Namun demikian dari segala kelebihan yang ditampilannya, dalam debat ke-3 (tiga) tadi malam jawaban dari kedua capres tersebut masih kurang memuaskan kalangan swing voters. Meskipun swing voters dalam pemilihan Capres umumnya merupakan silent voter atau undecide voter, namun dalam Capres tanggal 9 Juli nanti akan berpotensi banyaknya golput dan dimungkinkannya besarnya silent voter/swing voters yang dapat pula merupakan registered majority voter.
Dan apabila keduanya gagal meyakinkan swing voters, maka jangan heran apabila pemenang dalam pilpres nanti adalah mereka yang masuk dalam kelompok golput (golongan putih) yang kecewa akan kualitas Capresnya yang gagal meyakinkan hati para swing voters yang hingga hari ini penulis yakini masih amat besar yaitu sekitar 30-40% dari registered mayority voters. Sehingga Presiden terpilih adalah sebuah antitesa dari "the best among the worst", akibat tidak adanya alternatif pemimpin lain dari kalanagan Independen. Undang-undang kemudian diyakini telah mempersempit keinginan rakyat dalam rangka mencari pemimpin terbaik dari yang terbaik atau "Primus Inter Pares".
***
Esensi Debat
Esensi dari sebuah debat adalah unjuk kemampuan dari para kandidat agar rakyat dapat melihat kemampuan kandidat, paradigmanya dan kemampuan dalam menghadapi persoalan. Selain itu calon pemilih juga akan diperlihatan ketenangan calon dan sisi kepribadian calon diluar konteks kamampuan ilmiahnya, sehingga rakyat tidak akan membeli "kucing dalam karung", semuanya transparan dan jelas.
Contoh mudahnya adalah ketenangan JF Kennedy saat menghadapi Nixon yang gugup, yang pada akhirnya pilihan rakyat, termasuk swing voters lebih condong memenangkan Kennedy.
Contoh lainnya adalah ketika Pilgub DKI 2012. Saat itu banyak lembaga survey mengunggulkan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Bukan karena dibayar, namun lembaga survey saat itu memang telah melakukan surveynya dengan benar sesuai kaidah ilmiah. Lalu, mengapa hasilnya berbeda dan Jokowi-Ahok menang ?. menurut analisa penulis, karena dalam debat terkahir, Fauzi Bowo membuat "blunder" yang sangat fatal. Fauzi Bowo mengatakan : "Saya Bukan Orang Jawa!" (lihat di youtube). Kalimat itulah yang membuat jutaan orang Jawa di Jakarta, yang tadinya tidak tahu dan mengira Fauzi Bowo itu orang Jawa kemudian lari dan memenangkan Jokowi.
Begitu juga dalam debat Pilpres ini, yang masih menyisakan satu debat terakhirnya. Apabila Prabowo tampil mendayu-dayu seolah tidak percaya diri dan tidak mampu mengatakan hal-hal yang cerdas, contoh-contoh yang lebih konkrit, maka dalam pilpres nanti swing voters akan lebih condong ke Jokowi-JK, meski hanya terpaut sangat tipis. Dan apabila Prabowo tetap tenang dengan kecerdasannya mengerti istilah bahasa asing, penuh senyum, alami seperti saat ini maka debat itu akan mengarahkan kelas menengah, kaum terpelajar yang masih dalam kategori swing voters untuk kemenangannya, sebaliknya apabila penampilannya menurun maka Jokowi yang akan menang.
Namun demikian masih ada debat terakhir bagi Capres dan 1 (satu) debat bagi Cawapres yang akan sangat menentukan bagi swing voters, kemana mengarahkan pilihannya. Semuanya untuk Indonesia kedepan yang lebih baik.
Salam satoe Indonesia !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H