Mohon tunggu...
Irhas Badruzaman
Irhas Badruzaman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa ilmu komunikasi universitas islam negri sunan kalijaga yogyakarta. menulis karena kegelsahan problematika sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sehari Tanpa Sosial Media, Duniaku Hambar

25 September 2012   00:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:46 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi hari yang cukup cerah, seperti biasa selayaknya mahasiswa saya membuka netbook saya untuk me-review kembali materi-materi yang minggu kemaren diberikan oleh dosen, dengan cekatan kugerakan jari telunjukku menggurat-gurat touchpad pada netbook, menggerakkan pointer pada layar netbook membuka folder-folder dan memilah-milahnya dan kemudian membuka salah satu file mata kuliah yang akan dipelajari siang nanti. setelah membaca beberapa paragraph, kuhentikan bacaanku dan terlintas ingin membuka internet yang kebetulan modem sudah terpasang pada netbook. Sesaat setelah koneksi internet tersambung, barulah kubuka search engine dan dengan naluri juga keinginan yang sulit ditolak kutulis pada tab baru “FACEBOOK” dan ”TWETTER”.

Dari pengalaman yang saya rasakan, sosial media terutama facebook dan twetter seperti sudah tertanam dalam benak saya untuk selalu membukanya bila sudah berhadapan dengan dunia maya. Sosial-media memang memberikan euphoria tersendiri pada saat kita terjun kedalamnya, banyak hal-hal yang padahal sepele namun bisa membuat kita tersanjung hingga lupa daratan. Pada saat berselancar ria di dalam sosial media, memang ada sedikit rasa bersalah ketika kitameninggalkan tugas-tugasyang sedang kita selesaikan, namun hal itu sedikit demi sedikit lenyap seiring dengan sesuatu yang baru yang hadir baik itu berupa komentar, status, foto, dan lain sebagainya membuat perasaan bersalah atas keteledoran meninggalkan tugas hilang dengan seketika. Barulah penyesalan yang sebenarnya akan datang setelah deadline tugas sudah di depan mata, namun tugas belum tersentuh sama sekali.

Bila kita meneropong jauh kedalam konten-konten sosial media yang sedang marak di dunia maya, banyak sekali hal-hal yang sebenarnya tidaklah begitu penting, seperti contoh pada facebook kita melihat status-status yang dibuat oleh para remaja hanya sebatas sebuah curhatan yang tidak begitu penting, seperti memamerkan kondisi mereka yang sedang senang, sedih, lapar, capek, dan lain-lainnya yang itu membuat mereka ingin sekali dilihat dan diketahui oleh orang lain, seolah olah mereka adalah artis yang memamerkan kegiatan mereka sendiri, agar mereka terkenal. Padahal, hal itu bisa berefek kurang baik bagi mereka sendiri dari segi keamanan maupun etika dan kesopanan. Seolah-olah mereka tidak punya ruang pribadi lagi, segala sesuatunya mereka pamerkan, tanpa melihat siapa yang akan membaca dan menelaah tulisan dan sesuatu yang sudah mereka keluarkan.

Sekarang, sosial media bukanlah hal yang baru tapi sudah menjadi hal yang sangat dekat dan wajar, bahkan sudah menjadi sebuah kebutuhan, sehari saja tidak menyentuhnya terasa ada yang kurang, dari mulai anak-anak dibawah umur sepuluh tahun sudah banyak yang mempunyai akun facebook dan twetter sendiri, sampai orang-orang dewasa seperti pekerja kantoran dan juga para orang tua semuanya tidak terlepas dari yang namanya sosial media.

Terlepas dari kemajuan teknologi, sosial media juga banyak digunakan untuk hal-hal lain yang tidak baik, sampai berbau criminal, akses yang mudah dengan jaringan yang luas adalah keuntungan yang sangat empuk yang bisa dimanfaatkan oleh berbagai oknumuntuk berbuat criminal. Ingat saja pada pertengahan 2010 lalu, banyak sekali kasus penculikan anak dan perempuan dengan sosial media, para oknum yang berkedok ingin berkenalan dengan memasang foto palsu pada ID sosial medianya, semenarik mungkin membuat sang korban mempercayai keadaan dan sifat pelaku, dan akhirnya sang korban diajak untuk bertemu. Namun demikian sosial media seolah tak pernah sepi dari para penikmatnya, selalu ada hal baru dalam setiap harinya, dari mulai tren bahasa yang dipakai, technology yang dipakai, gadget dan segala sesuatu yang berhubungan dengan sosial media tak akan pernah ada habisnya, dan membuat saya yakin bahwa sosial media sudah mencandu dan menjadi kebutuhan oleh banyak orang di banyak Negara. Ampai-sampai penikmat sosial media seolah-olah merasakan sayur tanpa garam dalam keseharianya alias “hambar” bila sehari tak menyentuh sosial media

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun