Mohon tunggu...
Irma Muthiah Saleh
Irma Muthiah Saleh Mohon Tunggu... Guru - Guru/Hidaytullah Balikpapan

Berkebun/Agriculture

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senyum Lina

6 Juni 2022   09:00 Diperbarui: 17 Juni 2022   20:46 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam semakin larut sesosok tubuh mungil  duduk termenung di bawah sebuah payung taman dalam pancaran sinar lampu berbentuk bulan sabit dan bintang yang dipesan khusus oleh panitia. Yah itu adalah malam terakhir dalam rangkaian kegiatan Camping Akbar yang digelar dalam rangka peringatan hari santri.

"Hai, ngapain duduk sendirian di sini. Tenda anti di mana?'

"Di deretan kedua ustadzah," jawabnya dengan suara yang hampir tercekat.

"Kenapa malam-malam masih di luar. Nama anti siapa dan dari unit mana?" tanyaku beruntun karena memang tidak hafal dengan nama-nama semua santri. Ada ratusan anak yang belajar di pondok tempatku bekerja.

"Lina!"Jawabnya singkat.

"Ada apa, kok kelihatannya sedih?" Tanpa menunggu jawabannya  aku ajak dia berfoto.

"Berfoto yuk. Nanti fotonya ustadzah kirim ke umminya Lina."
"Bener ustadzah?" kejar Lina seolah tak percaya.

"Iya, ayo duduknya yang manis, sambil tersenyum".
"Nah gitu. Cantik!" seruku yang membuatnya  beranjak mendekat ingin melihat gambar dirinya.

"Beneran ustadzah mau kirim ke ummi".
"Iya, berapa nomor hp ummi anti?" Dengan fasih dia menyebut satu persatu nomor hp umminya bersamaan saya menyimpannya dan ...
"Yap, selesai, foto Lina dah terkirim."
"Sekarang Lina balik ke tenda ya!"

"Baik ustadzah jazakillah,"  ucapnya diiringi senyum manis sambil mencium tanganku. Sejenak kemudian diapun berlalu, bergegas menuju tenda nomor dua.

Hampir sebulan setelah malam itu aku tidak melihat Lina. Kesibukannya belajar dan mengikuti aktifitas pondok dan aktifitas aku sendiri yang sebagian besar di dalam ruangan membuat kami tidak pernah lagi bertemu. Aku pun larut dalam rutinitas pekerjaan kantor yang menyita sebagian besar waktu dan perhatianku. Sosok Lina yang kutemui di malam kegiatan itu pun tidak pernah terlintas lagi dalam pikiran.

Hingga di siang itu tubuh mungilnya tiba-tiba muncul di depan kantor. Dari balik kaca kulihat dia celingukan,  mungkin bingung mau ucapkan  salam tapi ragu-ragu.

Kuseret kaki menuju pintu, membukanya dan menyapa Lina yang berdiri sambil melongo.  Dia tampaknya kaget dengan pintu yang tiba-tiba terbuka. Namun seketika dia kembali  menyunggingkan senyum manisnya. Disodorkannya sebuah keresek berisi makanan.

"Ini dari ummi buat ustadzah."
"Oh ya,  terima kasih Lina. Salam ya ke umminya!"
"In syaa Allah ustadzah. Dimakan ya kiriman ummi ustadzah," pintanya seolah gak yakin jika makanan pemberiannya itu akan dimakan olehku.

"Dari siapa ini ustadzah?" tanya rekan kerjaku ketika aku tawari oleh-oleh dari Lima. Dia sedikit heran karena tiba-tiba ada makanan sementara dia keluar kantor hanya sebentar.

"Dari santri SMH, namanya Lina," jawabku singkat.,

Waktu berlalu dan dalam kurun waktu itu senyum Lina pun tetap sama ketika bertemu denganku. Senyum tulus dari seorang santri mungil, tetap tersungging setiap kali bertemu denganku .

Kutahu hari-hari yang dilaluinya di pondok tidak selamanya indah. Ada banyak masalah yang bisa saja membuatnya sedih, galau atau bahkan marah.  Tetapi senyum tulusnya setiap kali bertemu menjadi bukti jika Lina, gadis mungil itu tetap bahagia. Bahwa dia mampu menyelesaikan masalah-masalahnya.

Bahagia rasanya melihat seorang anak senang. Sungguh bahagia itu sederhana. Anak pada dasarnya tidak menuntut banyak. Sebuah perhatian kecil yang tulus dari orang dewasa sudah cukup untuk membuatnya bersemangat menapaki setiap ruang waktu, mengisi hari-harinya. Tetaplah tersenyum Lina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun