Trauma pelecehan seksual di masa lalu yang membekas hingga sekarang.Â
Kejadian itu masih membekas hingga sekarang. Semenjak kejadian tersebut saya sulit sekali dekat dengan lelaki. Bahkan hingga berusia 25 tahun, teman lelaki saya bisa dihitung dengan jari.Â
Entah bagaimana tapi saya sulit sekali dekat dengan lelaki. Saya cenderung pendiam dan kurang nyaman berada di dekat lelaki yang baru saya kenal dibandingkan dengan perempuan. Oleh karena itu teman lelaki saya tidak banyak.Â
Ada rasa trauma, tidak nyaman, dan takut jika berada di dekat lelaki. Saya bisa memiliki teman lelaki setelah berteman selama kurang lebih setahun dan yakin dengan mereka.Â
Pelecehan seksual yang masih dianggap memalukan dan kurangnya pendidikan seks.Â
Bertahun-tahun setelah kejadian tersebut, saya merasa bersyukur tidak melapor saat itu. Saya yakin sekali jika saya melaporkan ke pihak yang berwajib hanya akan menjadi omongan di belakang tanpa adanya tindakan yang dapat membuat pelaku jera.Â
Pelecehan seksual di Indonesia bukanlah hal yang harus dianggap serius bagi kebanyakan orang. Toh, terkadang perempuan berpakaian terbuka sehingga dianggap "sengaja" menggoda para lelaki. Masih banyak masyarakat kita yang menyalahkan perempuan atas kasus pelecehan seksual yang dialami.Â
Beruntungnya kita hidup di era digital sehingga bisa menggunakan media sosial untuk menyuarakan aspirasi. Media sosial juga banyak digunakan untuk menangkap pelaku dan memberi efek jera.Â
Pelecehan seksual bisa saja terjadi sekali namun, trauma akan kejadian tersebut bisa membekas selamanya. Pendidikan seks adalah kunci agar lelaki mau menghargai perempuan. Tentu saja para lelaki harus diajarkan sejak dini untuk menghargai perempuan, begitu pun sebaliknya.Â
Pengesahan RUU PKS juga harus dilakukan secepat mungkin agar perempuan memiliki payung hukum atas kasus pelecehan seksual yang ia alami. Peran yang sinergis antara pemerintah dan masyarakat diperlukan agar tidak ada lagi kasus pelecehan seksual yang berdampak pada kesehatan mental korban.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H