Mohon tunggu...
Ircham Arifudin
Ircham Arifudin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Brebes Club (KBC-53): penulis receh sekaligus penikmat kopi tanpa gula

menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

This Too Shall Pass, Enjoy Aja

20 Juli 2021   10:34 Diperbarui: 20 Juli 2021   10:40 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Disadari atau tidak, tiap hari kita dihadapkan pada berbagai hal yang menyibukkan kita, semua target yang telah direncanakan ingin direalisasikan, segenap impian dan harapan hendak ditaklukkan. Semua itu sangatlah wajar bagi manusia sebagai makhluk pengembara, kodrat manusia untuk berusaha dan terus berusaha, manusia senantiasa mencari dan bebas bergerak hingga tercapai "goal" hidupnya.

Ada yang mengatakan bahwa "hasil tak akan pernah mengkhianati proses, sekecil apapun usaha yang kita lakukan akan menuai hasilnya." Jika pencapaian kita belum sesuai dengan harapan, mungkin usaha yang kita lakukan masih belum maksimal. So, jangan menyerah, masih perlu usaha yang lebih untuk mencapai tujuan yang kita inginkan.

Meski demikian, hal yang perlu untuk selalu diingat adalah kodrat manusia hanya untuk berusaha, Tuhan juga yang menentukan. Hal ini bertujuan untuk memberi keyakinan dan pondasi bagi kita agar kita selalu "siap" disemua kondisi/keadaan yang kita jalani(tawakkal). Dalam filosofi jawa dikenal dengan istilah "Nerimo ing pangdum".

Nerimo ing pandum bermakna bahwa segala sesuatu yang terjadi (baik yang kita harapkan atau tidak) adalah bagian dari kehendak Gusti Sang Pencipta. 

Kita harus menyadari bahwa hidup ini seringkali berbeda antara kenyataan dan harapan, inilah bagian dari pembelajaran tentang kehidupan yang akan mendewasakan kita, kita akan lebih bisa menerima keadaan.

Bukan berarti pesimis, tapi lebih pada membangun pondasi diri sedini mungkin agar kita tidak "gumede" dan tidak takabbur saat kita sedang berada atau goal hidup kita tercapai, sekaligus menanamkan rasa selalu optimis untuk bangun saat kita terjatuh atau terpuruk.

# Apapun yang ada di dunia ini bersifat sementara

Saat kita sudah "lebih bisa menerima keadaan", maka akan hadir dalam diri kita segala sesuatu yang ada di dunia ini hanyalah titipan Tuhan dan bersifat sementara. Meminjam istilah Gus Dur (Allah yarham): "Di dunia ini tidak ada jabatan yang perlu dipertahankan mati-matian".

Selanjutnya, ada ungkapan yang "pas" untuk kita tanamkan pada diri kita: "Yang ini pun akan berlalu", ungkapan ini berusaha mengingatkan bahwa masalah atau hal yang baik dan buruk bersifat sementara, dan akan segera terlewati.

Dalam Al-Qur'an disebutkan: Kullu man alaiha faan, dalam bahasa inggris berbunyi: This too shall pass, dalam bahasa Ibrani berbunyi: Gam zeh yaavar. Orang Yunani kuno punya frasa: Panta rei, dalam frasa Orang Turki: Bu da gecer, dan dalam frasa Orang Arab: Kulluhu maashy. Semuanya memiliki arti dan makna yang sama: Tak ada apa pun dan siapa pun yang abadi, semua akan berlalu dan terpisah dari kita.

So, saat kita dalam masalah, jalanilah dan janganlah terlalu bersedih. Demikian juga saat kita dalam kondisi senang, nikmatilah dan syukuri; jangan lupa diri. Ingatlah, apapun yang kita hadapi saat ini, semuanya akan berlalu.


Selamat menikmati perjalanan hidup, yang inipun akan berlalu.

Just keep holding on, this too shall pass, enjoy aja...

Wallahu A'lam...

Tulisan receh, KBC-53.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun