Pagi ini aku terbangun dari tempat tidurku. Meratapi segala keputusan yang telah ku buat. Keputusan yang kubuat semata-mata demi rakyatku.Â
Entah bagaimana wabah bisa memasuki daerah kami. Salah satu negeri yang terluas di bumi. Salahku memang yang tidak bisa membendung para wisatawan asing memasuki negeri ini.Â
Negeri ini bak surga di bumi. Alamnya sangat indah. Tak heran banyak orang yang ingin masuk dan menikmati surga buatan Tuhan yang luar biasa.Â
Tak hanya surga alamnya. Kata para leluhur, kayu pun akan berubah menjadi tanaman. Ya, tanah disini sangat subur.
Aku galau saat itu, ingin melarang namun, takut perekonomian negeri ini hancur. Sulit sekali ternyata jadi pemimpin. Sekarang terlambat sudah, wabah telah datang dan menghancurkan ekonomi dan kesehatan di negeri ini.Â
"Jadi bagaimana pak? Apa kita longgarkan saja rencana kita?" Tanya para menteriku pagi ini.
"Kenapa harus dilonggarkan ?" Aku bertanya ulang. Bukankah wabah sudah sangat parah ?Â
Terkadang aku heran kenapa banyak sekali pengusaha yang menghubungiku untuk meminta tolong agar tidak memperpanjang pengekangan ini.Â
Alasan mereka karena omset perusahaan turun. Mereka tak ingin omset turun. Aku heran kenapa manusia terobsesi sekali dengan uang. Padahal kenyataannya uang tak mampu membeli kehidupan. Akibat wabah ini banyak yang meninggal karena tak mampu membeli oksigen.Â