Memperkenalkan hal dan kebiasaan yang baru kepada banyak orang tentu bukanlah hal yang mudah. Banyak faktor dan tahap yang harus dilalui ketika kita ingin mempengaruhi dan merubah kebiasaan orang menjadi sebuah kebiasaan yang lebih baik daripada yang sebelumnya. Di dalam kehidupan sehari-hari, kita dekat dengan sesuatu yang disebut dengan persuasi. Persuasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti yaitu sebagai ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkannya; bujukan halus.
Di dalam ilmu komunikasi, persuasi bisa tersampaikan dari komunikator ke pihak komunikan melalui tiga tahap. Tiga tahap persuasi dibagi menjadi tiga komponen. Komponen yang pertama adalah kognitif yang berarti  individu mencapai tingkat "tahu" pada objek yang diperkenalkan. Komponen yang kedua adalah afektif yang berarti Individu mempunyai kecenderungan untuk suka atau tidak suka pada objek. Komponen yang terakhir adalah konatif yang berarti perilaku ini sudah sampai tahap hingga individu melakukan sesuatu tindakan terhadap objek.
Persuasi sendiri dalam prakteknya bisa melalui banyak hal. Kanal-kanal persuasi antara lain adalah melalui iklan, kampanye, demo, dan lain-lain. Banyak usaha persuasi dilakukan oleh perusahaan di Indonesia supaya produk dan jasanya laku di pasaran. Namun dengan majunya zaman, khalayak sudah tidak bisa lagi dengan mudahnya terpengaruh dengan persuasi perusahaan dan menelan mentah-mentah isi pesan. Hal ini bisa kita lihat dari teori penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Teori ini diungkapkan oleh Katz dan Blumler ini mengungkapkan bahwa khalayak sangat berperan untuk menentukan media mana yang akan mereka pilih untuk memenuhi kebutuhan mereka masing-masing dan juga pesan mana yang akan mereka serap dan mereka aplikasikan pada kehidupan mereka.
Perusahaan mengupayakan berbagai kampanye untuk menarik perhatian khalayak dan konsumen. Kanmpanye yang digunakan bermacam-macam. Salah satu metode kampanye yang digunakan oleh perusahaan adalah menyangkutpautkan produk mereka dengan isu yang sedang "panas". Salah satu isu yang masih "panas" adalah isu tentang lingkungan. Isu tentang pemanasan global adalah salah satu isu lingkungan yang dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menarik perhatian khalayak. Salah satu cara kampanye adalah dengan mengkampanyekan hidup cinta lingkungan dengan membawa tas belanja sendiri ketika belanja ke supermarket atau mini market.
Hal ini ditujukan supaya mengurangi penggunaan plastik yang sudah sangat membludak dan menyebabkan pencemaran serta pemanasan global. Namun ternyata hal itu belum cukup efektif, bisa kita perhatikan ketika kita datang ke sebuah supermarket yang menggalakkan program tersebut, masih banyak pembeli yang memilih untuk menggunkan kantong plastik kresek. Salah satu tempat perbelanjaan yang mewajibkan pembelinya membawa tas belanja sendiri adalah Carrefour.
Dilansir dari tribunnews.com, sejak tahun 2012 jika tidak memawa tas belanja, maka Carrefour menjual tas belanja yang disebut dengan GreenBag dan dihargai senilai Rp 9.900,00. Tas ini diharapkan selalu dipakai oleh pembeli ketika kembali berbelanja di Carrefour. Namun jika tidak membawa tas belanja sendiri ataupun membeli GreenBag, pembeli tetap bisa menggunakan kantong plastik kresek biasa dengan menambah biaya sebesar Rp 200,00 untuk kantong kecil dan Rp 400,00 untuk kantong besar.
Dengan melihat peluang ini, beberapa perusahaan akhirnya menggunakan kantong plastik dengan inovasi baru yaitu kantong plastik yang mudah diuraikan. Salah satu perusahaan yang berusaha mengkampanyekan produk ramah lingkungannya adalah PT. Indomarco Prismatama dengan usaha waralabanya yaitu Indomaret. Indomaret sendiri merupakan gerai waralaba yang menjual berbagai keperluan, mulai dari pangan hingga sandang dan juga keperluan kesehatan dan kecantikan.
Gerai Indomaret tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Sebagai toko serba ada, Indomaret tentu saja menggunakan kantong plastik di dalam setiap transaksi penjualannya. Bisa kita bayangkan berapa banyak plastik yang terpakai setiap harinya jika gerai Indomaret saja sudah tidak bisa kita hitung menggunakan jari. Banyak sekali bukan?
Plastik pada dasarnya adalah sebuah materi yang sangat susah diuraikan. Di dalam buku Sehat Dari Meja Makan keluaran penerbit Trubus, dijelaskan bahwa plastik dibagi ke dalam beberapa golongan dan jenis. Beberapa diantaranya adalah plastik dengan jenis PET, HDPE, PVC, LDPE, PP, PS, SAN, ABS, dan Nylon. Plastik-plastik inilah yang dikategorikan sebahai plastik yang susah untuk diuraikan. Maka dari itu Indomaret mengeluarkan kantong plastik ramah lingkungan yang diklaim bisa terurai dalam waktu hanya 2 tahun, jauh lebih cepat daripada plastik biasa yang baru bisa terurai dalam waktu 100 tahun.
Hal ini menarik untuk ditanggapi apalagi mengingat program diet plastik yang dicanangkan oleh pemerintah beberapa waktu lalu. Program diet kantong plastik mengacu pada UU No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah dan juga Surat Edaran (SE) Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya dan Beracun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. S.1230/PSLB3-PS/2016 tentang harga dan mekanisme penerapan kantong plastik berbayar.
Program diet kantong plastik pemerintah disambut baik oleh seluruh lapisan masyarakat. Sebuah situs mengenai diet kantong plastik bahkan didirikan oleh beberapa orang untuk mendukung program pemerintah tersebut. menurut saya, situs yang beralamatkan di dietkantongplastik.info tersebut sangat membantu pemerintah untuk mengkomunikasikan dan mengkampanyekan program. Yang unik dari situs dietkantongplastik.info adalah para pendiri dan penggagas yang ternyata berada diluar bangku pemerintahan.
Mereka yang tergabung di dalam jajaran penggagas dan pendiri adalah masyarakat Indonesia yang berasal dari beberapa komunitas lingkungan, sebut saja dari Greeneration Indonesia, Leafplus, The Body Shop Indonesia, change.org dan tidak ada satupun yang dari kursi pemerintahan. Menurut saya, ini menjadi sebuah tamparan bagi pemerintah sendiri karena dari pihak pemerintah tidak membuat situs, atau minimal bekerja sama dengan mereka yang membuat situs. Padahal kita tahu program ini awalnya berawal dari pemerintah. Walaupun tidak memiliki situs khusus, namun untungnya program pemerintah mengenai diet kantong plastik sudah diketahui oleh banyak orang.
Kembali lagi pada plastik yang katanya bisa teruraikan dengan mudah, Indomaret menggandeng sebuah perusahaan yang memang sudah terkenal memproduksi plastik kemasan. Plastik yang digunakan oleh Indomaret ternyata juga mempunyai nama khusus yang disebut Oxium. Plastik bernama Oxium merupakan plastik keluaran dari PT. Tirta Marta. Di dalam laman atau situs webnya, Oxium diklaim sebagai plastik yang 100% bisa diuraikan dalam watu singkat.
Yang membuat plastik ini bisa terurai dengan baik adalah karena adanya penambahan suatu zat khusus ketika proses pembuatan plastik oxium. Awalnya saya berpikir bahwa ini hanya tipuan semata supaya konsumen tetap mau membeli atau memakai plastik dari Indomaret, karena dengan memakai plastik dari Indomaret maka nama Indomaret akan menjadi lebih dikenal oleh banyak orang karena kita bisa membaca nama mereka yang terpampang jelas dan besar di kantong plastik.
Tapi setelah membuka laman web dari PT. Tirta Marta ini saya ikut terbuai percaya akan amannya menggunakan plastik Oxium dikarenakan banyaknya penghargaan yang sudah mereka terima terkait plastik ramah lingkungan ini. Di dalam laman webnya terdapat beberapa penghargaan beberapa diantaranya adalah dari Nadan POM dan RISTEK. Selain adanya penghargaan, yang saya lihat di laman webnya adalah bahwa adanya plastik ini didukung oleh pemerintah khususnya dengan berlandaskan UU No 18 tahun 2008 dan juga oleh Asosiasi Persampahan Indonesia. Beberapa hal ini semakin meyakinkan bahwa plastik ini memang ramah lingkungan dan aman untuk digunakan.
Adanya plastik ramah lingkungan, ditambah lagi program diet kantong plastik oleh pemerintah yang mewajibkan pembeli membayar harga tambahan untuk setiap kantong plastik yang dibelinya membuat saya semakin yakin bahwa Indonesia bisa menjadi negara bebas sampah plastik. Tapi ternyata keyakinan saya tidaklah terwujud. Program diet kantong plastik yang dicanangkan oleh pemerintah ternyata tidak cukup membuat efek keberatan untuk pembeli. Pembeli lebih memilih untuk mengeluarkan uang tambahan untuk membeli kantong plastik daripada harus membawa tas belanja sendiri.
Selain dari pihak pembeli, seperti yang dilansir dari laman web industribisnis.com dikatakan bahwa YLKI menilai pemerintah lamban menyiapkan regulasi penguat program diet kantong plastik. Dengan lambannya regulasi yang muncul, maka program ini tidak terkomunikasikan dengan baik, pembeli jadi menganggap bahwa program ini hanya berjalan tanpa kejelasan. Selain dari program kampanye yang tidak memiliki keberlanjutan yang jelas, dari segi keramah-lingkungan plastik Oxium ternyata juga tidak terbukti dengan baik.
Banyak berita yang mengabarkan tentang "pembohongan publik" terkait dengan plastik yang disebut-sebut biodegradable ini. Salah satu pemberitaan muncul dari laman web nationalgeographic.co.id yang pada tanggal 30 Mei 2016 menulis secara gamblang judul berita "Plastik 'Biodegradable' adalah Suatu Kebohongan Besar". Di dalam pemberitaannya dituliskan bahwa banyak plastik dengan label biodegradable hanya akan terurai di daratan dengan suhu sekitar 122 derajat Fahrenheit, dan suhu itu bukanlah suhu rata-rata di lautan.
Padahal kita tahu bahwa banyak sekali penduduk Indonesia yang suka membuang sampah plastik termasuk sampah plastik Indomaret yang katanya biodegradable ke dalam sungai. Tentu kita tahu bahwa semua sungai akan berakhir dan bermuara di lautan. Oleh karena itu bisa kita bayangkan ternyata berapa banyak plastik yang akan bermuara ke lautan dan tidak bisa terurai karena plastik tidak akan selamanya mengapung. Plastik kelamaan akan tenggelam dan mengendap di dalam lautan. Hal ini menyebabkan plastik tidak tersentuh sinar UV yang bisa menguraikan mereka, plastik malah hanya akan menambah sampah di dasar lautan dan malah akan merusak ekosistem bawah laut.
Sungguh miris melihat kenyataan bahwa persuasi pemerintah untuk mengajak penduduk Indonesia ternyata tidak seberhasil apa yang dibayangkan sebelumnya. Ajakan untuk berubah menjadi lebih baik dengan hidup ramah lingkungan masih menjadi barang mahal di Indonesia sendiri. Lambannya pembuatan regulasi membuat kampanye ini bisa dibilang gagal, program pemerintah yang pada awalnya digambar-gemborkan untuk mengatasi pemanasan global dan permasalahan sampah Indonesia juga nampak sia-sia dan tidak membuahkan hasil yang signifikan di Indonesia.
Persuasi pemerintah untuk mengurangi penggunaan kantong plastik hanyalah sampai di komponen yang kedua, yaitu afektif. Para pengguna kantong plastik hanya sebatas berkata menyukai dan mendukung program pemerintah serta merasa bahwa penggunaan kantong plastik mengancam kelestarian lingkungan. Komponen konatif tidak sepenuhnya berhasil karena masih sangat banyak pembeli di supermarket dan minimarket khususnya Indomaret yang memilih untuk menggunakan kantong plastik dan tidak melakukan perubahan untuk menggunakan kantong belanja sendiri. Permasalahan ini bisa menjadi sebuah pembelajaran untuk kita khususnya pemerintah untuk melakukan semuanya secara cepat dan berkelanjutan supaya program dan komunikasi yang ada dapat berjalan secara baik dan lingkungan bisa dengan segera terselamatkan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Swadaya, Niaga. Tanpa tahun. Sehat dari Meja Makan.Jakarta: Niaga Swadaya
Diakses melalui
https://books.google.co.id/books?id=6YKATCT2GvsC&pg=PA24&dq=plastik+terurai&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=plastik%20terurai&f=false
PORTAL BERITA ONLINE
Rosandrani, K. 2016. Plastik 'Biodegradable' adalah Suatu Kebohongan Besar. Kondisi yang diperlukan untuk plastik 'biodegradable' untuk terurai hampir secara eksklusif di kompos industri, bukan di laut.Jakarta: National Geographic Indonesia
Diakses melalui
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/05/plastik-biodegradable-adalah-suatu-kebohongan-besar
Sunardi, Lili. 2016. Uji Coba Kantong Plastik Berbayar Gagal: YLKI, Pemerintah Gagal.Jakarta: Bisnis Indonesia
Diakses melalui
http://industri.bisnis.com/read/20161004/12/589356/uji-coba-kantong-plastik-berbayar-gagal-ylki-pemerintah-gagal
Sutriyanto, Eko. 2012. Carrefour Kurangi Penggunaan Kantung Belanja Plastik. Jakarta: Tribun News
Diakses melalui
http://www.tribunnews.com/bisnis/2012/10/15/carrefour-kurangi-penggunaan-kantung-belanja-plastik
SITUS WEB RESMI
dietkantongplastik.info
hukumonline.com
indomaret.co.id
oxium.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H