerjakan sesuai porsi yang dia bisa kerjakan.

7.Mau mendengarkan

Pemimpin yang baik harus mau mendengarkan masukan dan keluhan dari stafnya. Pemimpin tidak harus setuju terhadap pendapat dari staf, tetapi harus menghargai setiap pendapat.

8.Kerjasama

Menjadi pemimpin harus kerjasama, tulus, dan terbuka. Saling percaya dan menghargai satu sama lain.

Saya pernah merasakan mempunyai pimpinan yang sangat tidak mengerti bawahannya. Saya bekerja sebagai front office disalah satu Bank BUMN di jakarta. Sebagai front office, tentulah mempunyai job description nya masing-masing sesuai jabatan. Saya mengerti front office adalah garda depan suatu perusahaan, dan dapat mempengaruhi citra suatu perusahaan. Untuk memenuhi target saya dan rekan kerja yang lain dituntut untuk ekstra, karena di dunia perbankan akhir tahun adalah hasil kinerja kita selama satu tahun. Apakah berhasil mencapai target atau tidak. Hasil kinerja mempengaruhi penilaian kinerja masing-masing pegawai. Saya dan rekan saya dituntut untuk mengambil jam lembur kantor, sampai-sampai dihari libur digunakan untuk kegiatan kantor. Saya sudah berusaha maksimal dan memenuhi seluruh keinginan pimpinan saya meskipun yang saya lakukan diluar job description yang saya duduki. Selalu datang lebih awal dan pulang malam, resikonya saya mengorbankan kuliah. Penilaian pun dimulai, posisi kantor cabang tempat saya bekerja penilaiannya sangat baik bahkan surplus. Saatnya penilaian atasan terhadap saya, alhasil saya diberikan nilai yang tidak sesuai dengan kenyataannya, nilainya tidak sebagus nilai kantor cabang saya. Saya sangat kecewa dan merasa tidak adil, padahal saya sudah mengorbankan waktu dan bekerja maksimal tetapi atasan saya hanya memetik hasilnya dan tidak menghargai. Penilaian pun tidak transparan, dan langsung diserahkan kepada manajemen di kantor pusat. Saya sempat fotocopy SMK (Sistem Manajemen Kinerja) saya, penilaiannya tidak adil karena tidak sesuai dengan hasil yang diputuskan kantor pusat, contoh: nilai pelayanan saya 100 tetapi dibuat 80, dll . Saya hanya bisa menerima dengan lapang dada, ketidakadilan pasti dibalas oleh ALLAH SWT. Karena tercapai target, kantor cabang tempat saya dan 3 rekan kerja saya bekerja mendapat reward. Tapi tidak sedikitpun saya dan rekan kerja saya mendapatkan apresiasi dari hasil bekerja. Harusnya karena kita semua saling bekerjasama untuk mencapai target, reward itu setidaknya dibagi kebawahannya yang memang memiliki kontribusi.

Itu adalah salah satu pengalaman saya, bukan untuk menyalahkan seseorang ataupun mendoktrin, pengalaman ini dapatdiambil hikmahnya. Menjadi seorang pemimpin tidak hanya dapat mempengaruhi bawahan untuk bekerja lebih semangat, memberikan kritik dan tuntutan apalagi tuntutan tersebut diluar tugas dan tanggung jawab yang seharusnya (diluar job descriptionnya), tetapi pujian dan apresiasi terhadap hasil kerja bawahan juga penting dapat memotivasi produktivitas dan membangun kepercayaan diri bawahan untuk lebih sukses lagi. Memberikan apresiasi terhadap kinerja bawahan yang loyal dan berhasil dalam pekerjaannya sangat utama, karena dari situlah bentuk penghargaan yang seharusnya didapat. Penghargaan bukan hanya dalam bentuk materi, melainkan dapat berupa pujian sebagai apresiasi bahwa kontribusinya dalam memajukan perusahaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun