Mohon tunggu...
Irham Rajasa
Irham Rajasa Mohon Tunggu... -

Pemerhati sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terang Benderangnya Politik Indonesia

10 Desember 2014   15:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:37 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik Indonesia selalu terang benderang, walaupun seringkali para politisi berusaha menutup-nutupinya. Bagi orang-orang yang rajin membaca berita dan menonton televisi, langkah para politisi itu ibarat permainan catur, sudah dapat terbaca dengan jelas.

Politisi Indonesia tidak mahirmenutupi gerakannya karena gagap menghadapi media dan kurangnya kemampuan menjalankan strategi politik. Salah satu politisi yang cerdik menurut saya adalah SBY, diluar dari sifatnya yang mencla mencle dan kompromis, tapi memang seperti itulah politisi sejati. Lihat saja bagaimana manuvernya terhadap UU Pilkada tidak langsung. Pemerintahannya sendiri yang mengajukan RUU, kemudian ketika RUU diparipurnakan, fraksi nya melakukan walk-out seakan-akan tidak mendukung tetapi sebenarnya mendukung dengan membiarkan voting berjalan yang pasti dimenangkan Koalisi Prabowo. Lalu ketika UU Pilkada tersebut menuai banyak protes, SBY kemudian mengeluarkan Perpu untuk menganulir UU Pilkada tersebut.Dia sudah menganalisa jauh-jauh hari segala kemungkinan yang dapat terjadi, dengan pengetahuan politik yang sangat baik.

Dalam hal Aburizal Bakrie dan Golkarnya. Dalam penutupan Munas Bali versi Bakrie, dengan gegap gempita dan lantang ARB menyuarakan salah satu hasil Munas adalahmendukung UU Pilkada tidak langsung.Hasil Munas versi Bakrie ini langsung menimbulkan reaksi dari SBY, entah karena memang merasa bahwa selama ini cukup dikadali oleh partai-partai yang pernah berkoalisi dengannya ini atau memang merasa terusik harga dirinya sebagai pembuat Perpu yang merasa tidak dihargai. Yang jelas ini adalah salah satu langkah politik untuk mengangkat popularitas partai demokrat yang kalau tidak diperbaiki, kemungkinan besar akan menjadi partai gurem di pemilu berikutnya.

Reaksi SBY tentu didukung oleh PAN karena bagaimanapun kedua partai ini memiliki kedekatan yang tidak bisa dielakkan. Tidak mungkin Hatta Rajasa berseberangan dengan besannya. Itu sudah terang benderang.

Hal ini tentu membuat Aburizal Bakrie khawatir, terlebih karena Golkar sendiri saat ini sedang kisruh internalnya dimana sebagian anggota Golkar menolak kembalinya Aburizal menjadi Ketua Golkar yang merupakan settingan Aburizal agar kendali Golkar dan Koalisi Prabowo tetap berada di tangannya.

Aburizal adalah pemain politik lama, maka tidak heran jika kemudian dia menjilat ludahnya sendiri melalui rangkaian mention di twitternya, dia menyatakan bahwa Golkar mendukung Perpu terbitan pemerintahan SBY. Kenapa langkah ini dilakukannya? Pertama, Aburizal ingin mematikan langkah politik Golkar yang resisten terhadapnya, karena aspirasi mereka adalah mendukung UU Pilkada tidak langsung, kalau Aburizal sudah mendukung juga tentu mereka kehilangan salah satu tujuan utama, karena sudah sama.Kedua, Aburizal paham bahwa apabila partai demokrat berubah haluan, maka apabila voting di DPR maka Koalisi Prabowo akan kalah karena mereka akan kehilangan suara dari Partai Demokrat dan PAN.

Sedari awal memang tidak akan pernah dapat terjadi koalisi permanen yang mereka dengung-dengungkan, karena ketidaksamaan basis ideologis dan kepentingan akan bergesekan dalam koalisi yang besar. Bahkan bisa saja, Gerindra berbalik haluan dan mengakhiri oposisi karena kebijakan Gerindra sebenarnya tergantung mood dari Prabowo. Ketika mood nya sedang baik, bisa saja Prabowo berubah haluan, apalagi nanti ketika menjelang pemilu kembali, tentu partai akan menjadi sangat egois untuk saling menaikkan elektabilitas partai masing-masing.

Pada akhirnya yang akan tetap anti pemerintah adalah PKS, karena mereka lah satu-satunya yang sangat elergi terhadap PDI-Perjuangan dan Jokowi, karena merasa pernah berjasa menaikkan Jokowi menjadi Walikota Solo, akan tetapi kemudian berkali-kali puladikalahkan oleh Jokowi dan PDI-P. Bagi PKS, menjadi kuat di DPR adalah satu satunya alat dan ajang balas dendam mereka terhadap Jokowi dan PDI-Perjuangan.PKS tidak banyak bersuara saat ini karena paham betul bahwa kekuatan mereka sebenarnya tidak ada, tanpa Golkar dan Demokrat tetap berada pada koalisi mereka. Jadi kalau Golkar dan Demokrat sudah sadar dari kemabukan politiknya, tentu habislah sudah PKS.

Akan tetapi, selamaGolkar masih dikuasai oleh Aburizal Bakrie, maka sudah terang benderang pula bahwa Aburizal akan menggunakan Golkar tidak hanya sebagai alat politik tetapi juga sebagai alat untuk mengkapitalisasi dan melindungi bisnisnya, yang sekarang semakin terpuruk.

Tinggal elit politik Golkar saja yang seharusnya menyadari, bahwa Aburizal sesungguhnya tidak memiliki kekuatan modal apapun saat ini, jika seluruh hutangnya dikurangi harta miliknya, maka bisa dipastikan Aburizal Bakrieakan jatuh miskin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun