Pak Karim memang memberi pinjaman bagi para penduduk desa dengan bunga 10 persen dari pinjaman. Ia berkata bahwa bank di kota-kota juga menerapkan aturan seperti ini.Â
Hingga kambing yang terakhir ditunjukkan, utusan kepala negeri tak tertarik membelinya. Kambing-kambingnya gemuk namun, entah mengapa terlihat tak menarik.Â
Ketika hendak pamit, utusan kepala negeri tersebut tak sengaja melihat kambing pak Rahmat. Ia langsung tertarik dan mendatangi kediaman pak Rahmat.Â
"Rahmat, kau tak usah berharap kambingmu yang akan dibeli. Jika kambing itu yang dibeli, aku akan memberikan semua kambingku padamu" ucap pak Karim di hadapan semua warga yang sedang melihat dengan nada meledek.Â
Tak disangka ternyata utusan kepala negeri membeli kambing tersebut. Pak Karim nampak depresi dengan omongannya. Sayang omongan tak bisa ditarik. Sehari sesudah memberikan seluruh kambing tersebut, ia jarang keluar rumah lagi. Tak ada yang tahu bagaimana nasib pak Karim yang serakah bagaimana.
Nenek selesai menceritakan dongeng padaku tepat di lebaran haji kali ini. Dongeng ini dibaca sebagai pengingat untuk tidak serakah dan selalu bersyukur meskipun dalam keadaan sulit seperti pandemi kali ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H