Dua belas hari di ruang isolasi dengan waktu tidur yang kurang serta harus makan dan minum di dalam ruang isolasi membuat imun saya menurun. Di hari kedelapan gejala pertama yang saya rasakan hanya mata merah. Mata sebelah kiri saya sangat merah membuat ayah dan beberapa orang disitu bertanya.Â
Saat itu saya mengira karena kekurangan tidur. Hari berikutnya penciuman saya hilang. Saya tidak bisa mencium apa-apa dan hidung saya tersumbat.Â
Beruntungnya tiga hari kemudian ayah diperbolehkan pulang dan saya memutuskan untuk langsung swab dan positif covid-19. Saya tidak mengalami demam, batuk-batuk, dan gejala lain sebagainya.Â
Gejala yang saya alami hanya penciuman yang hilang disertai dengan nafsu makan yang meningkat. Saya pun hanya mengonsumsi vitamin dan zink serta berjemur. Saat isolasi mandiri saya sering kali mengantuk dan tidur.Â
Awalnya saya berniat menulis saat isolasi mandiri namun, saya mengurungkan diri dan memutuskan untuk lebih banyak tidur yang bagus untuk mempercepat proses penyembuhan.Â
3. Merawat Ayah saat dalam Masa Pemulihan.Â
Proses pemulihan pasien covid-19 berbeda-beda. Biasanya berlangsung 1-3 bulan. Saya pun turut merawat ayah dalam proses pemulihan meskipun hanya dalam jarak jauh.Â
Seminggu pertama berada di rumah saturasi berada di angka 94, 95. Saturasi tersebut tersebut bisa turun saat sedang berada di kamar mandi sehingga, kami tetap menyediakan tabung oksigen untuk berjaga-jaga.Â
Dalam proses pemulihan penyakit, sel-sel yang rusak memerlukan protein sebagai penyusun utama terutama DNA. Saya pun memberikan susu kedelai dan makanan yang mengandung protein. Proses pemulihan ayah berlangsung dua minggu dengan saturasi oksigen yang naik ke angka 97, 98.Â
Saya juga masih memberikan asupan protein dan memberikan vitamin D. Selain itu, ayah juga sudah mulai olahraga dan menjalani aktivitas seperti biasa.
4. Mengatur Kembali Bisnis yang Sempat Berantakan.Â