Kedua, SDA harus merasa dan mengakui kekeliruannya (dan sekali lagi tentu ia harus minta maaf) atas pemecatan beberapa elit Partai dan beberapa ketua DPW karena Surat Keputusan (SK) tersebut telahkeliru menggunakan nomor yang telah digunakan untuk memecat kader yang lain, sehingga batal demi hukum, dan mengembalikan para elit yang telah dipecatnya ke posisi semula;
Ketiga, mencabut dukungan partai kepada PS dan mengembalikan mandat kepada Mukernas Bandung, atau nyatakan bahwa dukungan kepada PS sebagai Capres adalah dukungan pribadi, bukan atas nama partai, serta SDA harus berani bersumpah dihadapan peserta Rapimnas bahwa ia (SDA) tidak menerima uang serupiahpun dari PS dan tidak dijanjikan jabatan apapaun apabila PS terpilih sebagai Presiden. Sumpah atas nama Allah Swt memang menjadi keharusan bagi SDA sebagai tradisi partai agama di lingkungan PPP;
Sebagai tambahakan pra kondisional, apabila ada pengurus yang masih sakit hati dan meminta SDA mundur sebagai ketum, tentu jawaban SDA harus sangat diplomatis, yaitu dikembalikan kepada AD/ART sebagai konstitusi tertinggi partai. Setidaknya 3 (tiga) upaya atau cara diataslah yang mampu menghidari terjadinya perpecahan kapal partai. namun, apabila kedua kubu masih berkeras dengan watak "setannya" maka yang merugi adalah kalangan PPP sendiri. kedepan suara PPP akan jauh lebih kecil dan kepercayaan massa PPP secara perlahan tentu akan hilang secara perlahan pula.
***
Siapa Mengambil Keuntungan atas Kisruh itu?
Apabila tiga saran islah dari skenario diatas tidak terwujud, dan kisruh PPP semakin tajam dengan keinginan kubu Romi Cs menggelar Muktamar atau ngototnya SDA mengadakan rapat pleno, maka dimungkinkan "kapal" PPP akan mengalami perpecahan yang emprihatinkan umat dan akan mencoreng harmonisasi partai tersebut dimasa kini dan masa akan datang.
Apabila perpecahan tidak dapat dicegah, maka kemungkinan besar akan terjadi beberapa kondisi sebagai berikut dibawah ini ;
Dari situasi pecahnya PPP secara politis ada 2 (dua) pihak yang mengambil keuntungan dan tentu saja kerugian atas peristiwa tersebut. Pihak yang merugi tentu saja kubu capres partai Gerindra PS. Hal ini dikarenakan dukungan arus bawah PPP juga akan terbelah, skenario terburuk adalah dicabutnya dukungan PPP kepada Prabowo Subianto sebagai Capres oleh DPP PPP.
Disisi laintentu ada yang diuntungkan, siapakah mereka ?. Sebelum dibahas tentu kita akan mengenal pepatah "there is no free lunch" atau tidak ada makan siang yang gratis. Namun kini ada pihak yang akan memperoleh makan siang yang gratis. Siapa mereka ?
Mereka adalah PDIP atau dikerucutkan kepada capresnya Joko Widodo. Atas kisruh ini pada akhirnya DPP PPP akan mengalihkan dukungannya kepada PDIP. Ibarat mendapat limbahan beras tumpah, PPP demi gengsi politik dan marwah organisasai akan mengalihkan dukungan pencapresannya kepada PDIP.
Meskipun dalam putaran pertama pemilu Presiden dan wakilnya arah dukungan bisa saja "mampir" ke koalisi partai Golkar atau Koalisi Demokrat, tetapi demi gengsi politik pada pemilu Presiden putaran 2 (kedua), PPP akan secara otomatis mengarah ke PDIP atau Jokowi. Namun apabila Jokowi jadi memilih Cawapres dari tokoh non-Muslim (Letjen Luhut B Panjaitan), maka secara politis PPP tetap tidak akan merapat ke PDIP tanpa reserve. Yang jelas, memang kisruh PPP ini akan mendatangkan keuntungan bagi pihak yang kebetulan berlawanan dengan Pencapresan PS.