Mohon tunggu...
Irinne FauzYusria
Irinne FauzYusria Mohon Tunggu... Lainnya - Irinne Fauz Yusria Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Buku Terbitan Pemerintah Sudah Pasti Terlepas dari Kesalahan?

3 Juni 2020   10:34 Diperbarui: 5 Juni 2020   10:49 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Buku merupakan jendela dunia". Demikianlah bunyi slogan yang cukup kondang dan kerap kita jumpai di dinding perpustakaan hingga dinding sekolah. Maksud dari slogan tersebut adalah dengan membaca, kita mampu mengintip keadaan di berbagai belahan dunia meski kita tidak berkunjung secara fisik ke belahan dunia tersebut.

Ungkapan tersebut menyadarkan kita betapa pentingnya membaca buku, bahkan bila perlu kita menjadikan hal tersebut sebagai hobi.

Sebagai penikmat buku kita haruslah bijak dan selektif dalam memilih buku bacaan. Karena dewasa ini sering dijumpai buku yang tidak sesuai standar telah mentereng di rak-rak toko buku maupun di perpustakaan.

Ada berbagai macam cara kita untuk selektif dalam memilih buku yang tepat, salah satunya adalah dengan cara melihat penerbitnya. Sudah banyak penerbit buku yang sangat dipercaya akan eksistensinya, terutama dalam bidang pendidikan. Bahkan ada beberapa sekolah yang mewajibkan seluruh siswanya untuk menggunakan buku dengan penerbit tertentu yang sudah diketahui kualitasnya.

Namun, banyak sekali sekolah yang mewajibkan siswanya untuk menggunakan buku terbitan pemerintah sebagai pedoman mereka dalam belajar. Ya, mungkin pihak sekolah berfikiran bahwa buku hasil terbitan dari pemerintah baik dari Kemendikbud maupun Kemenag itu sudah memiliki kualitas yang sesuai dengan standar dan luput dari kesalahan.

Tidak sedikit yang menganggap bahwa buku terbitan pemerintah itu luput dari kesalahan. Apa benar buku yang diterbitkan oleh Pemerintah tidak ada kesalahan sedikitpun?

"Apa saja sih yang harus dianalisis dalam sebuah buku siswa?" Ada beberapa hal yang dijadikan konten analisis, antara lain: kerelevansian dengan kurikulum, kejelasan konsep, isi materi, ilustrasi, aspek kebahasaan, alokasi waktu, hingga ibrah dalam buku tersebut.

Dalam menganalisis buku ini, penganalisis mampu menghubungkan dengan berbagai cabang ilmu, seperti ilmu psikologi, sosial, budaya, dan lain-lain. Salah satu buku terbitan pemerintah dan sering ditemukan di berbagai sekolah sebagai buku pedoman wajib adalah buku siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VII MTs. Alasan Saya menggunakan buku ini dalam menjawab pertanyaan di atas karena hal buku ini cukup menarik dalam dunia pendidikan Islam.

Dalam proses menganalisis buku tersebut ditemukan beberapa konten yang sudah sesuai dengan ketentuan dan ada beberapa yang tidak sesuai dengan ketentuan. Adapun hasil dari analisis Saya tentang buku siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VII MTs sebagai berikut:

Pertama, kerelevansian dengan kurikulum. Buku ini sudah relevan dengan kurikulum 2013. Buku ini memuat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan Permenag No. 912 tahun 2013.

Kedua, kejelasan konsep. Untuk kejelasan konsep buku ini memanfaatkan peta konsep dalam menggambarkan materi yang akan disampaikan. Peta konsep yang digunakan juga cukup jelas dan mudah dipahami siswa.

Ketiga, isi materi. Isi materi yang disajikan sudah sesuai dengan KI dan KD yang ada. Buku ini memuat 5 bab.

Bab pertama, tentang keadaan masyarakat Mekkah hingga pola dakwah Rasulullah saw.

Bab kedua, tentang kondisi masyarakat Madinnah sebelum hijrah responnya terhadap dakwah Rasulullah saw.

Bab ketiga, tentang Khulafaurrasyidin. Bab keempat membahas tentang kekhalifahan Bani Umayyah. Dan terakhir bab kelima, tentang pengembangan kebudayaan Islam.

Sedangkan untuk kedalaman dan kualitas materi yang disajikan sudah sesuai dengan kemampuan kognitif yang dikemukakan oleh John W. Santrock:

"Perubahan kognitif yang memungkinkan peningkatan berpikir kritis di masa remaja dapat mencakup: peningkatan kecepatan dalam memproses informasi, isi pengetahuan yang lebih luas, peningkatan dalam mengkonstruksikan hal baru dari pengetahuan, serta perluasan strategi dalam mengaplikasikan pengetahuan."

Keempat, ilustrasi. Ilustrasi yang digunakan masih kurang menarik baik dalam segi desain maupun penempatannya. Dan ilustrasinya masih kurang sesuai jika didasarkan pada teori kognitif Piaget, yaitu:

"Dalam tahap operasional formal, sebagai tahap keempat dari perkembangan kognitif menurut Piaget, pemikiran individu menjadi lebih abstrak, idealis, dan logis, dibandingkan di tahap operasional konkret ..."

Itu artinya ilustrasi harus ditampilkan secara menarik, karena pada usia tersebut siswa sudah mampu menalar secara hipotesis-induktif.

Kelima, aspek kebahasaan. Mungkin, ini adalah aspek yang cukup penting dalam suatu proses pembelajaran. Bahasa yang digunakan pada buku ini sudah cukup komunikatif, lugas, dialogis, dan interaktif. Tak lupa pula buku ini juga menyediakan kolom "Glosarium" untuk mempermudah siswa dalam mencari makna kata-kata sulit.

Keenam, alokasi waktu. Alokasi waktu yang digunakan juga sudah sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Permendikbud No. 35 tahun 2018, yaitu 40 menit per jam. Biasanya guru menggunakan waktu yang lebih lama untuk materi yang dianggap lebih sulit.

Terakhir, ibrah atau amanah. Sangat mudah sekali dalam menemukan ibrah dalam buku ini, karena buku ini menyediakan kolom "Mutiara Hikmah". Dalam buku ini banyak sekali ibrah yang dapat diambil dari buku ini, mulai dari akhlak Rasulullah hingga cara kepemimpinan yang adil dalam suatu negara.

Dapat dilihat dari hasil di atas, sudah banyak konten yang sudah sesuai. Tapi sayang sekali, Ada beberapa ketidaksempurnaan yang menonjol pada buku ini terutama pada aspek kebahasaan dan ilustrasi.

Dalam aspek kebahasaan, cukup banyak kesalahan yang ditemukan. Bahasa yang digunakan kurang efektif, karena ada beberapa pengulangan kata sehingga kalimat tersebut tidak efektif serta ada beberapa istilah yang tidak dicetak miring. Ketidakefektivan tersebut tentu saja sedikit menghambat siswa untuk memahami materi yang disampaikan.

Ilustrasi yang digunakan dalam buku ini membuat para murid merasa cepat bosan dan malas untuk membaca, karena buku ini hanya menampilkan sedikit ilustrasi dan kurang menarik.

Kemudian, pada bagian isi materi buku ini tidak membagi antara materi semester ganjil dan semester genap. Walaupun itu tidak terlalu penting, tapi setidaknya dengan adanya pembagian seperti itu dapat memudahkan siswa untuk memanage materi belajar.

"Jadi, apakah buku yang diterbitkan oleh pemerintah sudah pasti sempurna tanpa kesalahan sedikit pun?" Berdasarkan paparan di atas, terbitan pemerintah tidak menjamin bahwa buku itu sempurna tanpa kesalahan sedikitpun. Tapi untuk kelayakan sebagai pedoman buku siswa, menurut Saya sudah layak karena kesalahan yang terjadi tidak terlalu fatal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun