Mohon tunggu...
Irhamna  Mjamil
Irhamna Mjamil Mohon Tunggu... Apoteker - A learner

Pharmacist | Skincare Enthusiast | Writer Saya bisa dihubungi melalui email : irhamnamjamil@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengapa Resolusi Awal Tahun Jarang Tercapai?

14 Januari 2022   20:04 Diperbarui: 15 Januari 2022   00:24 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

New year new me, begitu yang banyak disampaikan orang-orang saat memasuki awal tahun. Orang-orang mulai berbondong menciptakan resolusi tahun baru dengan semangat yang menggebu-gebu. Eh, tak disangka-sangka mayoritas orang yang di awal Januari semangat menciptakan resolusi malah banyak yang menyerah di pertengahan tahun. Lantas mengapa resolusi awal tahun jarang tercapai? 

Resolusi awal tahun dan khayalan banyak orang. 

Selamat tahun baru dan secepat itu banyak orang berbondong-bondong menciptakan resolusi tahun baru. Tak peduli entah itu murni keinginan atau hanya mengikuti tren karena sering membaca kalimat "apa resolusimu di tahun ini?" di media sosial. 

Dilansir dari Wikipedia, resolusi tahun baru adalah tradisi yang dilakukan hampir di seluruh belahan dunia. Resolusi ini menekankan pada perbaikan hidup yang ingin dilaksanakan di tahun berikutnya. Bisa juga disebut dengan harapan-harapan di tahun baru. 

Resolusi berbeda dengan goals. Resolusi biasanya diucapkan atau dituliskan secara spontan dan tidak spesifik. Contohnya seperti ini, Tiara memiliki resolusi di tahun 2022 menikah. 

Berbeda dengan goals yang spesifik dan terukur. Goals sendiri adalah tujuan yang ingin dicapai dengan langkah-langkah kecil di dalamnya. Balik lagi ke contoh kasus Tiara ingin menikah di tahun 2022. Sayangnya rencana yang dibuat kurang spesifik seperti menikah di bulan apa, biaya yang diperlukan, dan akan dilaksanakan di mana. 

Penelitian yang dilakukan oleh University of Sranton mengemukakan bahwa hanya 8 persen orang yang berhasil mewujudkan resolusi tahun baru. Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa 80% orang melupakan resolusi mereka di Minggu kedua bulan Februari. 

Lantas, mengapa banyak resolusi tahun baru yang gagal terwujud? 

1. Hanya ikut-ikutan tren. 

Mayoritas orang akan bereuforia saat malam tahun baru atau baru memasuki awal tahun. Selain itu, media sosial dipenuhi dengan postingan "apa resolusi tahun barumu?" 

Tak heran orang-orang akan langsung bersemangat menentukan resolusi tahun baru mereka karena mengikuti tren yang ada. 

2. Tidak spesifik. 

Resolusi yang dibuat kebanyakan tidak spesifik dan terlalu umum. Contoh resolusi yang paling umum adalah tahun 2022 ingin menikah. Resolusi ini terlalu umum karena tidak dijelaskan akan menikah di bulan apa serta biaya yang diperlukan berapa. 

Resolusi yang tidak spesifik berujung pada gagal menggapainya. Hal tersebut dikarenakan tidak ada batas waktu yang jelas serta rencana ke depan. 

3. Mudah menyerah. 

Kesalahan berikutnya dalam menggapai resolusi adalah mudah menyerah karena lelah. Kebanyakan orang cenderung mulai menyerah di pertengahan tahun untuk mewujudkan resolusi yang diimpikan. 

4. Tidak punya manajemen waktu yang baik. 

Dalam mewujudkan resolusi, hal yang perlu diperhatikan adalah tidak punya manajemen waktu yang baik. Manajemen waktu turut menentukan terwujudnya resolusi. Belajarlah melakukan manajemen waktu yang baik dan bisa dimulai dari hal-hal kecil. 

Foto oleh Polina Kovaleva dari Pexels
Foto oleh Polina Kovaleva dari Pexels

Jadi tidak boleh menulis resolusi tahun baru? Yuk ganti dari resolusi menjadi goals. Goals sendiri tujuan yang dibuat dengan spesifik dan rencana-rencana kecil di dalamnya. 

Daripada ikut-ikutan tren menulis resolusi lebih baik menulis goals yang jelas deadline-nya. Sehingga, kita lebih tergerak untuk mewujudkannya. Sebelum menulis goals tentukan dulu apa yang ingin kita gapai di tahun ini. Tiga langkah ini bisa membantu untuk menulis goals yaitu: 

1. Tanyakan "mengapa aku harus mewujudkannya?" 

Langkah pertama yang bisa dilakukan dalam menyusun goals adalah alasan mengapa harus mewujudkannya serta reward apa yang diperoleh jika berhasil menggapainya. 

Tak masalah jika alasannya karena uang. Apapun alasannya selama itu membuat kita jauh lebih bermotivasi tidak masalah. 

2. Terapkan metode SMART. 

Dalam menyusun goals maka terapkan metode SMART. SMART adalah singkatan dari spesifik, measurable, achievable, relevant, and time-abound. Spesifik artinya goals yang ditetapkan harus spesifik. 

Jika goals yang ingin dicapai menikah maka tuliskan ingin menikah di tahun 2022. Measurable artinya dapat terukur dengan jelas, seperti bulan berapa serta biaya yang diperlukan. 

Achievable adalah cara yang diperlukan untuk menggapainya atau langkah kecil yang diperlukan, contohnya untuk mencapai biaya tersebut maka dilakukan dengan cara bekerja sekaligus berbisnis atau dengan cara lainnya. 

Relevant artinya relevan dengan kebutuhan dan kondisi yang kita alami, seperti apakah menikah di tahun 2022 dikarenakan keinginan atau paksaan dari lingkungan sekitar? Time-abound artinya batas waktu yang ditentukan. Dalam kasus menikah maka batas waktunya adalah bulan kita menikah.

3. Mulai dari langkah kecil. 

Dalam menyusun goals maka mulailah dari menulis tujuan-tujuan kecil, salah satu contohnya bangun tidur lebih awal, berolahraga seminggu 3×, dan lain sebagainya. 

Goals kecil tersebut akan membuat kita belajar untuk konsisten mewujudkannya sebelum memulai menyusun goals besar. Langkah kecil tersebut jika digabungkan maka lama-lama dapat menjadi bukit. 

Apapun itu semoga tahun ini jauh lebih baik daripada tahun sebelumnya, khususnya pandemi yang harapannya mereda dan ditetapkan sebagai endemik. Apapun itu selamat tahun baru Kompasianers. Semoga tahun ini lebih rajin menulis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun