Mohon tunggu...
Irma Muthiah Saleh
Irma Muthiah Saleh Mohon Tunggu... Guru - Guru/Hidaytullah Balikpapan

Berkebun/Agriculture

Selanjutnya

Tutup

Diary

Aku Mau Pulang!

10 Agustus 2024   12:45 Diperbarui: 10 Agustus 2024   12:56 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Belum sepekan santri baru masuk pondok, sudah banyak cerita yang terukir. Ada yang dengan mudah dapat bersosaialisasai dengan teman barunya bahkan dengan kakak kelasnya. Namun tak jarang juga yang butuh waktu untuk dapat  beradaptasi dengan kehidupan pondok dan berkenalan dengan orang-orang baru. Bahkan ada yang memilih untuk pulang dengan berbagai alasan. 

Pagi itu baru saja ku langkahkan kaki masuk ruang kantor ketika sejenak kemudian mata tertuju pada sosok yang duduk di kursi ruang tamu. Yah di sana duduk seorang santri baru yang beberapa hari sebelumnya juga ada diruang itu bersama orang tuanya. 

"Kenapa kak, kakak tidak sekolah?" Tanyaku beruntun mengingat ini hari sekolah dan dia pagi-pagi  ada di kantor dengan tidak memakai  seragam sekolah. 

"Lagi nunggu ustadzah Ely."

"Oh kalau gitu tunggu aja sebentar ya." Ujarku  sambil berlalu. 

Tidak lama berselang ustadzah Ely pun datang dan drama seperti beberapa hari sebelumnya kembali terulang. 

"Aku tidak mau di sini. Aku mau pulang. Aku mau sama ibu." Kata Alya, santri baru tersebut sambil menangis. 

"Alya coba bertahan dulu sebulan aja nak." Bujuk ustadzah Ely yang telah menyiapkan diri menjadi orang tua angkatnya demi Alya bisa bertahan.

"Kasihan orang tuanya. Bukankah Alya sendiri yang milih mau sekolah di pondok."

"Tapi aku gak mau, aku mau pulang, gak mau di sini "

"Cobalah bertahan sebulan aja nak, supaya Alya bisa merasakan bagaimana di pondok."

"Pokonya aku mau pulang, gak mau di sini."

Yah begitulah drama pagi itu. Sebuah pemandangan biasa bagi ustadzah ketika ada calon santri yang tidak betah di pondok. 

Berbagai alasan tersampaikan ke orang tua termasuk kekurangan-kekurangan fasilitas pondok menjadi salah satu yang di sodorkan ke orang tua jika anak tidak betah. Apalagi jika dipilihnya pondok sebagai tempat menempuh pendidikan itu hanya kemauan orang tua. 

Ada beberapa faktor sebenarnya yang bisa menyebabkan anak tidak betah di pondok. Salah satunya mungkin memang dari segi fasilitas. Anak-anak yang di rumahnya serba dilayani, fasilitas lengkap, akan kaget dengan fasilitas pondok yang mungkin  terbatas. Tentu beda dengan pondok kelas elit yang fasilitasnya tentu lebih bagus dan lengkap. 

Faktor lain yang bisa menjadi sebab seorang anak tidak betah adalah karena tidak mampu bersosialisasi dengan orang baru sehingga ia akan merasa terkucil. Ia akan lebih sering memilih menyendiri padahal ada begitu banyak santri lain yang bisa jadi temannya.  Pada kondisi ini, santri tersebut akan mulai membangun kesan negatif dalam dirinya bahwa tempat tersebut tidak bagus. 

Faktor lainnya adalah ketatnya aturan di pondok dan padatnya kegiatan. Hal ini dapat  menjadi salah satu alasan pula bagi anak yang tidak betah. Apalagi yang dalam kesehariannya tidak terbiasa dengan adanya aturan. Orang tuanya tidak pernah mempermasalahkan apakah dia ada di rumah atau tidak. Dia pergi dengan siapa, apakah dia sudah makan,  apakah dia sudah shalat atau belum dan lain sebagainya.

Namun demikian bagi sejumlah anak lainnya hal tersebut bukan menjadi sebuah masalah. Mereka bahkan menikmati padatnya kegiatan itu dan dapat mengambil manfaat darinya. 

Faktor lain adalah orang tua yang belum sepenuhnya siap berpisah dengan anaknya, sehingga ada kekhawatiran yang amat sangat terkait anaknya di pondok. Hal ini bisa menjadi jalan masuk bagi anak untuk melayangkan proposal keluar dari pondok dengan beberapa alasan dan biasanya terkait fasilitas. Orang tua yang over protective biasanya langsung merespon jika anaknya minta keluar dengan alasan fasilitas yang tidak memadai. Bahkan kadang kala orang tua tidak sempat melakukan konfirmasi dan langsung merespon keinginan sang anak untuk keluar dari pondok. 

Dan yang terakhir adalah anak-anak yang sebelumnya banyak berinteraksi dengan gadget. Bagi sejumlah santri yang tidak betah di pondok, gadget bisa menjadi penyebab mereka tidak betah karena mereka tidak diperkenankan membawa gadgetnya. Apalagi ketika mereka sudah difasilitasi orang tua untuk memiliki gadget sendiri sehingga sangat intens berinteraksi dengan gadget tersebut. Maka  ketika diperhadapkan pada kondisi bahwa di pondok mereka  tidak bebas lagi mengakses berbagi hal lewat barang tersebut,  akan.muncul banyak alasan yang dibuatnya agar bisa pulang ke rumah.

Demikianlah potensi  tantangan bagi sebagian orang tua yang telah memutuskan memasukkan anaknya ke pondok. Terlihat tidak mudah memang. Butuh kesabaran dan do'a bahkan kalau boleh dikatakan kadang kala harus tega,  demi suksesnya  anak-anak berjuang menuntut ilmu di pondok. Semoga bagi para orang tua yang telah  memutuskan mengirim anaknya belajar di pondok  senantiasa mendapatkan keberkahan bersebab doa-doa anaknya.yang shaleh. 

Balikpapan, 10 Agustus 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun