Akhir-akhir ini saya sudah semakin muak dengan tingkah polah para pengguna media sosial khususnya di twitter.Saya anggap perilaku ini sudah sepatutnya diperingatkan agar tidak menjadi patologiatau penyakit sosial yang berakar berurat dan merusak generasi selanjutnya.
Ketika awal media sosial seperti twitter muncul dan dijadikan sebagai alat chit chat, saling menyapa, dan kemudian berkembang menjadi alat penyebaran informasi dan berita.Seiring dengan meluasnya pengguna nya, dari awal sudah terlihat dampak negative yang muncul yaitu kebiasaan mem-bully apabila tidak suka terhadap seseorang. Ramai-ramai mengajak teman-temannya di media sosial untuk membully satu orang atau kelompok yang tidak disukai yang berawal dari twitwar istilah yang digunakan untuk menyebut pertengkaran di Twitter. Itu telah muncul di periode awal perluasan penggunaan Twitter.
Tidak dapat dipungkiri media sosial seperti twitter telah beralih fungsi, tidak lagi menjadi media chit chat, tapi telah menjadi alat komunikasi yang paling efektif yang dapat digunakan oleh berbagai kalangan dengan berbagai tujuan.Ada yang menjadikannya sebagai alat jual beli, promosi produk, penggalangan massa dan kampanye politik, sampai alat untuk menyebarkan kebencian terhadap seseorang melalui sebaran berita dengan akun-akun anonim .
Twitter saat ini menjadi media sosial yang paling berpengaruh dan merubah gaya hidup masyarakat atau menjadi jembatan untuk memperlihatkan seperti apa sifat satu masyarakat yang sebenarnya.
Di negara ini, saat ini telah terjadi satu fenomena baru, yakni berlomba-lomba menjadidalam bahasa kerennya World Wide Trending Topic, segala sesuatu yang penting atau tidak penting seakan begitu penting apabila telah masuk dalam World Wide Trending Topic di Twitter.
Anda sudah menjadi seseorang selebritis apabila cuitan anda dapat menjadi World Wide Trending Topic. Anda berbangga hati seakan menjadi penguasa dunia dan warga dari satu negara penting, ketika cuitan bahasa Indonesia memenuhi ruang World Wide Trending Topic.
Segala kekesalan dan kemarahan seakan berhasil dilampiaskan dengan sukses apabila telah mengglobal dan menjadi World Wide Trending Topic.
Ingat bagaimana masyarakat seakan menghukum SBY ketika UU Pilkada tidak langsung berhasil lolos di parlemen. Pengguna twitter menghukum SBY dengan menjadikann hashtag #ShameonYouSBY menjadi World Wide Trending Topic selama 3 hari berturut-turut. Berbangga hati dan seakan telah berhasil memecahkan masalah negeri dan membuat dunia sadar kekuatan kita. Alih-alih sebenarnya negara-negara lain melihat, rakyat Indonesia berlaku seperti anak kecil dan bertingkah kekanak-kanakan. Mereka tidak peduli dengan siapa yang menjadi World Wide Trending Topic di Twitter. Hanya kita lah satu-satunya yang peduli menjadi World Wide Trending Topic dansetelah itu merasa seakan-akan paling hebat di dunia. Tidak kah kita malu, selagi masyarakat negara lain sibuk bekerja kita malah asyik masyuk berebut menjadi World Wide Trending Topic.
Lalu kasus Abbot,yang disambut dengan hashtag #KoinUntukAustralia. Setelah menjadi World Wide Trending Topic lalu apa?? Apakah berhasil mengumpulkan uang untuk membayar Abbot? Karena kalau tidak berhasil mengumpulkan uang itu, niscaya warga dunia lain akan menganggap kita sebagai lelucon dan tidak pernah bersungguh-sungguh dengan segala tindakan kita. Akan lebih baik kalau bergerak secara riil dan mengumpulkan dana tersebut lalu mengembalikannya secara nyata kepada Australia, dengan penuh hormat dan rasa percaya diri bahwa kita adalah bangsa dari negara yang berdaulat.
Sadarlah bahwa aksi berebut membuat World Wide Trending Topic, tidak ada bedanya dengan aksi masturbasi di kamar mandi, dengan tangan sendiri, setelah keluar, lalu lemas dan senyum-senyum sendiri.
Bangsa ini memang bangsa yang suka nya hanya bercakap-cakap, ngalor ngidul kesana kemari tanpa memberikan solusi,suka pro dan kontra atas segala sesuatu dan semua ini diwadahi dengan sempurna oleh twitter. Bangsa ini bukan bangsa pekerja tapi bangsa yang suka bermain-main saja.
Maka jadilah kita saat ini Bangsa World Wide Trending Topic.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H