Mohon tunggu...
Irhamna  Mjamil
Irhamna Mjamil Mohon Tunggu... Apoteker - A learner

Pharmacist | Skincare Enthusiast | Writer Saya bisa dihubungi melalui email : irhamnamjamil@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisahku Mengalami Pelecehan Seksual dan Ketakutan terhadap Lelaki

17 Juni 2021   15:39 Diperbarui: 17 Juni 2021   15:46 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels

Alasan terbesar saya mendukung RUU PKS adalah karena pernah mengalami pelecehan seksual di masa kecil. Sayangnya masih banyak yang menentang RUU ini karena alasan agama. Bagi saya urusan pelecehan dan kekerasan seksual bukanlah hal main-main. 

Mengalami pelecehan seksual di masa lalu. 

 

Ada dua pelecehan seksual di masa lalu yang cukup membekas bagi saya. Saat itu saya masih duduk di bangku SD dan SMP. Jika ada yang bertanya mengapa saya tidak melapor, tentu saja malu dan takut adalah alasan terbesar saya. Saat itu saya juga masih berusia di bawah 15 tahun dan bingung harus apa setelah mengalami pelecehan tersebut. Akhirnya hanya bisa menangis di kamar. 

Kejadian pelecehan seksual pertama yang saya alami adalah saat masih berusia 10 tahun. Saat itu Aceh masih dalam tahap pemulihan ekonomi akibat bencana Tsunami yang melanda. Tsunami melanda Aceh saat saya berusia 9 tahun. 

Saat itu saya disuruh mamak ke kedai untuk membeli keperluan dapur. Setelah balik dari kedai, saya melewati jalan pulang dan melihat seorang lelaki bule melambaikan tangannya ke arah saya. 

Saya yang masih kecil saat itu datang saja kepada lelaki tersebut. Ternyata laki-laki tersebut malah memperlihatkan video tidak senonoh kepada saya. Lelaki tersebut malah bertanya apakah mau saya melakukan dengannya? Tentu saja saya ketakutan dan langsung mengayuh sepeda sekencang mungkin. Lelaki tersebut berusaha mengejar, untungnya jarak rumah saya tidaklah jauh sehingga ia langsung pergi. 

Kasus pelecehan seksual berikutnya terjadi saat saya ada di bangku SMP. Saat itu saya sedang lari pagi di sekitaran rumah. Kondisi jalanan memang sangat sepi karena hari libur. 

Saat saya sedang lari pagi dari arah yang berlawanan ada seorang lelaki yang menaiki sepeda motor dan memegangi bagian tubuh yang sangat privasi. Saya langsung teriak dan bingung harus berbuat apa saat itu. Saya langsung pulang ke rumah dan takut untuk lari pagi hingga sekarang. 

Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels

Trauma pelecehan seksual di masa lalu yang membekas hingga sekarang. 

Kejadian itu masih membekas hingga sekarang. Semenjak kejadian tersebut saya sulit sekali dekat dengan lelaki. Bahkan hingga berusia 25 tahun, teman lelaki saya bisa dihitung dengan jari. 

Entah bagaimana tapi saya sulit sekali dekat dengan lelaki. Saya cenderung pendiam dan kurang nyaman berada di dekat lelaki yang baru saya kenal dibandingkan dengan perempuan. Oleh karena itu teman lelaki saya tidak banyak. 

Ada rasa trauma, tidak nyaman, dan takut jika berada di dekat lelaki. Saya bisa memiliki teman lelaki setelah berteman selama kurang lebih setahun dan yakin dengan mereka. 

Pelecehan seksual yang masih dianggap memalukan dan kurangnya pendidikan seks. 

Bertahun-tahun setelah kejadian tersebut, saya merasa bersyukur tidak melapor saat itu. Saya yakin sekali jika saya melaporkan ke pihak yang berwajib hanya akan menjadi omongan di belakang tanpa adanya tindakan yang dapat membuat pelaku jera. 

Pelecehan seksual di Indonesia bukanlah hal yang harus dianggap serius bagi kebanyakan orang. Toh, terkadang perempuan berpakaian terbuka sehingga dianggap "sengaja" menggoda para lelaki. Masih banyak masyarakat kita yang menyalahkan perempuan atas kasus pelecehan seksual yang dialami. 

Beruntungnya kita hidup di era digital sehingga bisa menggunakan media sosial untuk menyuarakan aspirasi. Media sosial juga banyak digunakan untuk menangkap pelaku dan memberi efek jera. 

Pelecehan seksual bisa saja terjadi sekali namun, trauma akan kejadian tersebut bisa membekas selamanya. Pendidikan seks adalah kunci agar lelaki mau menghargai perempuan. Tentu saja para lelaki harus diajarkan sejak dini untuk menghargai perempuan, begitu pun sebaliknya. 

Pengesahan RUU PKS juga harus dilakukan secepat mungkin agar perempuan memiliki payung hukum atas kasus pelecehan seksual yang ia alami. Peran yang sinergis antara pemerintah dan masyarakat diperlukan agar tidak ada lagi kasus pelecehan seksual yang berdampak pada kesehatan mental korban. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun