Lembayung siang
Terik matahari begitu terasa hingga ubun-ubun
Ketika menengok kalender,
ternyata bulan pemuda-pemudi sudah masuk setengah waktu
Diri inipun mengajak tuk berperang
Bukan tonggak ataupun bambu runcing senjatanya,
melainkan tinta hitam dan kertas putih
Sebongkahan asa terajut dalam untaian kata
Harapanya bisa merefleksi
      Detik jam terus berjalan
      Betul adanya, diri diajak berperang Â
      Pikiran meronta untuk kembali pada era 1928
      Peristiwa perjumpaan pemuda pemudi yang menjadi tonggak persatuan, kala itu
      Masih ingatkah kita tentang tiga butir sumpah pemuda, wahai bung!
      Mari kita tanya, ruh apa yang bersemayam didalam dirimu?
      Akankah nadi bangsamu masih terjaga? atau justru sudah mulai pudar?
      Tolong ambil kaleidoskop itu, tolong ambil pustaka itu
      Selamilah sejenak dengan bijak
Rundukan diri untuk bersemayam
Menyelami apa yang ada didalamnya akan memikat hati,
hingga dapat menambah energi
Air pengetahuan negeri jadi titian untuk bercengkrama dengan dunia
Keberagaman sudah mewarnai kehidupan negeri nusantara
Pundak ini, kini kita tanggung untuk menyongsong generasi emas yang digadang-gadang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H