Faktanya adalah BPOM masih memperbolehkan penggunaan paraben dengan kondisi yang sangat kecil yaitu dibawah atau sama dengan 1%. Tentu saja artinya kandungan ini masih diperbolehkan penggunaannya.Â
Berbicara soal efek alergi yang ditimbulkan oleh paraben maka lingkup pembahasannya sangat luas. Memang benar ada orang-orang yang alergi dengan paraben namun, hanya sedikit orang. Tak hanya paraben, orang-orang juga memiliki riwayat alergi juga bisa alergi dengan senyawa lain. Singkatnya semua senyawa berpeluang menimbulkan alergi.Â
Terkait paraben memang ada penelitian di Inggris yang mengemukakan bahwa ada hubungan antara paraben dengan peningkatan kanker payudara pada perempuan namun, dalam penelitian ini konsentrasi paraben yang digunakan adalah 90%. Jauh berbeda dengan konsentrasi paraben yang ada di berbagai produk.Â
Mekanisme dari paraben yang bisa menimbulkan kanker payudara dilansir dari Usd.ac.id, adalah karena paraben dianggap memiliki efek xenoestrogent yang mengimitasi estrogen pada tubuh. Tentu saja efek dari tiruan ini dapat mengakibatkan sel beregenerasi menjadi arah abnormal yang berujung pada kanker.Â
Beruntungnya efek estrogen yang ada pada Paraben 100.000 kali lebih lemah dibandingkan yang diproduksi secara alami. Artinya perlu dosis yang sangat besar agar efek estrogen yang ada di paraben bisa berujung pada kanker. Selain itu, paraben akan keluar dari tubuh dalam waktu 36 jam. Sehingga tidak akan terakumulasi dalam tubuh. Â
Jadilah konsumen cerdas tanpa "melabelkan" kandungan lain.Â
BPOM dan FDA (Food and Drug Administration) tentu tidak akan mengeluarkan izin jika kandungan senyawa yang ada dalam produk kecantikan berbahaya. Jadi, selama memiliki nomor BPOM, produk tersebut tidak berbahaya untuk menggunakan.Â
Jika konsumen ragu dengan produk maka dapat mengakses web BPOM dan menuliskan nomor registrasinya. Di era sekarang memang banyak produk skincare yang mencantumkan nomor BPOM palsu.Â
Jadilah konsumen yang cerdas tanpa memberi "label" buruk terhadap senyawa lain. Contohnya, ketika ada orang yang alergi terhadap senyawa paraben maka tidak usah memberikan statemen bahwa paraben adalah senyawa berbahaya. Hal tersebut karena belum tentu orang lain juga akan menderita alergi yang sama.Â
Referensi : satu, jurnal keluarga sehat sejahtera volume 15 (2) Desember 2017 Â penulis : Lina Pangaribuan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H