Mohon tunggu...
IrkhamUlil Albab
IrkhamUlil Albab Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Dosen Pendidikan Matematika

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cara Menumbuhkan Minat Baca Anak": Kubang Sebah

11 Oktober 2017   22:55 Diperbarui: 11 Oktober 2017   23:10 1562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diagram 1. Perkembangan budaya baca

Anak zaman sekarang disebut sebagai generasi Z. Anak generasi Z memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya (Purnomo, A.,dkk., 2016). Salah satu karakteristiknya adalah mereka lebih menyukai tampilan grafis, dan memencet tombol. Mereka lebih suka menonton youtube. Alih-alih membaca, melihat gambar diam, jarang dilakukan oleh generasi ini. Anak-anak usia sekolah dasar termasuk pada generasi ini. Mereka lahir bersama Gadget di sampingnya. Bahkan mereka (70%) terbiasa menonton video Youtube jam tiap harinya.

Kebiasaan ini membentuk perilaku baru yaitu melemahnya budaya baca. Hal ini karena dengan melihat video pada konten Youtube membuat anak kehilangan kesempatan untuk memahami teks, menginterpretasi teks, dan mengevaluasi teks. Kompetensi ini menurut PISA (OECD, 2017) sangat penting untuk memahami, menggunakan, dan merefleksikan teks tertulis supaya dapat memahami maksud, tujuan teks supaya dapat membangun kemampuan dan potensi anak untuk terlibat dalam masyarakat.

Selain itu, produksi buku konvensional dan buku sekolah elektronik membosankan bagi siswa. Siswa lebih menyukai memencet tombol dan melihat apa yang terjadi (Musyarofah, 2014)daripada harus melihat teks dan gambar yang tidak bergerak/interaktif. Buku tidak memuat ada gambar-gambar interaktif, bahkan di buku sekolah elektronik (BSE). Buku itu hanya berupa salinan pdf yang diupload, tanpa memuat link maupun media interaktif di dalamnya. Kalaupun ada, medianya gagal dimainkan (Amin, Saiful. 2011).

Dari fakta-fakta tersebut muncul beberapa masalah-masalah antara lain literasi membaca kurang, miskin kosa kata, rendahnya penalaran dan interpretasi teks, Youtube addict, dan sebagainya.

Melemahnya budaya baca juga menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Menurut Nurhadi {2009) kemampuan berpikir kritis akan terbentuk melalui membaca ketika mengingat dan mengenali ide pokok, gagasan, dan sebab akibat, menginterpretasi/ menafsirkan dan membedakan fakta-fakta, saat mengaplikasi konsep (menerapkan konsep), saat menganalisis ( mengklasifikasi, membandingkan), saat membuatsintesis (simpulan, mengorganisasi*dan meringkas), dan ketika mengevaluasi relevansi, keselarasan dan keakuratan .

Selain beberapa masalah di atas, lemahnya membaca juga berdampak pada rendahnya kemampuan menulis (Pujiono, S., 2012). Di negara-negara maju seperti Eropa, Jepang dan Amerika kebiasaan membaca adalah 5 sampai 7 jam sehari. Tak heran kalau kualitas tulisan baik berupa buku, artikel ilmiah, novel, film-film mereka sangat bagus. Hal itu terlihat dari organisasi tulisan yang sangat mudah diikuti, dan pemilihan diksi yang sangat luas dan tepat. Berbeda dengan di Indonesia dimana membaca belum menjadi budaya. Kualitas tulisan orang Indoensia masih rendah. Hal ini terlihat dari organisasi kalimat, paragraf dan essai yang tidak koheren, tidak mengalir sehingga susah diikuti dan dipahami. Ditambah lagi, penggunaan kata yang berulang sering ditemukan di tulisan orang Indonesia.

Untuk itu, bagaimanakah cara meningkatkan minat baca anak sekolah dasar sehingga budaya membaca dapat berkembang?

Program KubangSebah (Kuis Gerbang sekolah berhadiah) untuk membangun budaya baca

Salah satu upaya untuk meningkatkan minat baca siswa dan berpeluang besar untuk membangun budaya baca adalah menggunakan Kuis Gerbang sekolah berhadiah. Kuis ini adalah kuis yang ditempel digerbang sekolah dengan imbalan hadiah. Dengan memberikan soal pada siswa dengan imbalan hadiah, siswa pasti termotivasi mencari informasi soal dari buku maupun internet. Menurut teori belajar BehaviouristikThorndike(Muhsetyo, G., dkk., 2014) pemberian hadiah (reward) sebagai stimulus akan memotivasi siswa melakukan respons berupa tindakan menjawab soal. Respon siswa dalam membaca awalnya termotivasi oleh hadiah. Dengan memberikan stimulus secara berulang-ulang, kebiasaan membaca akan terbentuk dengan sendirinya. Hirarki ini digambarkan dalam Diagram 1 berikut:

Kuis KubangSebah ditempel di gerbang sekolah tiap periode tertentu (mingguan/bulanan) dengan menawarkan hadiah yang menarik dengan harga terjangkau misalnya, buku gambar, pensil warna, crayon, correction,penggaris, ikat pinggang dsb. Dana untuk kegiatan tersebut dapat diambilkan dari dana Bantuan Operasional Sekolah atau disingkat BOS. 

Menurut Juknis Permendikbud no 8 tahun 2017,BOS memiliki peruntukkan dana untuk kegiatan operasional sekolah, seperti perlengkapan unuk menunjang kegiatan pembelajaran atau mencapai standar nasional pendidikan. Sehingga Penggunaan dana BOS untuk Program ini tidak menyalahi aturan karena ini merupakan program pengayaan pengembangan budaya baca.

Kuis ditempel di bagian dalam gerbang dimana siswa yang pulang sekolah pasti melihatnya. Hadiah juga dipajang di dekat gerbang akan membuat siswa semakin bersemangat untuk mengerjakan soal kuis. Kuis berupa soal berpikir level tinggi yang tidak mudah dicari jawabannya melalui nonton youtube tetapi harus melalui penalaran dengan membaca.

Diagram 2. Solusi dari masalah rendanya minat baca
Diagram 2. Solusi dari masalah rendanya minat baca
Soal untuk kuis ini dapat diambilkan dari soal-soal pengayaan yang ada di buku teks dengan terlebih dahulu mensintesis kesimpulan dari buku. Sintesis itu harus dicek apakah ada di youtube atau tidak. Soal yang bebas dari Youtube bisa ditayangkan. Contoh soal yang bisa digunakan misalnya pada materi IPA adalah

Mengapa temperatur air yang dipanaskan terus menerus tidak bisa naik lagi dari 100 derajat Celcius?

Dengan pemberian batas waktu, misalnya tiga hari untuk mengerjakan kuis, siswa mengirimkan jawabannya melalui kotak yang sudah disiapkan sekolah. Tiga jawaban terbaik akan diundang untuk presentasi di depan guru. Guru memutuskan pemenang dan mengumumkannya saat upacara bendera hari senin. Dengan stimulus semacam ini antusias siswa untuk membaca akan menjadi sangat tinggi. Minat baca yang tinggi tersebut sangat berpeluang tumbuh menjadi budaya baca bagi anak-anak sekolah dasar.

Akan tetapi, seperti ditunjukkan pada diagram 1 di atas, budaya baca tidak bisa begitu saja terbentuk. Budaya baca dapat berkembang setelah minat baca tumbuh menjadi kebiasaan dan kebutuhan anak-anak. Oleh karena itu, kegiatan program Kubang Sebah harus dilakukan secara rutin dalam periode tertentu misalnya seminggu sekali, atau sebulan sekali.

Kubang Sebah memerlukan perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut mulai dari perencanaan tujuan literasi baca, pemilihan materi pengayaan, pembuatan soal, pemilihan hadiah dan perencanaan alokasi anggaran, kejujuran dan keadilan guru, sosialisai untuk peserta didik, wali murid, serta komite sekolah. Untuk itu peranan semua pihak di sekolah harus berkontribusi maksimal dalam upaya peningkatan minat baca dan pertumbuhan budaya baca di sekolah.

referensi

Amin, S. (2011). Analisis Buku Teks Geografi SMA Kelas XII pada Materi Pola Keruangan Desa dan Kota dalam Buku Sekolah Elektronik (BSE) Terbitan Departemen Pendidikan Nasional. SKRIPSI Jurusan Geografi-Fakultas Ilmu Sosial UM.

Kemendikbud.(2016). Permendikbud no 8 tahun 2017. Juknis BOS.

Musyarofah, Umi Wahidatun. (2014). Pendidikan di Indonesia Gagal Move On. Paper Pengembangan Karya Ilmiah, Oktober 2014.

Muhsetyo, G., Krisnadi, E., Karso, K., Wahyuningrum, E., Tarhadi, T., & Djamus, D. (2014). Pembelajaran matematika SD.

Nurhadi. (2009). *"Kontekstual. Teaching and Learningdalam pembelajaran bahasa Indonesia".Catatan Perkuliahan Pascasarjana.UNM.

OECD,.(2017). PISA Reading Literacy. Url https://www.pisa.tum.de/en/domains/reading-literacy/.

Purnomo, A., Ratnawati, N., & Aristin, N. F. (2016). PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING PADA GENERASI Z. Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS, 1(1), 70-76.

Pujiono, S. (2012). Berpikir Kritis dalam Literasi Membaca dan Menulis untuk Memperkuat Jati Diri Bangsa. Prosiding PIBSI XXXIV, Oktober, 2012, 778-783.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun